Valentine Day
redaksi - Senin, 14 Februari 2022 15:12KAU pernah menjadi seperti pohon rindang di tengah padang belantara, tempat bagi beberapa ekor burung berlindung sebelum seorang datang dan menebangmu.
Seseorang dengan nama yang sama: tubuhnya terbelenggu dalam penjara, namun jiwanya terus bertahan ketika suatu hari mata mereka bertemu tatap.
Ya, mata anak gadis seorang sipir penjara yang membuat jemarimu tidak lelah menari bersama pena mengutarakan maksud hati.
“Tuhanku, aku kaum berjubah, tetapi sungguh, perempuan itu bukan penggoda.”
- Wakil Ketua DPRD Nagekeo Janji Alokasi DAU 2023 Diprioritaskan untuk Renovasi SDK Malasera
- PUISI Fransiskus Rivaldo Santoso: Kita adalah Satu
- Gusti Sarifin: Kematian PMI Asal NTT di Luar Negeri Harus Jadi Pelajaran bagi Pemerintah Daerah
Lalu datanglah suatu masa, Lupercalla, di mana laki-laki memilih perempuan berdasarkan undian. Dan menghabiskan waktu sehari penuh bersama, entah setelah itu memilih bersama atau berpisah tanpa ingatan apapun.
Itu kejam. Itu salah. Tegas Gereja waktu itu. Cinta bukan hasil undian. Namun hasil perjuangan dan pengorbanan.
Valentine, namamu dipuja manusia dan tindakanmu hanya diketahui oleh Tuhan.
Kau mati kemudian dikuburkan. Di Chiesa, di Santa Maria di Cosmedin, Plaza Bosca de lla Verita, Roma, tengkorak kepalamu bermahkotakan bunga disimpan.
Jauh, sangat jauh dari sana, di sini, kepala kami bermahkotakan banyak pertanyaan: apa coklat dan bunga sudah cukup untuk menunjukkan rasa sayang?
Maumere, 2022
Oleh: Maxi L. Sawung, Pegiat Literasi Sastra. ***