UNIPA Maumere Gaungkan “Penamaan Pohon” sebagai Gerakan Cinta Bumi: Merawat Kota, Menyelamatkan Masa Depan

redaksi - Kamis, 07 Agustus 2025 18:26
UNIPA Maumere Gaungkan “Penamaan Pohon” sebagai Gerakan Cinta Bumi: Merawat Kota, Menyelamatkan Masa DepanDosen dan mahasiswa Unipa mengampanyekan penanaman pohon di Kota Maumere (sumber: Herry fdz)

MAUMERE (Floresku.com)  – Universitas Nusa Nipa (UNIPA) Maumere menggagas gerakan unik dan visioner: “Penamaan Pohon” di seluruh penjuru Kota Maumere. 

Lewat tangan dingin para mahasiswa dan dosen Program Studi Pendidikan Biologi, gerakan ini menjadi simbol nyata kecintaan terhadap bumi sekaligus bentuk kontribusi aktif dalam upaya pelestarian lingkungan dan penghijauan kota.

Di tengah dunia yang semakin sadar akan kerusakan lingkungan, dan saat para pemimpin dunia tak henti-hentinya menyerukan perawatan bumi di berbagai forum global, langkah UNIPA terasa relevan, lokal, dan menyentuh langsung kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat Maumere.

“Bumi sedang sakit dan tidak baik-baik saja. Maka kami merasa, merawatnya harus dimulai dari sini—dari kota tempat kami berpijak,” tegas Sukarman Hadi Jayaputra, Ketua Program Studi Pendidikan Biologi UNIPA, saat memimpin kegiatan penamaan pohon, Sabtu lalu.

Dari Akademik ke Aksi Nyata

Berbeda dari kampanye hijau yang kerap simbolis, gerakan “Penamaan Pohon” ini lahir dari penelitian serius dan kajian ilmiah. Para mahasiswa Biologi tidak hanya menamai pohon secara acak, melainkan menganalisis jenis, usia, hingga kontribusi ekologisnya. Dari kajian itu, diketahui beberapa pohon bahkan telah berusia lebih dari 180 tahun.

“Pohon-pohon ini tumbuh secara alami, diam di tempatnya sejak zaman leluhur, tanpa pamrih memberi oksigen untuk kita semua. Maka, memberi mereka nama adalah bentuk penghormatan, pengakuan, dan ajakan untuk menjaga,” ujar Sukarman penuh semangat.

Sudah sekitar 30 pohon, mulai dari area Lapangan Kota Baru hingga Waioti, yang diberi nama lengkap disertai papan informasi. Papan ini mencantumkan nama ilmiah, usia pohon, serta manfaat ekologisnya. Sebuah cara edukatif yang menyatukan sains dan cinta lingkungan dalam satu gerakan yang menyentuh.

Sinergi Kampus, Pemerintah, dan Masyarakat

Kegiatan ini mendapat dukungan penuh dari fakultas. Yohanes E. Lewotan, Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, menyebut program ini sejalan dengan komitmen mutu UNIPA yang menjunjung sinergi dan keberlanjutan.

“Kami sangat bangga. Ini bukan hanya kegiatan kemahasiswaan, tapi langkah akademik dan moral. Ke depan kami akan mendorong kolaborasi dengan dinas terkait, agar program ini bisa masuk dalam tata kota secara resmi,” ujar Lewotan.

Ia menekankan pentingnya peran akademisi dalam penyusunan kebijakan tata kota hijau. “Para akademisi bisa berkontribusi secara ilmiah. Menentukan usia pohon, waktu ideal untuk pemangkasan, atau bahkan peta lokasi yang harus dilindungi. Ini bukan hanya soal estetika kota, tapi keselamatan ekosistem dan keberlangsungan hidup.”

Suara Mahasiswa untuk Bumi yang Lebih Bersahabat

Victory Grace Alicia, mahasiswa aktif dari Himpunan Mahasiswa Prodi Biologi, turut angkat suara. Ia menjadi salah satu penggerak lapangan dalam gerakan ini. “Kami sudah turun langsung, mengidentifikasi, mengkaji, dan memasang papan nama di banyak pohon dalam kota. Ini adalah tanggung jawab generasi kami terhadap masa depan,” kata Grace.

Menurutnya, aksi sederhana seperti menamai pohon bisa menjadi jembatan untuk membangun kesadaran kolektif. “Banyak orang lalu lalang di bawah pohon, tapi tidak tahu pohon itu siapa, dari mana, berapa usianya. Sekarang, dengan penamaan ini, kami ingin mengajak semua orang melihat pohon bukan hanya sebagai objek, tapi sebagai bagian dari kehidupan yang harus dirawat.”

Harapan: Kota yang Hijau, Generasi yang Sehat

Gerakan “Penamaan Pohon” UNIPA bukan hanya soal memasang papan nama. Ini adalah narasi perubahan, ajakan untuk berhenti merusak dan mulai merawat. Ini juga merupakan pendidikan publik yang membumi, di mana setiap warga kota bisa belajar tentang pentingnya satu pohon bagi hidup banyak orang.

“Mulailah dari tempat kita berdiri. Dari Maumere yang kita cintai ini. Jika setiap kota punya komitmen serupa, bumi akan lebih sehat,” ujar Sukarman menutup pernyataannya.

Dari kampus ke kota, dari papan nama ke napas kehidupan, mahasiswa dan dosen UNIPA telah menunjukkan bahwa cinta bumi bukan teori kosong—tapi tindakan konkret, ilmiah, dan berkelanjutan. ( Hery Fdz). ***

RELATED NEWS