Presiden Prabowo Masukkan Bahasa Portugis ke Kurikulum Sekolah Nasional
redaksi - Jumat, 24 Oktober 2025 10:12
Presiden Prabowo Subianto (kiri tengah) didampingi sejumlah menteri Kabinet Merah Putih menerima kunjungan delegasi dari Brasil yang dipimpin oleh Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva, di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (23/10). (sumber: Tim Media Presiden Prabowo)JAKARTA (Floresku.com) - Presiden RI Prabowo Subianto resmi memutuskan untuk menambahkan bahasa Portugis sebagai salah satu bahasa asing yang diajarkan di sekolah-sekolah Indonesia. Keputusan ini diumumkan langsung oleh Presiden Prabowo usai menerima kunjungan Presiden Brasil, Luiz Inácio Lula da Silva, di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (23/10).
“Karena pentingnya hubungan Indonesia dan Brasil, saya putuskan bahasa Portugis menjadi bahasa prioritas di pendidikan kita. Kita ingin hubungan ini tumbuh lebih baik,” ujar Prabowo di hadapan pers.
Pernyataan tersebut disambut hangat oleh Presiden Lula yang duduk di sampingnya. Ia bahkan langsung memberikan tepuk tangan sebagai bentuk apresiasi atas langkah diplomatik tersebut.
Sebelum ini, sejumlah bahasa asing seperti Inggris, Arab, Mandarin, Jepang, Korea, Prancis, Jerman, dan Rusia telah lebih dulu diajarkan di sekolah.
- PADMA Presiden Prabowo Tugaskan Menteri HAM Natalius Pigai Selamatkan Anak-Anak NTT dari Jaringan Mafia Human Trafficking
- Pemerintah Perpanjang Wajib Belajar Jadi 13 Tahun, TK Kini Masuk Kurikulum Nasional
- Langkah Nyata BRI Dukung Pemerataan, Akad Massal KUR dan Peluncuran KPP
Dengan masuknya bahasa Portugis, Indonesia kini memperluas cakupan bahasa asing dalam sistem pendidikannya, terutama untuk memperkuat kerja sama lintas benua dengan negara-negara berbahasa Portugis seperti Brasil, Portugal, dan Timor Leste.
Menteri Luar Negeri RI, Sugiono, menjelaskan bahwa keputusan ini merupakan bagian dari upaya membangun hubungan strategis baru antara kedua negara. “Presiden menyebutnya sebagai New Special Relationship antara Indonesia dan Brasil. Karena itu, kemampuan berkomunikasi menjadi kunci,” tutur Sugiono.
Langkah ini menandai babak baru diplomasi budaya Indonesia di Amerika Latin—dimulai dari bahasa. (Sandra). ***

