Yayasan Ayo Indonesia dan Dinas Pertanian Matim Bahas Isu Perubahan Iklim Bersama Warga Desa Golo Ndari

redaksi - Jumat, 08 April 2022 08:44
Yayasan Ayo Indonesia dan Dinas Pertanian Matim  Bahas Isu Perubahan Iklim Bersama Warga Desa Golo Ndari Untuk meningkatkan kapasitias para petani Yayasan Ayo Indonesia dan Dinas Pertanian Matim membahas masalah perubahan iklim bersama Warga Desa Golo Ndari , Selasa, 05 April 2021. (sumber: Yayaasan ayo Indonesia)

RUTENG (Floresku.com) - Yayasan Ayo Indonesia bersama Dinas Pertanian Kabupaten Manggarai Timur melakukan sosialisasi tentang isu perubahan iklim dan diskusi partisipatif dengan mengikutsertakan masyarakat yang berada di Desa Golo Ndari, pada Selasa 5 April 2022.

Informasi tertulis yang diterima Floresku.com menyebutkan bahwa kegiatan ini dilakukan untuk mengidentifikasi jenis bencana alam yang terjadi pada jangka waktu 20 tahun terakhir dan kapasitas petani menghadapi perubahan iklim berprespektif kesetaraan gender dan inklusi sosial (GESI).

Adapun kegiatan ini digelar di Kantor Desa Golo Ndari, Kecamatan Lamba Leda Selatan, Kabupaten Manggarai Timur dengan dihadiri oleh 25 peserta yang terdiri dari staf Dinas Pertanian Kabupaten Manggarai Timur, aparat desa, staf program VICRA dari Yayasan Ayo Indonesia, Kelompok tani dan Kelompok Wanita Tani.

Kepala Desa Golo Ndari, Siprianus Sanar dalam sambutannya mengatakan bahwa pihaknya menyambut baik gagasan dan niat dari Yayasan Ayo Indonesia, khususnya pula dalam menyadarkan masyarakat yang ada di Desa Golo Ndari tentang perubahan iklim dan dampak yang ditimbulkannya. 

Lebih dari itu, lanjut Siprianus, kegiatan yang ada juga merupakan bentuk perhatian pemerintah desa terhadap persoalan yang dihadapi oleh 344 Kepala Keluarga, dengan penduduk 1'182 jiwa yang menggantungkan hidupnya pada usaha pertanian pangan dan perkebunan.

Sebagaimana diakuinya bahwa selama ini masyarakat mengeluh karena mengalami penurunan hasil bumi, seperti: padi, jagung dan kopi robusta. Kondisi ini kian mencemaskan ketika dihadapkan dengan musim kemerau yang berkepanjangan dan serangan hama pada tanaman padi.

"Masyarakat seringkali menghadapi persoalan seperti halnya kekurangan air. Dan jika hujan turun dengan intensitas tinggi maka bisa menimbulkan longsor pada perkebunan kopi milik warga hingga membuat buah kopi robusta rusak," ungkapnya.

Lebih lanjut, Siprianus mengungkapkan bahwa menyikapi kondisi demikian, masyarakat hanya bisa pasrah dan tidak tahu bagaimana mengatasinya. Karena itu, pengetahuan dan informasi terkait perubahan iklim sangatlah penting.

"Saya berharap agar peserta yang hadir di sini dapat menyampaikan pristiwa alam yang berkaitan dengan iklim atau cuaca sehingga bersama pemerintah desa bisa menyuarakannya kepada pemerintah Kabupaten agar diberi perhatian. Sedangkan pemerintah desa sudah mengalokasikan dana desa untuk pengembangan sorgum, tanaman pangan yang mampu beradaptasi pada kondisi kering,” ungkap Sipri.

Sementara itu, Florianus Hasi selaku District Officer Program VICRA dari Yayasan Ayo Indonesia menjelaskan bahwa melalui Program VICRA yang bertujuan untuk menyuarakan aksi ketahanan iklim secara inklusi, Yayasan Ayo Indonesia akan melakukan penyebarluasan informasi tentang perubahan iklim dan dampaknya kepada masyarakat umum, kelompok tani, pemerintah desa, kelompok masyarakat yang rentan, Lembaga keagamaan, pemerintah Kabupaten dan Provinsi.

Selanjutnya, masih kata Florianus, bersama masyarakat melakukan kajian partisipatif tentang kejadian-kejadian alam selama 20 tahun terakhir dan menyuarakan hal yang teejadi kepada pemerintah untuk merumuskan aksi adapatasi dan mitigasi sehingga para petani tidak kehilangan mata pencaharian dan sumber penghidupan.

"Untuk diketahui kita semua, Potensi bahaya perubahan iklim di NTT, menurut laporan Kementrian BPN/Bappenas di sector pertanian termasuk ke dalam kategori tinggi, dimana produksi padi berpotensi mengalami penurunan sekitar, 10,1 – 17,5 persen.

Untuk konteks Kabupaten Manggarai Timur, berdasarkan Kajian BAPPENAS, penanganan dampak perubahan iklim di sektor Pertanian masuk dalam kategori super prioritas," cetusnya.

Dalam kesempatan yang sama, Beny Dansis selaku Kepala Bidang Pengendalian dan Penanggulagan Bencana Pertanian dan Perizinan Pertanian di Dinas Pertanian Kabupaten Manggarai Timur dalam penjelasannya mengatakan bahwa perubahan iklim telah menyebabkan musim kering yang berkepanjangan sehingga memunculkan persoalan, seperti halanya kekurangan air untuk irigasi. Kondisi ini, kata Beny, memberi dampak pada penurunan hasil padi dan jagung.

"Luas lahan padi sawah produktif di Kabupaten Manggarai tahun 2019 sebesar 21.461.2 Hektar dan pada tahun 2020 meningkat menjadi 23.857,1 hektar. Namun, pada tahun 2021 mengalami penurunan sebesar 2.095,58 hektar yang disebabkan oleh kerusakan saluran irigasi akibat banjir dan kekeringan yang berlangsung selama 8 bulan," cetusnya.

Lebih lanjut, Beny menjelaskan kejadian yang berkaitan erat dengan iklim yang ikut beepengaruh terhadap produktifitas padi sawah. Dikatakannya bahwa berdasarkan data yang ada, produksi padi sawah menurun secara signifikan dari 131,492,4 ton tahun 2020 menjadi 107.510,45 ton pada tahun 2021, produktiftas padi ladang juga menurun secara drastis yang disebabkan oleh pola curah hujan yang berubah bahkan tidak menentu dan pola budidaya yang belum tepat.

Jagung sebagai salah satu sumber pangan alternatif dari masyarakat di Kabupaten Manggarai Timur, masih kata Beny, juga mengalami penurunan produktifitas pada tiga tahun terakhir, dimana dari total produksi tahun 2019 yang mencapai angka 29.548 ton menurun sebesar 6.139 menjadi 23.318 ton pada tahun 2021. Lebih dari itu, serangan hama belalang, keong mas dan ulat pada tanaman padi-jagung terus meningkat pada 5 tahun terakhir.

Keduanya menyerang pada musim kemarau, khusus hama belalang yang telah menyerang dan merusak tanaman jagung dan kedelai setiap tahun di wilayah dataran rendah yanga ada di sekitar wilayah pantai selatan Kabupaten Manggarai. 

Sedangkan keong mas, kata Beny, merusak tanaman padi pada musim hujan pada persawahan yang ada di sepanjang pantai utara. Hal itu terjadi karena curah hujan yang tinggi hingga menyebabkan sawah terendam air dalam jangka waktu yang lama. Dengannya, keong mas pun berkembang sangat cepat.

"Aktivitas dari para petani di Manggarai Timur yang berpotensi merusak alam khususnya atmosfir adalah penggunaan pupuk dan pestisida kimia yang berlebihan atau tidak tepat dosis, pembakaran lahan saat pembukaan lahan, pembakaran jerami setelah panen padi dan membuka lahan pertanian dalam kawasan hutan. Tahun ini dinas pertanian kabupaten Manggarai Timur membantu petani dengan penyediaan benih padi dan jagung yang berlabel, berkualitas baik kemudian melalui PPL melatih petani tentang cara membuat pestisida nabati dan pupuk organik," ungkap Beny. (Jivansi). ***

RELATED NEWS