Skor Keamanan Siber Indonesia Tertinggi di ASEAN, Tapi Adopsi AI Masih Tertinggal
redaksi - Senin, 16 Juni 2025 21:05
JAKARTA (Floresku.com) – Indonesia mencatat skor keamanan siber tertinggi di Asia Tenggara dalam laporan benchmark terbaru Palo Alto Networks. Namun, di balik capaian tersebut, masih terdapat celah signifikan dalam pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (AI) oleh perusahaan-perusahaan menengah di Tanah Air.
Laporan bertajuk 2025 Cybersecurity Resilience in Mid-Market Organisations mengungkap bahwa rata-rata skor Indonesia mencapai 20,65 dari total 25 poin. Angka ini tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Tak hanya itu, perusahaan menengah di Indonesia juga mengalokasikan anggaran siber yang relatif besar, yakni rata-rata 14,4% dari pendapatan mereka.
Meski begitu, adopsi AI untuk sistem keamanan masih belum menjadi prioritas utama. Mayoritas perusahaan masih fokus pada peningkatan ketahanan siber dasar, pelatihan SDM internal, dan penguatan infrastruktur keamanan digital.
- Bacaan pada Misa Harian, Selasa, 17 Juni 2025
- SOROTAN: Ironis, Pemda Sikka 'Singkirkan' Dokter Anastesi, Anak Nian Tanah Sikka Sendiri
- Ini Dia 'Investor Misterius' Haiyanto yang Kuasai Saham BUMN Energi (ELSA & PTBA)
“Keamanan siber saat ini bukan hanya urusan IT, tetapi sudah menjadi prioritas bisnis strategis. Ancaman semakin kompleks, dan AI mengubah lanskapnya dengan cepat,” ujar Michelle Saw, Wakil Presiden Ekosistem Asia Pasifik dan Jepang, Palo Alto Networks dalam keterangan resmi pada Senin, 16 Juni 2025.
Laporan ini juga menyoroti tantangan yang masih dihadapi perusahaan menengah di kawasan Asia Pasifik dan Jepang, seperti keterbatasan dalam pemulihan insiden, ketahanan terhadap serangan lanjutan, dan masih terfragmentasinya sistem dan tool keamanan. Karena itu, integrasi berbasis platform dan penerapan AI dipandang penting untuk efisiensi dan perlindungan jangka panjang.
Temuan Penting untuk Indonesia
Skor tertinggi di Asia Tenggara: 20,65 dari 25 poin. Di mana sebesar 14,4% dari pendapatan perusahaan dialokasikan untuk keamanan siber.
Tiga prioritas utama adalah transformasi digital, perlindungan pelanggan, dan kepatuhan. Yang mengakibatkan fokus belanja ke data, privasi, software keamanan, serta jaringan. Nantinya 85% perusahaan akan menggandeng mitra keamanan dalam dua tahun ke depan.
Di sisi lain, AI masih belum menjadi top-three agenda dalam 24 bulan ke depan. Perusahaan menengah justru lebih banyak berinvestasi untuk memperkuat SDM internal dan menyempurnakan sistem keamanan yang sudah ada.
Country Manager Palo Alto Networks Indonesia, Adi Rusli, menegaskan bahwa Indonesia memiliki peluang besar untuk memperkuat ekosistem keamanan siber yang adaptif dan terintegrasi, apalagi dengan target pemerintah menjadikan ekonomi digital sebagai pilar utama pertumbuhan PDB menuju 2045.
Survei ini melibatkan lebih dari 2.800 perusahaan menengah di 12 negara di kawasan Asia-Pasifik dan Jepang, serta dilakukan bekerja sama dengan Tech Research Asia (TRA).
Evaluasi mencakup lima area utama: strategi, integrasi bisnis, kapabilitas operasional, solusi, dan penerapan kerangka kerja NIST 2.0. Skor rata-rata kawasan berada di angka 19,01menandakan ruang signifikan untuk peningkatan, khususnya dalam kesiapan AI dan ketahanan terhadap ransomware.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Debrinata Rizky pada 16 Jun 2025