Singa Menguap Bukan Karena Mengantuk Tapi Menjalin Ikatan Sosial

MAR - Minggu, 26 Juni 2022 10:12
Singa Menguap Bukan Karena Mengantuk Tapi Menjalin Ikatan SosialBagi vertebrata, menguap merupakan hal lumrah untuk meningkatkan aliran darah ke tengkorak, mendinginkan otak dan membantu kewaspadaan, terutama saat transisi masuk dan keluar dari istirahat /Pixabay (sumber: null)

YOGYAKARTA (Floresku.com) -  Sekilas, singa terlihat seperti hewan pemalas.

Ketika kita memperhatikan sekawanan singa, baik secara lansgung maupun via video, mereka mungkin tampak seperti kucing yang malas dan terlihat selalu mengantuk (menguap).

Namun, penelitian terbaru menunjukkan, tindakan menguap ini justru mereka gunakan untuk mengomunikasikan isyarat sosial yang penting.

Berdasarkan penelitian yang terbit di Animal Behaviour pada 16 Maret 2022 lalu, menguap yang menular di antara singa merupakan cara untuk menyinkronkan gerakan mereka.
Menutut ahli etologi Universitas Pisa, Elisabetta Palagi, temuan tersebut sebenarnya dibuat secara kebetulan.

Saat itu, ia bersama rekan penelitinya sedang mempelajari perilaku bermain hyena tutul di Afrika Selatan.

Di sana, mereka juga mendapat kesempatan untuk menyaksikan perilaku singa (Panthera leo) di waktu yang bersamaan.

Lantas, para peneliti ini kemudian menyadari bahwa singa-singa itu cukup sering menguap.

“Bagi vertebrata, menguap merupakan hal lumrah untuk meningkatkan aliran darah ke tengkorak, mendinginkan otak dan membantu kewaspadaan, terutama saat transisi masuk dan keluar dari istirahat,” kata Palagi, sebagaimana dikutip dari Science News, Sabtu (25/6/2022).

“Ikan dan reptil akan menguap, tapi lebih banyak vertebrata sosial seperti burung dan mamalia tampaknya telah memakai perilaku tersebut untuk tujuan yang kondusif bagi kehidupan kelompok mereka,” sambungnya.

Ia menjelaskan, pada banyak spesies—seperti manusia, monyet, dan bahkan parkit—menguap dapat ‘menginfeksi’ orang lain yang melihatnya. Akhirnya, mereka yang penasaran dengan perilaku “menguap yang menular” di antara singa, berniat untuk menelitinya.

Di sana, tim menemukan bahwa singa yang melihat anggota lain menguap sekitar 139 kali, lebih mungkin untuk dirinya ikut menguap dalam tiga menit berikutnya.

Namun, peneliti menambahkan, penularan menguap tidak berhenti di situ. Singa tertular uapan sianga lain, 11 kali lebih mungkin meniru gerakan si penguap asli.

Bahasa sederhananya, “satu singa menguap, lalu yang lain menguap; lalu yang pertama tadi bangun dan berjalan-jalan atau berbaring, dan yang lainnya melakukan hal yang sama,” kata peneliti.

Demikianlah, dalam penelitian berjudul “Yawn contagion promotes motor synchrony in wild lion” tersebut, peneliti menjelaskan menguap yang menular pada singa mungkin penting untuk menjaga kohesi social mereka.

Menurut mereka, menguap—yang membantu singa menyelaraskan gerakan kelompok mereka—dapat membantu mendapatkan kebanggaan di antara kelompok mereka, yang penting bagi hewan yang berburu dan membesarkan anak secara kooperatif seperti singa.

“Penularan menguap telah berevolusi untuk mendorong terciptanya ikatan di antara kelompok,” tulis peneltian tersebut.

Lebih lanjut, menguap juga dapat membantu mengkoordinasikan perilaku kelompok mereka. Bagi banyak spesies secara umum, bahkan menguap bisa berfungsi untuk meningkatkan kewaspadaan kolektif. (Eff)


 

Tulisan ini telah tayang di jogjaaja.com oleh Ties pada 26 Jun 2022 

Editor: MAR

RELATED NEWS