Serius Hadapi Efek Perubahan Iklim, YAI Bersama Pemda Manggarai Raya Bentuk Sekertariat Bersama

redaksi - Sabtu, 05 Agustus 2023 08:10
Serius Hadapi Efek Perubahan Iklim, YAI Bersama Pemda Manggarai Raya Bentuk Sekertariat BersamaHilarius Jonta, Kepala Bapperida Kabupaten Manggarai (di tengah), Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Manggarai Timur, Gonsa Tambor (kanan), Sekertaris Bappeda Manggarai Barat, Martha Alfanita (kiri). (sumber: Jivansi)

RUTENG (Floresku.com) - Yayasan Ayo Indonesia (YAI) bersama Pemerintah Daerah di Manggarai Raya terus memberikan perhatian yang serius sembari membangun komitmen serta gerakan bersama untuk memerangi dampak yang ditimbulkan oleh adanya perubahan iklim. 

Manggarai Raya seluas 7.136,40 kilometer persegi adalah sebutan yang muncul belakangan setelah kawasannya mekar menjadi tiga kabupaten: Manggarai (induk), Manggarai Barat (2003), dan Manggarai Timur (2007).

Salah satu langkah yang diambil adalah dengan membentuk Sekretariat Bersama (Sekber).

Pembentukan Sekber diputuskan melalui rapat koordinasi yang dipimpin oleh Hilarius Jonta, Kepala Bapperida Kabupaten Manggarai dengan dihadiri oleh Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Kabupaten Manggarai Timur, Gonsa Tambor dan juga Sekertaris Bappeda Manggarai Barat, Martha Alfanita, bertempat di Aula kantor Badan Perencanaan, Riset dan Inovasi Daerah (Bapperida) Kabupaten Manggarai, pada Kamis, 3 Agustus 2023, siang hari.

YAI bersama Pemda Manggarai Raya bentuk Sekertariat Bersama (Foto:Jivansi).

Kepala Bappeda Kabupaten Manggarai Hilarius Jonta dalam sambutannya saat membuka rapat tersebut menjelaskan bahwa sejauh ini, perubahan iklim memberi pengaruh yang cukup besar bagi sejumlah sektor kehidupan manusia dan juga mahluk hidup lainnya, baik itu pada sektor pertanian dan kesehatan maupun juga sektor lainnya, seperti perikanan.

Di sektor pertanian, kata Hilarius, hasil pertanian, seperti: cengkeh ataupun kopi tidak lagi berbuah. Selain itu, hasil sawah para petani juga tidak memberikan kepuasan. Demikian juga pada sektor kesehatan.

"Di Kabupaten Manggarai, dan juga mungkin di Manggarai Barat dan Manggarai timur, musim hujan kini tidak menentu. Dan hal ini berpengaruh terhadap pola pertanian, pola tanam dari masyarakat. Di samping itu, pendapatan masyarakat juga ikut berpengaruh. Poinnya bahwa, akibat perubahan iklim ini tentunya memberi dampak yang cukup besar bagi kehidupan manusia dan juga mahluk hidup lainnya," ujarnya.

"Dan pada hari ini, kita duduk bersama untuk memikirkan secara bersama tentang langkah atau sikap kita berhadapan dengan situasi yang ada sekarang ini dan tidak lagi menari di atas konsep semata," sambungnya.

Sementara itu, Direktur Yayasan Ayo Indonesia, Tarsi Hurmali dalam penjelasannya mengungkapkan bahwa, salah satu hal yang melatari pembentukan Sekretariat Bersama (Sekber) ini adalah karateristik resiko atau efek perubahan iklim di tiga kabupaten yang memiliki kesamaan.

Dan karena memiliki kesamaan, kata Tarsi, maka perlu langkah bersama untuk mengerjakan dan mencari cara atau alternatif lain agar bisa beradaptasi dengan situasi yang baru. Bukan sebaliknya, mengeluh dengan perubahan iklim yang terjadi.

"Pada sektor pertanian, misalnya. Secara kasat mata dapat dilihat bahwa tanaman cengkeh ataupun kopi yang sudah tidak berbuah. Dan banyak orang mengeluh terkait ini. Lalu, apa yang kita buat? Berhadapan dengan situasi ini, gerakan bersama yang bisa dibuat yaitu terus mendorong pemerintah untuk berbuat sesuatu atau berpikir cara-cara lain untuk bisa beradaptasi dengan situasi yang baru. Bukan sebaliknya terus mengeluh dengan perubahan iklim yang terjadi," ujarnya.

Dikatakannya, perubahan iklim merupakan persoalan bersama dan menjadi salah satu isu prioritas nasional. Hal ini, kata tarsi, terjadi karena perubahan iklim memberi pengaruh yang cukup besar bagi seluruh sektor kehidupan, seperti: sektor pertanian, kelautan, air, kesehatan, dan juga kebencanaan iklim yang ikut mempengaruhi sektor lainnya.

"Di sektor pertanian bisa kita lihat dimana produksi hasil pertanian yang menurun. Lalu, untuk sektor air bisa kita temukan dimana pasokan air untuk tanaman yang berkurang. Jadi, perubahan iklim ini sebetulnya memberi pengaruh atau efek yang cukup besar," ujarnya.

Lebih jauh, Tarsi mengungkapkan, pemerintah sebetulnya punya sumber daya yang mumpuni. Di dalamnya ada banyak orang-orang cerdas. Karena itu, hal yang perlu dipikirkan secara bersama adalah terkait alternatif lain yang perlu dibuat dalam menghadapi perubahan iklim yang terjadi.

"Misalkan, di satu tempat orang tidak bisa lagi menanam padi. Terus, apa alternatif lain yang bisa diambil oleh orang-orang yang tentunya juga perlu didorong oleh pemerintah. Kan heran kalau misalnya, perubahan iklim; terus pasokan air untuk tanaman berkurang namun masih dilanjutkan subsidi bagi padi. Kan heran juga," tambahnya.

Pada bagian akhir pembicaraannya, Tarsi menegaskan, Sekertariat Bersama (Sekber) bersama yang dibentuk ini, tentunya sangatlah penting sehingga menjadi ruang untuk berbagi informasi sembari membuat gerakan bersama dan mencari alternatif lain untuk menghadapi perubahan iklim yang terjadi.

"Menurut saya, tema perubahan iklim ini memang masih baru. Karena itu, mari kita belajar dan bekerjasama, terutama karena situasi yang kita hadapi saat ini. Dan syukur bahwa bibit kerjasama ini memang kita sudah mulai bersama dan juga beberapa aksi di tiga Kabupaten ini sudah dimulai juga. Tentu diharapkan agar dengan adanya kegiatan seperti ini dan juga dibantu dengan pemberitaan dari teman-teman media, terdapat pertukaran informasi, baik itu informasi yang diberikan oleh pemerintah ataupun juga informasi para petani," pungkasnya.

Dukungan Pembentukan Sekertariat Bersama

Pada tempat yang sama, Gonsa Tambor selaku Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Kabupaten Manggarai Timur dalam rapat tersebut mengungkapkan dukungan dengan pembentukan sekretariat bersama ini.

Dikatakannya bahwa, berangkat dari persoalan yang dimunculkan karena perubahan iklim ini, tentu pembentukan 'Sekber' ini sangatlah penting.

Di dalamnya, kata Gonsa, Pemda tiga Manggarai ini bisa saling menimba, mendorong dan memberi evaluasi terkait langkah yang diambil berhadapan dengan perubahan iklim yang terjadi sehingga bisa disikapi secara serius dan cepat.

"Tentu dengan pembentukan Sekber ini juga menjadi ajang tersendiri bagi kita di tiga Kabupaten untuk berkompetisi terkait siapa yang notabene menindaklanjuti dengan cepat berkaitan dengan persoalan yang ada. Sehingga saya pikir cukup pantas agar Sekber ini dibentuk agar menjadi media bagi kita untuk saling bertukar informasi dan juga menjadi sentral untuk mendapatkan dan memberikan informasi bagi seluruh stakeholder," ujarnya.

"Sikap kami dari Pemda bahwa kami mendukung dan memberi apresiasi dengan rencana pembentukan Sekber ini," tambahnya.

Senada dengan itu, Sekertaris Bappeda Manggarai Barat Martha Alfanita saat ditemui usai rapat tersebut menjelaskan bahwa, bertolak dari diskusi yang ada saat rapat tersebut, dirinya menyetujui pembentukan Sekber yang ada.

"Harapannya bahwa dengan adanya Sekber ini semua kegiatan yang ada nantinya bisa lebih terfokus. Pada prinsipnya adalah untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kan tujuan pembangunan itu sendiri untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat," cetusnya. (Jinvansi). ***

Editor: redaksi

RELATED NEWS