Sosialisasi
Rabu, 20 Oktober 2021 13:37 WIB
Penulis:redaksi
Editor:redaksi
JAKARTA (Floresku.com) -Nama ‘Mustafa Kemal Ataturk’ tokoh sekuler asal Turki belum pasti diterima untuk dijadikan nama jalan di Indonesia.
Rencana untuk mengbadikan ‘Mustaf Kemal Ataturk’ sebagai nama salah satu ruas jalan di Jakarta.
Pasalnya, sejumlah kalangan menyatakan tidak setuju karena ‘Mustaf Ataturk Ataturk' adalah tokoh yang sering melontarkan gagasan sekuler sehingga membuat banyak rakyat Turki menjauhkan diri dari ajaran Islam.
Namun, pada sisi lain, ternyata sudah ada 10 ‘anak bangsa Indonesia’ yang namanya telah diabadikan sebagai nama jalan di luar negeri.
Dari 10 anak bangsa luar biasa tersebut, 8 orang sudah meninggal dunia, dan hanya dua yang masih hidup, dua di antarnya adalah wanita.
Hampir semua mereka adalah pahlawan atau tokoh nasional dan beragama Islam. Ada dua yang beragama Kristen dan satunya beragama Katolik.
Uniknya, dari 10 orang tersebut delapan sudah meninggal dunia dan dua orang yang masih hidup. Dari dua yang masih hidup itu, satunya adalah Presiden RI, Joko Widodo, dan satunya lagi adalah seorang rakyat biasa, Padre Amans Laka SVD, seorang misonaris Katolik, dari Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Nah, siapakah mereka itu? Dan, apa yang membuat pemerintah bangsa lain merasa pantas untuk mengabdikan nama mereka sebagai nama jalan? Simak penjelasan berikut ini!
1.Proklamator, Presiden RI Soekarno (di Maroko, Mesir)
Nama Presiden Indonesia pertama, Soekarno, paling banyak diabadikan oleh bangsa lain, baik sebagai nama jalan, maupun sebagai nama tempat penting lainnya.
Di kota Rabat, Maroko, ada Avenue Soekarno, yang berada tepat di depan Bank Al Maghreb. Maroko sangat berutang budi kepada Soekarno dan bangsa Indonesia untuk keluar dari penjajahan pada tahun 1945.
Bagi Maroko, Presiden Soeknarno adalah tokoh penting bagi kawasan Asia dan Afrika karena memprakarsai Konferensi Asia Afrika pada 1955. Selain itu, Presiden Sukarno pernah melakukan kunjugan kepresidenan ke Marok, pada 2 Mei 1960, empat tahun negara itu meraih kemerdekaannya, pada tahun 1956.
Selain Maroko, Mesir juga menganggap Bung Karno berjasa bagi negara mereka karena telah menggelar Konferensi Asia Afrika yang mempersatukan negara-negara dua benua. Oleh karena itu Mesir mengabadikan nama jalan Ahmed Sokarno di Kairo.
Di Pakistan nama Seokarno, tidak digunakan sebagai nama jalan, tetapi nama lokasi. Di sana ada tempat yang diberi nama Soekarno Square yang berada di Khyber Bazar, Qissa Khawani, Peshawar, Khyber Pakhtoonkhwa. Selain itu Pakistan juga punya Soekarno Bazar. Lokasinya di Gunj Lahore, Punjab.
Pakistan mengaugerahkan penghargaan karena mengganp Soekarn berjasa ketika mengirimkan tentara Indonesia untuk membantu menjaga keamanan perairan Pakistan di tengah konflik dengan India yang sempat memanas pada tahun 1965.
Nama Soekarno juga pernah dipakai untuk menyebut sebuha masjid di Rusia. Masjid yang kini populeer dengan sebuta Saint Petersburg Mosque dan Blue Mosque pada masa lalu sempat populer disebut Masjid Soekarno.
Soekarno memang berjasa dalam menghidupkan masjid itu. Pada masa kepemimpinan Nikita Kruschev, masjid biru tak lagi digunakan sebagai tempat ibadah. Bangunan itu dialihfungsikan menjadi gudang. Setelah berkunjungke sana, Soekarno lantas meminta Kruschev untuk mengembalikan fungsi masjid sebagai tempat ibadah umat Islam.
Sementara itu, di Aljazair ada Monumen Soekarno, dan di Meksiko ada taman yang diberi nama seperti sang presiden pertama. Taman kota yang ditandai patung Soekarno itu berada di Mexico City.
Pada tahun 2008 saja pemerintah Kuba menerbitkan seri perangko dengan gambar para tokoh yang dianggap penting bagi negara tersebut. Selain Fidel Castro dan Che Guevara, ada sosok Soekarno yang ikut dicetak.
2. Proklamator dan Wakil Presiden, Mohammad Hatta (di Belanda)
Dr. (H.C.) Drs. H. Mohammad Hatta (12 Agustus 1902 – 14 Maret 1980) adalah negarawan dan ekonom Indonesia yang menjabat sebagai Wakil Presiden Indonesia pertama.
Ia bersama Soekarno memainkan peranan sentral dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda sekaligus memproklamirkannya pada 17 Agustus 1945. Ia pernah menjabat sebagai Perdana Menteri dalam Kabinet Hatta I, Hatta II, dan RIS. Pada 1956, ia mundur dari jabatan wakil presiden karena berselisih dengan Presiden Soekarno.
Hatta dikenal akan komitmennya pada demokrasi. Ia mengeluarkan Maklumat X yang menjadi tonggak awal demokrasi Indonesia. Di bidang ekonomi, pemikiran dan sumbangsihnya terhadap perkembangan koperasi membuat ia dijuluki sebagai Bapak Koperasi.
Hatta meninggal pada 1980 dan jenazahnya dimakamkan di Tanah Kusir, Jakarta. Pemerintah Indonesia menetapkannya sebagai salah seorang Pahlawan Nasional Indonesia pada tanggal 23 Oktober 1986 melalui Keppres nomor 081/TK/1986.[3] Namanya bersanding dengan Soekarno sebagai Dwi-Tunggal dan disematkan pada Bandar Udara Soekarno-Hatta.
Di Belanda, namanya diabadikan sebagai nama jalan di kawasan perumahan Zuiderpolder, Haarlem. Dalam bahasa lokal, nama jalannya adalah Mohammed Hatta Straat.
Pemerintah Belanda menganggap nama Mohammad Hatta patut diabadikan karena kejeniusan dan jiwa kepemimpinannya dalam menggelorakan spirit kemerdekaan di Indonesia hingga memprolamasikan Kemerdekaan RI pada 17 1945.
3. Raden Ajeng Kartini (di Belanda)
Raden Adjeng Kartini (21 April 1879 – 17 September 1904) atau sebenarnya lebih tepat disebut Raden Ayu Kartini adalah seorang tokoh Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia. Ia berasal dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa. Ia merupakan putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seorang patih yang diangkat menjadi bupati Jepara segera setelah Kartini lahir.
Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya.
Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah.
Kartini juga banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter Brooshooft. Ia juga menerima leestrommel (paket majalah yang diedarkan toko buku kepada langganan). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie. Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di De Hollandsche Lelie.
Dari surat-suratnya tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut salah satu karangan atau mengutip beberapa kalimat. Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita, tetapi juga masalah sosial umum. Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas
Sosok RA Kartini sangat mengagumkan bagi bangsa Belanda. Pasalnya, RA Kartini memiliki kepedulian yang tinggi akan hak-hak dasar kaum perempuan, terutama hak untuk mengenyam pendidikan.
Pemerintah Belanda memakain nama Raden Adjeng Kartini untuk nama nama di empat kotanya. Pertama, Raden Adjeng Kartinistraat di Kota Amsterdam, tak jauh dengan Rosa Luxemburgstraat, nama tokoh perempuan sayap kiri Eropa. Kedua, Kartinistraat di Kota Harlem, Belanda, tepatnya di kawasan permukiman. Ketiga, Kartinistraat di Utrecht, dan keempat di Kota Venlo.
4. Sutan Sjahrir (di Belanda)
Sutan Sjahrir (5 Maret 1909 – 9 April 1966) adalah seorang intelektual, perintis, dan revolusioner kemerdekaan Indonesia yang berasal Padang Panjang Sumetera Barat. Namanya juga dijadikan nama jalan di kawasan Leiden, Belanda.
Belanda menempatkan Sjahrirstraat di dekat Gandhistraat dan tak jauh dari Martin Luther Kingpad.Selain itu ada Sjahrirsingel di Gouda, dan Sutan Sjahrirstraat di Haarlem yang tersambung dengan Mohammad Hattastraat.
5. Thomas Matulessy atau Kapitan Pattimurra (di Belanda)
Thomas Matulessy alias Kapitan Pattimura, lahir di Haria, Pulau Saparua, Aibku pada 8 Juni 1783 dan meninggal di Ambon, Aibku, 16 Desember 1817 pada umur 34 tahun.
Pattimura ialah mantan sersan militer Inggris yang akhirnya membantu Indonesia mengusir penjajah Belanda. Oleh karena itu juga digelar sebagai salah satu pahlawan nasional.
Namanya juga diabadikan menjadi nama Universitas Pattimura, Kodam XVI/Pattimura dan Bandar Udara Internasional Pattimura di Ambon.
Tak jelas atas alasan apa, Pemerintah Belanda mengabdaikan menjadi namanya sebagai nama untuk salah satu ruas di kawasan Wierden.
6.Martha Christina Tiahahu
Martha Christina Tiahahu adalah seorang pejuang wanita yang melawan tentara kolonial Belanda. Di usianya yang saat itu masih 17 tahun, Martha menjadi salah satu pemimpin tentara rakyat Maluku. Martha sempat turun berperan dalam pertempuran melawan Belanda di Pulau Saparua, tepatnya di Desa Ouw, Ullath. Atas perjuangannya yang berani, Martha pun dijuluki sebagai srikandi dari tanah Maluku.
Nama Martha Christina Tiahahu diabadikan di sebuah jalan di wilayah Wierden, yang juga bersamaan dengan penamaan Pattimurastraat.
Letak kedua jalan itu juga berdekatan serta atas usulan masyarakat Maluku yang sudah puluhan tahun menetap di wilayah Wierden, Belanda.
7. Irawan Soejono (di Belanda)
Irawan Soejono adalah seorang mahasiswa Indonesia yang diakui oleh Belanda sebagai pahlawan negara tersebut karena perjuangannya melawan Nazi Jerman selama masa pendudukan Nazi Jerman di Belanda. Sebelum Perang Dunia II, Irawan Soejono adalah anggota Perhimpunan Indonesia di Belanda.
Pemerintah Kota Amstedam, Belanda memberi nama sebuah ruas jalan di bilangan Osdorp dengan nama Sojonostraat. Jalan itu merentang sepanjang 200 meter, menghubungkan jalan Rudi Bloergartensinglen dengan Tijhn Hullemanllaan dan diapi oleh dia jalan uaitu Jacon Paffstaaat dan Geertruide Lerstraat.
8. Munir Said Tahlib (di Belanda)
Munir Said Thalib, S.H. (8 Desember 1965 – 7 September 2004) adalah seorang aktivis hak asasi manusia Indonesia. Ia merupakan salah satu pendiri lembaga swadaya masyarakat Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) dan Imparsial.
Pada saat menumpangi Garuda Indonesia Penerbangan 974 dari Jakarta menuju Amsterdam pada bulan September 2004, ia dibunuh dengan cara diracuni menggunakan arsen.
Munir adalah sosok yang bersahaja. Ia pernah menjadi pemenang Right Livelihood Award pada tahun 2000 bersama tiga orang lainnya. Namun ia tidak menikmati hadiah ratusan juga tersebut sendirian, melainkan membagi dua dengan Kontras, dan sebagian lagi diserahkan kepada ibunda tercintanya.
Di tengah maraknya pejabat berebut fasilitas, Munir malah tidak tergoda. Ia tetap menggunakan sepeda motor sebagai teman kerjanya.
Amnesty International di Belanda mengagumi Munir dan menghargai komitmennya untuk pembelaan hak-hak asasi manusia dengan mendorong pemerintah Belanda mengabadikan nama Munir pada nama jalan di Den Haag, Belanda. Munirpad diresmikan pada 14 April 2015. Lokasinya berada di lingkungan Martin Luther King-Laan, dekat Salvador Allende Straat dalam kompleks perumahan Den Haag.
9. Amans Laka SVD (di Ezperanza, Argentina)
Berbeda dari yang lain, yang adalah pahlawan dan tokoh nasional, Amans Laka adalah warga Indonesia biasa.
Ia lahir pada 14 Mei 1968 di Tanah Putih, Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Ia adalah alumnus Seminari Tinggi St. Paulus dan STFK Ledalero, Maumere, Flores. Setelah ditahbiskan menjadi imam Katolik, ia ditunjuk oleh pimpinan serikatnya, SVD untuk menjadi misionaris di Argentina, Amerika Selatan.
Dalam surat apresiasi untuk Amans Laka, tertanggal 20 September 2021, Dubes RI Duta Besar Republik Indonesia untuk Argentina merangkap Paraguay dan Uruguay Niniek Kun Naryati di Buenos Aires, Argentina menerangkan bahwa selama berkarya di Provinsi Misiones, Argentina, Amans Laka SVD telah melakukan pelayanan kemanusian yang luar biasa bagi warga Argentina, khususnya dalam bidang pendidikan. Ia membangun membangun Agriculture Family School (bahasa setempat: Escuela Familia Agricola (EFA)) St. Arnold Janssen di Puerto Esperanza dan EFA St. Josef Freinadametz di Caraguatay, keduanya di Provinsi Misiones, pada 2003.
EFA adalah sebuah sekolah berasrama yang mengajarkan berbagai kejuruan di bidang pertanian dan peternakan bagi anak-anak dari keluarga petani dan masyarakat yang kurang mapu secara ekonomi.
Dubes Niniek menambahkan, Amans Laka SVD juga berkontribusi dalam pembangunan Primary School No.656 di Puerto Ezperanza, yang kemudian dikenal sebagai Sekolah Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Pemerintah Kabupaten Puerto Esperanza No.19/2010.
Sebagai pengakuan atas karya kemanusian yang dilakoni Padre Amans Laka SVD, Pemerintah Kabupaten Puerto Ezperanza melaui Surat Keputuan No.58/2007, memberi nama ‘Amans Laka’ atas ruas jalan di Puerto Espernaza.
Tak tanggung-tangung ruas jalan yang diberi nama Amans Laka panjangnya, 4 km. Peresmiannya terjadi pada Minggu 28 Desember 2007.
“Secara pribadi saya tidak mengharapkan penghargaan seperti itu. Namun, Bupati dan anggota DPR di Puerto Espaeranza merasa perlu memberi apresiasi kepada saya dengan cara yang luar biasa yaitu menggunakan nama Amans Laka untuk nama jalan itu sepanjang 4 km,” jelas Padre Amans.
Sejak akhir 2019 lalu, Padre Amans Laka mendapat tugas misi baru di Kuba. Setahun terakhir, dia berkarya di salah satu paroki di ibu kota Havana, melayani umat yang dianggap sebagai kaum marjinal.
10. Presiden RI ke-7, Joko Widodo (di Abu Dhabi, UEA)
Pada Oktober 2020 lalu pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) memberikan penghargaan kepada Presiden Republik Indonesia ke-7, Joko Widodo.
Negara kaya minyak itu mengabadikan menjadi nama Presiden Joko Widodo di sebuah ruas jalan di ibu kota Abu Dhabi.
Sebelum diubah menjad President Joko Widodo Street ruas jalan tersebut bernama Al Ma'arid Street atau dalam bahasa Indonesia artinya eksibisi atau pameran yang menghubungkan jalan Rabdan dengan jalan Tunb Al Kubra.
President Joko Widodo Street membelah ADNEC (Abu Dhabi National Exhibition Center) dan Embassy Area, yang notabene kawasan kantor perwakilan diplomatik.
Jalan tersebut diresmikan oleh Sheikh Khalid bin Mohammed bin Zayed Al Nahyan, Chairman Abu Dhabi Executive Office, Senin, 19 Oktober 2020.
Penamaan ini merupakan bentuk penghormatan Uni Emirat Arab kepada Indonesia, yang dianggap konsisten dalam menjalin hubungan bilateral yang hangat dan produktif. ***