PADMA Indonesia Desak Ormas NTT Bersatu Cabut Laporan terhadap Romo Patris, Ajak Bersatu Melawan Human Trafficking

redaksi - Minggu, 03 Agustus 2025 18:13
PADMA Indonesia Desak Ormas NTT Bersatu Cabut Laporan terhadap Romo Patris, Ajak Bersatu Melawan Human TraffickingGabriel Goa, Ketua Dewan Pembina PADMA Indonesia (sumber: Dokpri)

JAKARTA (Floresku.com)  — Di tengah situasi darurat kejahatan kemanusiaan di Nusa Tenggara Timur (NTT) akibat meningkatnya kasus human trafficking dan kejahatan seksual, Lembaga PADMA Indonesia (Pelayanan Advokasi untuk Keadilan dan Perdamaian Indonesia) menyuarakan keprihatinan dan mengajak semua elemen masyarakat untuk bersatu, tanpa memandang suku, agama, ras, dan golongan.

Gabriel Goa, Ketua Dewan Pembina PADMA Indonesia, menyatakan bahwa ketika jenazah anak-anak NTT terus berdatangan dalam peti dari Malaysia, para pejuang lintas iman dan agama seperti Suster Lauren, PI, Mama Pendeta Emi Sahertian, Ade Ratmi, Ibu Hajah, dan berbagai tokoh lintas komunitas lainnya telah hadir mendoakan dan menghormati korban sebagai sesama ciptaan Tuhan.

Namun dalam suasana duka dan keprihatinan ini, PADMA Indonesia menyesalkan tidak adanya keterlibatan nyata dari Ormas NTT Bersatu dalam aksi kemanusiaan tersebut. 

Menurut Gabriel Goa, tak sekali pun terlihat dukungan moral atau spiritual dari ormas tersebut dalam mengantar para korban pulang ke kampung halaman mereka, atau berdiri bersama para pendamping korban.

"Para pejuang lintas iman tidak pernah memilih berdasarkan SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan), karena korban adalah ciptaan Tuhan yang harkat dan martabatnya diinjak-injak. Mereka adalah korban kejahatan kemanusiaan," tegas Gabriel.

Lebih lanjut, PADMA Indonesia mendesak Ormas NTT Bersatu untuk segera mencabut laporan polisi terhadap Romo Patris Allegro yang saat ini sedang diproses di Polda NTT. 

Gabriel menilai bahwa langkah hukum terhadap tokoh agama yang selama ini dikenal vokal dalam membela korban trafficking bisa menjadi potensi pemicu konflik horizontal di NTT—yang selama ini dikenal sebagai Nusa Terindah Toleransi.

"Kami tidak ingin NTT mengalami luka dan kehancuran seperti Ambon, Poso, dan Kalimantan di masa lalu. Jangan ada api yang disulut dari perbedaan pandangan terhadap pejuang kemanusiaan," ujar Gabriel.

PADMA Indonesia juga menyerukan kebijaksanaan dari Kapolda NTT dalam menangani kasus ini, agar tidak menimbulkan ketegangan antar kelompok masyarakat dan agama di NTT.

Sebagai langkah ke depan, Gabriel Goa mengajak semua lembaga agama, organisasi lintas iman, ormas, dan organisasi kepemudaan keagamaan untuk memperkuat kolaborasi dalam menangani tiga krisis utama di NTT: stunting, perdagangan orang, dan kejahatan seksual.

Menurutnya, kerja bersama tanpa sekat SARA telah terbukti selama ini mampu menghadirkan kehadiran negara dan gereja bagi para korban.

"Kalau kita ingin damai, kita harus bekerja untuk keadilan," tegas Gabriel, mengutip prinsip If you want peace, work for justice.

Gabriel menutup seruan ini dengan harapan bahwa NTT tetap menjadi contoh toleransi nasional dan tidak terjebak dalam konflik yang justru melemahkan solidaritas kemanusiaan. (SP/Sandra). ***

RELATED NEWS