Mesir: Perlintasan Rafah Hanya untuk Bantuan, Bukan untuk Relokasi Warga Palestina
redaksi - Minggu, 07 September 2025 20:19
KAIRO (Floresku.com) – Menteri Luar Negeri Mesir, Badr Abdelatty, menegaskan pada Sabtu (6/9) bahwa Perlintasan Rafah, satu-satunya jalur darat langsung yang menghubungkan Mesir dengan Jalur Gaza, tidak akan digunakan untuk memindahkan warga Palestina dari tanah mereka.
Pernyataan itu disampaikan dalam konferensi pers bersama Philippe Lazzarini, Kepala Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA). Abdelatty menekankan bahwa Rafah hanya diperuntukkan bagi bantuan kemanusiaan.
Ia juga membantah klaim bahwa warga Gaza ingin meninggalkan wilayahnya. “Mereka dipaksa oleh kebijakan kelaparan,” ujarnya.
Lazzarini mendukung pandangan tersebut dan menyebut krisis kemanusiaan di Gaza sebagai “buatan manusia.”
- J e j a k (Sekadar Hambur-hambur Kata pada HUT ke 150 SVD, Serikat Sabda Allah)
- Standar SVLK Pastikan Keberlanjutan dan Kelegalan Produk Wood Pellet Indonesia
- Pesona Rangko Beach dan Kolam Alam Tersembunyi di Manggarai Barat
Ia menuding pembatasan yang diberlakukan Israel sebagai penghalang utama distribusi bantuan melalui Rafah.
Perlintasan Rafah memiliki arti strategis karena merupakan satu-satunya titik keluar-masuk Gaza yang tidak berbatasan dengan Israel. Jalur ini menjadi kunci untuk penyaluran obat-obatan, makanan, dan kebutuhan mendesak lainnya bagi lebih dari dua juta warga Gaza.
Sementara itu, situasi di Gaza terus memburuk. Jet tempur Israel pada Sabtu menghancurkan menara al-Sousi setinggi 15 lantai di bagian barat Kota Gaza.
Warga setempat mengatakan beberapa rudal meluluhlantakkan gedung itu hanya dalam hitungan menit. Serangan ini terjadi sehari setelah menara Mushtaha setinggi 13 lantai di kawasan yang sama juga dihancurkan.
Militer Israel mengklaim kedua bangunan digunakan Hamas untuk pengumpulan intelijen dan pemantauan pergerakan pasukan Israel. Serangan ini menjadi bagian dari operasi militer yang semakin intensif di Gaza, yang menargetkan area permukiman, gedung-gedung tinggi, serta infrastruktur yang disebut terkait milisi Hamas.
Krisis kemanusiaan di Gaza kini memasuki fase kritis, dengan meningkatnya korban sipil, hancurnya fasilitas umum, dan terbatasnya akses bantuan internasional. (Leony/Sumber:vaticannews.va). ***