Pater Georg Kirchberger SVD, Berakhirnya Generasi Misionaris Eropa di Ledalero

redaksi - Selasa, 06 Juni 2023 22:39
Pater Georg Kirchberger SVD,  Berakhirnya Generasi Misionaris Eropa di LedaleroPater George Kirchberger SVD (sumber: Istimewa)

Oleh: Dion Pare*

SENIN, 5 Mei malam, banyak Group WA mengabarkan meninggalnya P. Georg Kirchberger, SVD, dosen teologi dari STFK (sekarang IFTK). Berita kepergian yang mendadak ini mengejutkan. 

Mereka yang pernah menjadi muridnya mengungkapkan kata-kata penuh kenangan dengan Pater Kirch, demikian beliau biasa dipanggil. 

Ketika mulai berkuliah di Ledalero, masih ada beberapa misionaris dari Eropa yang menjadi pengajar di sana. Saya masih bertemu dengan Pater Anton Molthman, Pater Vlooswijk, Pater Konigsmann, Pater Paul Klein, Pater Pienianzek, Br. Guus Cremers, Pater John Prior, dan Pater Kirchberger. 

Pater Vlooswijk sudah lebih banyak diberi tanggung jawab untuk urus perpustakaan. Pater Konigsmann adalah pengajar Hukum Kanonik. 

Pater Molthman mengajar sejarah Gereja. Pater Paul Klein mengajar Teologi Moral Perkawinan. Pater Pieniazek mengampu kuliah-kuliah filsafat, mulai dari epistemologi, metafisika dan Filsafat Ketuhanan. 

Pater Kirch sendiri mengampu semua traktat teologi, mulai dari Pangantar Teologi, Kristologi, Teologi Dogmatik, Eklesiologi, Patrologi, dan Teologi Wahyu. 

Satu bukunya yang menarik adalah Pandangan Gereja tentang Dunia dan Manusia, yang matakuliahnya disebut Antropologi Teologi. 

Sudut pandang antropologi yang dipakai dalam menjelaskan teologi membantu kita memahami bahwa teologi itu adalah penjelasan tentang iman yang sebetulnya bersentuhan dengan pengalaman-pengalaman manusia. Saya suka sekali  memakai sudut pandang ini.

Semua traktat teologi itu sekarang sudah dapat terkumpul dalam satu buku dengan judul Allah Menggugat.  Saya memilikinya untuk membaca kembali dan mengikuti lagi penjelasan teologi dari Pater Kirch. 

Seingat saya, Pater Anton Molthman kembali ke Belanda sekitar tahun 1990-an. Pater Vlooswijk pulang ke Belanda pada tahun 1993, setelah gempa besar melanda Flores pada Desember 1992. 

Pater Paul Klein lalu pindah ke Malang, dan saya tidak mendengar kabar lagi. Bruder Guus Cremers pindah ke STKIP (sekarang menjadi Universitas Katolik St. Paulus Ruteng) dan kemudian kembali ke Belanda. Pater Konigsmann pun kembali ke Jerman. Ada tiga imam misionaris yang menghabiskan waktu dan usia hidupnya di Ledalero: Pater Pieniazek, asal Polandia, Pater John Prior dari Inggris dan Pater Kirchberger dari Jerman. 

Pater Kirchberger adalah salah satu dosen yang saya suka ikuti kuliahnya. Walaupun suaranya berat, datar dan agak membosankan, beliau memberi kuliah dengan logika berpikir yang ketat dan runtut, walaupun dengan kalimat-kalimat yang panjang. 

Dengan kata lain: Diskursif. Bertolak dari satu prinsip dasar, materinya dijelaskan dan diuraikan hingga kesimpulannya. Jadi, mengikutinya sangat menyenangkan pikiran. 

Dengan penyajian perkuliahan semacam itu, menurut saya, pikiran mahasiswa menjadi aktif mengikuti runtutan pikiran dan argumentasinya. 

Saya harus menyebut beberapa dosen yang perkuliahannya sangat saya nikmati karena keruntutan penyajiannya itu: Pater Pieniazek, Pater John Prior dan Pater Hubert Muda. Mereka datang, berdiri di mimbar dan dengan lancar menguraikan materi dan membuat pikiran kita tetap awas. 

Secara personal, saya tidak terlalu dekat. Tapi, saya menangkap kesan, Pater Kirchberger selalu tampil hangat. Kalau dari belakang, beliau mendekat dan menyentuh bahu kita. Tidak terkesan mengganggu. 

Kalau bertemu, obrolan dimulai dan beliau sepertinya tidak mau mengakhiri obrolan itu. Selalu saja ada bahan yang dibicarakan, sampai kita pamit dan Pater Kirch selalu memberikan senyum hangat di balik jenggotnya yang lebat. 

Ketika para mahasiswa meminta beliau menjadi dosen pembimbing, beliau selalu berusaha membantu. Bahkan, kalau sekian lama mahasiswanya tidak pernah datang berkonsultasi, beliau mencari dan menanyakan alasannya. Beliau pun bersedia membawa buku-buku yang menurutnya dapat membantu mahasiswa menyelesaikan skripsinya. 

Satu kontak yang agak menantang dengan beliau adalah ketika saya meminta Pater Kirch menjadi seorang dosen penguji skripsi saya. 

Saya menulis skripsi tentang pemikiran Soedjamoko, seorang pemikir sosial Indonesia, yang sangat membuka perspektif saya dalam melihat masalah sosial. Dosen pembimbing saya adalah Pater Leo Kleden. 

Beberapa hari sebelum ujian, saya mengantar skripsi saya setebal 180-an halaman. Sambil menatap saya dengan caranya yang khas, Pater Kirch berkata, “Ya, Dion, kau paksa saya untuk membaca skripsimu yang sekian tebal.” Pada waktu ujian, beliau bertanya, “

Dion, dalam skripsimu, kamu banyak sekali menulis pandangan Soedjatmoko dengan kata ‘harus’. Apa kritikmu tentang pemikiran Soedjatmoko?” 

Tentu saja saya tidak punya jawaban. Satu-satunya cara untuk menyelamatkan diri adalah  menampilkan sikap rendah hati dengan berkata, “Saya belum sanggup mengajukan kritikan. Tulisan saya dalam skripsi ini baru pada tahap merumuskan kembali pemikiran Soedjatmoko.” Dengan jawaban ini saya selamat dari kegagapan untuk berargumentasi. 

Pater Kirch mengajar di Ledalero sejak tahun 1976. Tahun ini, Pater Kirch mengajar selama kurang lebih 47 tahun. Tahun lalu, Pater John Prior meninggal dunia. 

Pater Pieniazek meninggal beberapa tahun lalu. Dengan meninggalnya Pater Kirchberger, itu berarti, berakhirlah generasi misionaris Eropa di Ledalero. 

Dan mungkin juga generasi terakhir misionaris Eropa di Flores.  Sesudah itu, tidak ada lagi imam misionaris Eropa yang menjadi pengajar di Ledalero.*

*Dion Pare adalah lulusan STFK Ledalero, 1993. ***

Editor: redaksi

RELATED NEWS