Sanggar Kerajinan 'Tobi Wolor', Ajang Kreativitas dan Inovasi Kaum Perempuan Desa Lewomada, Talibura

redaksi - Rabu, 16 April 2025 13:30
Sanggar Kerajinan 'Tobi Wolor', Ajang Kreativitas dan Inovasi Kaum Perempuan Desa Lewomada, Talibura (sumber: null)

MAUMERE (Floresku.com) – Selain keindahan panorama alam, daya pikat wisata Desa Lewomada didukung oleh para perempuan yang kreatif dan inovatif yang tergabung dalam Sanggar Kerajinan Kelompok Dasawisma Tobi Wolor.

Seorang wisatawan bergaya dengan Topi Anyaman Lontar, kreasi Sanggar Tobi Wolor (Sumber: Youtube)

Sejarah ringkas Sanggar Tobi Wolor

Kelompok Dasawisma Tobi Wolor dibentuk pada tanggal 10 September 2019.
Sanggar ini didirikan semata-mata untuk menggerakan kaum perempuan Desa Lewomada memanfaatkan peluang tren kemajuan pariwisata dan  menjawabi tantangan untuk memanfaatkan sumber daya alam yang sangat potensial, seperti pohon lontar, pandan, bambu yang dapat dijadikan bahan baku  untuk aneka produk kerajinan tangan.

Pada awal berdirinya,  Kelompok Dasawisma ini memiliki anggota  sebanyak 25 orang, 

“Waktu itu pengurus Kelompok, terdiri atas Ketua, Eva Peni,    Sekretaris, Regina Rue, dan    Bendahara, Fransiska Bine Huler. Sekarang, yang berperan sebagai Ketua adalah Regina Rue,” jelas Kepala Desa Lewomada, Dominikus Pondeng.

Aneka jenis produk kerajinan tangan para perempuan Desa Lewomada yang tergabung dalam  Sanggar Kelompok Dasawisma Tobi Wolor (Sumber: Dok. Profil Desa Lewomada)

Produk-produk kerajinan tangan
Di sanggar tersebut Anda bisa menemukan berbagai jenis kerajianan tangan dari daun Lontar seperti, tas, silikon leptop, topi dan masih banyak lagi. 

Kades Lewomada Dominikus Pondeng menerangkan, para perempuan yang tergabung dalam Sanggar Kerajinan Kelompok Dasawisma Tobi Wolor  sangat produktif.  

Produk-produk  kerajinan yang mereka hasilkan sangat beragam, mulai dari  Sapu Lidi, Topi, Tas Laptop, Tas HP, Tempat Siri Pinang, Tatakan Piring, Kondom Botol, Tempat Nasi, Tempat simpan sayur dan buah yang terbuat dari Daun Lontar.

“Terakhir, mereka membuat inovasi membuat mok atau gelas dari bahan baku bambu,” ungkap Dominikus pula.

Harga jual setiap produk aksesoris yang dijual di Sanggar Dasawisma Tobi Wolor tersebut  bervariasi, mulai dari Rp50 ribu hingga Rp250 ribu tergantung tingkat kerumitan anyamannya.

Kue Rambut (kiri) dan Cucor  hasil kreasi para perempuan Desa Lewomada yang tergabung dalam  Sanggar Kelompok Dasawisma Tobi Wolor (Sumber: Dok. Profil Desa Lewomada)

Produk kuliner alternaitf
Selain produk kerajinan tangan, Sanggar Kerajianan ini pun memproduksi aneka jenis produk kuliner lokal yang alternatif seperti beberapa makanan ringan berupa stik pisang pedas, kripik pisang dan teh instan jahe, cucor dan kue rambut.

“Kue rambut adalah kue lokal  yang sangat populer di kalangan para ibu di Desa Wisata Lewomada karan cara pembuatannya yang mudah. Kue ini sangat cocok untuk dijadikan oleh-oleh yang bisa dibawa pulang oleh para wisatawan karena bisa bertahan lama. Lagi pula sangat renyah dan gurih rasanya.  ,” ungkap Regina Rue Ketua Sanggar Kerajiban Tobi Wolor.

Kades Lewomada, Dominikus Pondeng (Dokpri).

Harapan Kades Dominikus
Kades Lewomada Dominikus mengatakan, para perempuan dari Sanggar Tobi Wolor adalah  kelompok perempuan panutan yang ada di Desa Lewomada.

“Mereka selalu memberikan kesan yang sangat positif dan memberi teladan bagi para remaja perempuan.  Mereka sangat kreatitif memanfaatkan potensi dan sumber daya alam yang ada untuk menghasilkan uang,” katanya.

“Saya berharap, Pemerintah Daerah Kabupaten Sikka terus memberikan dukungan agar kelompok ini terus berproduksi. Saya juga berharap para awak media, berkenan membantu memperkenalkan atau mempublikasikan aktivitas dan produk-produk mereka, sehingga semakin luas dikenal oleh publik, baik di tingkat kabupaten, tingkat nasional bahkan dunia internasional,” pungkas Dominikus. (Silvia). ***
 

 

Editor: redaksi

RELATED NEWS