8 Dosen Unindra Gelar ‘Pelatihan dan Penerapan Aplikasi Kesehatan Berbasis HP bagi 50 Orang Lansia’ di Kota Bekasi

Selasa, 24 Desember 2024 13:56 WIB

Penulis:redaksi

Editor:redaksi

pkm.jpg
Dosen Unindra melakukan kegiatan PKM di Bekasi. (Uus Rusmawan)

BEKASI (Floresku.com) – Sejumlah dosen dari Prodi  Teknik Informatika (S1), Universitas Dian Nusantara  (Unidra), Kampus Kranggan, Cibubur melaksanakan program pengabdian kepada masyarakat (PKM) sebagai wujud pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi.

PKM melibatkan 8 (delapan) dosen terdiri dari  Uus Rusmawan (Koordinator), dan anggotanya adalah Erfiana, Wahyuningsih, Tri Nur Arifin, Desi Ramayanti, Sri Dianing Asri, Rengga Sendrian, Anita Ratnasari dan Bias Yulisa Geni.

Kegiatan PKM  kali ini menyasar 50 orang lansia di Kota Bekasi, berlangsung selama Oktober 2024 lalu.

Secara umum PKM  tersebut mengambil tema ‘Pelatihan dan Penerapan Aplikasi Kesehatan Berbasis HP bagi Lansia’.  Tim dosen PKM mengurai tema tersebut menjadi tiga sub-tema pelatihan.

Uus Rusmawan membawakan materi tentang Aplikasi Deteksi Detak Jantung.  Erfiana Wahyuningsih menyampaikan materi tentang Pengenalan Alat Listrik SNI, sedangkan Tri Nur Arifin membawakan materi tentang Tip dan Trik  Hemat Listrik bagi Lansia.

Berikut laporan mengenai pelaksanaan kegiatan PKM  tersebut. 

LATAR BELAKANG
Menurut para dosen, kegiatan PKM dilatarbelakangi oleh dua hal yaitu pertama, perkembangan teknologi di bidang telekomunikasi yang begitu pesat. Dan, kedua, kebutuhan para lansia atas layanan kesehatan berbasis teknologi kesehatan.

Implementasi IoT di Industri Kesehatan Kian Berkembang

Disebutkan, perkembangan teknologi bidang telekomunikasi dalam beberapa tahun terakhir ditandai dengan diterapkan teknologi telekomunikasi di berbagai sektor termasuk pada sektor kesehatan. 

Implementasi Internet of Things (IoT) di industri kesehatan telah memperlihatkan hasil yang menjanjikan.

Tim dosen PKM Unindra menyatakan, terhubungnya sumber daya medis dengan pasien mampu menciptakan pemanfaatan health service yang lebih efesien, dengan demikian sistem perawatan kesehatan berbasis IoT mampu diterima secara luas sebagai layanan kesehatan terpercaya oleh masyarakat tak terkecuali pada penduduk lansia karena memiliki masalah kesehatan yang perlu diberi perhatian lebih.

Gambaran tentang Lansia

Selanjutnya, merujuk ke Ulva et al., (2023), mereka mengemukakan bahwa ‘lanjut usia dikenal sebagai masa kehidupan orang yang melewati umur lebih dari 60 tahun, pada seorang lanjut usia memiliki sebuah proses perubahan jaringan tubuh yang menurun’.

Disebutkan bahwa saat ini  jumlah lansia meningkat sangat pesat. Pada umumnya para lansia menjalani kehidupan dengan kondisi  kesehatan yang menurun, perubahan emosional, dan perilaku lansia yang menjadi tidak produktif dalam melakukan aktiftas sendiri.

Akibatnya sebagian orang menganggap bahwa lansia adalah beban.

Tim dosen  melakukan kajian literatur dengan pendekatan sederhana terhadap 10 artikel tentang teknologi pemantauan lansia jarak jauh dalam periode 2010 – 2020.

Dari berbagai literatu tersebut diketahui bahwa kehadiran teknologi pemantauan lansia jarak jauh dapat membantu keluarga dan para tenaga kesehatan dalam memantau kegiatan lansia, keberadan lansia, dan mengurangi resiko kecelakaan pada lansia.

Lansia merupakan tahap akhir dari proses penuaan. Menua adalah suatu keaadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. 

Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. 

Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahapan yaitu anak-anak, dewasa, dan tua. 

Masa lansia merupakan suatu masa dimana kondisi fisik, kesehatan bahkan kognitif dari individu mulai mengalami penurunan. 

Perubahan-perubahan dalam proses “aging” atau penuaan merupakan masa ketika seorang individu berusaha untuk tetap menjalani hidup dengan bahagia melalui berbagai perubahan dalam hidup.

Bukan berarti hal ini dikatakan sebagai “perubahan drastis” atau “kemunduran”. Secara definisi, seorang individu yang telah melewati 60 tahun disebut lansia (Knaofmone et al., 2024)

Lansia Bekasi: Tantangan dan Peluang Mengakses Teknologi

Kota Bekasi adalah salah satu wilayah dengan populasi lansia yang cukup besar. Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Bekasi, jumlah lansia terus meningkat dari tahun ke tahun, mencapai 10 persen dari total penduduk. 

Lansia menghadapi berbagai tantangan dalam mengakses layanan kesehatan, terutama karena keterbatasan mobilitas dan pemahaman tentang teknologi. 

Banyak lansia yang kurang familiar dengan penggunaan aplikasi kesehatan berbasis smartphone, yang saat ini sudah banyak tersedia untuk membantu pemantauan kesehatan secara mandiri.

Saat ini, masyarakat lansia di Kota Bekasi memiliki potensi besar untuk diberdayakan dalam menggunakan teknologi kesehatan melalui smartphone. 

Namun, rendahnya literasi digital di kalangan lansia menjadi penghalang utama dalam memanfaatkan teknologi ini. Analisis situasi ini menunjukkan bahwa meskipun sebagian besar lansia memiliki akses ke smartphone, hanya sedikit yang mampu menggunakannya untuk keperluan kesehatan.

Oleh karena itu, diperlukan pelatihan dan pendampingan khusus bagi lansia untuk menggunakan aplikasi-aplikasi kesehatan. 

Aplikasi seperti pengingat minum obat, pelacak aktivitas fisik, dan layanan konsultasi dokter online bisa sangat membantu mereka menjaga kesehatan secara mandiri tanpa harus selalu datang ke fasilitas kesehatan.

SOLUSI PERMASALAHAN 

Melalui kegiatan PKM ini, para dosen menawarkan pelatihan intensif untuk lansia dalam menggunakan aplikasi kesehatan yang sederhana dan mudah dioperasikan, seperti aplikasi pengingat obat, konsultasi online, dan pelacak aktivitas harian. 

"Selain itu, kami (tim dosen, red) juga menyusun panduan visual dan audio yang dapat membantu lansia memahami cara kerja aplikasi tersebut. Panduan ini akan dibuat dalam format yang mudah dipahami dengan instruksi yang jelas," terang  Bias Yulisa Geni.

“Solsui lainnya adalah pendampingan langsung oleh mahasiswa selama program pelatihan untuk memastikan setiap lansia memahami dan bisa mengoperasikan aplikasi kesehatan di smartphone mereka. Kolaborasi dengan puskesmas setempat untuk membantu pemantauan dan konsultasi kesehatan lanjutan menggunakan teknologi,” jelas Anita Ratnasari. 

TUJUAN DAN MANFAAT

Kegiatan PKM ini memiliki beberapa tujuan sebagai berikut.

Pertama, untuk meningkatkan literasi digital lansia dalam penggunaan aplikasi kesehatan berbasis ponsel. 

Kedua, membantu lansia memahami fungsi aplikasi kesehatan untuk memantau kondisi kesehatan, mengatur jadwal pengobatan, dan mengakses layanan medis daring. 

Ketiga, memfasilitasi lansia agar lebih mandiri dalam mengelola kesehatan melalui teknologi.

Keempat, meningkatkan kesadaran lansia terhadap pentingnya teknologi sebagai alat pendukung kesehatan di era digital.

Kelima, memberikan solusi praktis bagi lansia untuk mengakses layanan kesehatan secara mudah dan efisien.

Para dosen mengungkapkan bahwa manfaat dari kegiatan PKM ini  adalah :
a. Bagi Lansia: Meningkatkan kemampuan menggunakan teknologi untuk mendukung kesejahteraan kesehatan. 

Mempermudah akses ke layanan kesehatan seperti konsultasi daring, pemantauan tekanan darah, atau pengingat konsumsi obat. Mengurangi ketergantungan pada keluarga atau orang lain dalam mengelola kesehatan sehari-hari.

b. Bagi Masyarakat: Mendorong lingkungan yang inklusif di mana lansia dapat beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Membantu menciptakan komunitas yang lebih sadar kesehatan melalui teknologi.

c. Bagi Institusi: Memperkuat peran perguruan tinggi dalam memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat. Menjadi contoh program pengabdian masyarakat berbasis teknologi yang aplikatif dan relevan.

d. Bagi Pemerintah Lokal: Mendukung upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas hidup lansia di era digital. Menyediakan data dan masukan untuk pengembangan program pelayanan kesehatan lansia berbasis teknologi.

METODE PELAKSANAAN

Koordinator PKM, Uus Rusmawan mengatakan,  program PKM  ini dilaksanakan dalam beberapa tahapan sebagai berikut.

Pertama, sosialisasi. Sosialisasi dilakukan di awal program untuk memperkenalkan lansia mengenai manfaat dan tujuan pelatihan penggunaan aplikasi kesehatan berbasis HP. Sosialisasi ini juga akan melibatkan keluarga lansia agar mereka bisa turut membantu dan mendampingi setelah program berakhir.

Kedua, pelatihan.Pelatihan akan dilakukan dengan metode yang sederhana dan mudah diikuti oleh lansia. Pelatihan mencakup:
a. Penggunaan aplikasi kesehatan dasar.
b. Pengenalan fitur-fitur penting di smartphone.
c. Langkah-langkah praktis dalam mengoperasikan aplikasi.

Ketiga, Penerapan Teknologi: Setelah pelatihan, para lansia akan didampingi dalam menggunakan aplikasi kesehatan secara langsung. Tim pengabdian akan membantu mereka menginstal aplikasi dan memastikan penggunaannya.

Keempat, Pendampingan dan Evaluasi. Tim akan melakukan pendampingan secara berkala untuk memonitor penggunaan aplikasi dan memberikan bantuan jika diperlukan. Evaluasi akan dilakukan untuk menilai sejauh mana lansia bisa menggunakan aplikasi tersebut dengan mandiri.

Keempat, Keberlanjutan Program. Timi dari program akan bekerja sama dengan puskesmas untuk memastikan bahwa lansia terus mendapatkan dukungan dalam penggunaan aplikasi kesehatan. Panduan dalam bentuk digital juga akan disebarkan untuk membantu keberlanjutan program.

Kelima, Tugas Pelaksanaan:

HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN

Menurut Uus Rusmawan, hasil pelaksanaan PKM  tentang penggunaan alat deteksi denyut jantung menggunakan HP untuk lansia dapat dijelaskan dalam beberapa poin berikut:

Pertama, peningkatan Pemahaman dan Kesadaran : Setelah pelatihan, lansia lebih memahami pentingnya pemantauan denyut jantung untuk mencegah risiko penyakit kardiovaskular.

“Para lansia menjadi lebih sadar akan kondisi kesehatan mereka dan langkah preventif yang dapat dilakukan,” ujar Erfiana Wahyuningsih.

Kedua, kemampuan Mengoperasikan Alat : Lansia yang mengikuti program dapat menggunakan aplikasi pada HP untuk mendeteksi denyut jantung secara mandiri. Proses pelatihan yang sederhana dan praktis memastikan bahwa peserta dapat mengoperasikan aplikasi dengan baik.

Ketiga, kemandirian dalam Pemantauan Kesehatan : Dengan keterampilan baru ini, lansia mampu memantau kondisi denyut jantung mereka kapan saja, tanpa harus selalu bergantung pada tenaga medis. 

“Hal ini meningkatkan kemandirian dan kenyamanan dalam menjaga kesehatan,” kata Uus , menambahkan.

Keempat, Tingkat Kepuasan yang Tinggi : Lansia merasa program ini sangat bermanfaat karena teknologi yang diajarkan relevan dan mudah digunakan. 

“Banyak peserta mengungkapkan rasa puas karena dapat menggunakan teknologi modern untuk keperluan kesehatan sehari-hari,” jelas Wahyuningsih.

Kelima, Peningkatan Interaksi Sosial : Kegiatan ini juga memberikan ruang bagi lansia untuk berinteraksi dengan peserta lain, tenaga pendamping, dan pengajar. 

“Hal ini menciptakan suasana yang mendukung dan meningkatkan semangat para lansia,” kata  Tri Nur Arifin.

Keenam, Identifikasi Tantangan Teknis : Beberapa kendala yang ditemukan, seperti kesulitan membaca layar kecil atau memahami terminologi teknis, telah diatasi dengan menyediakan panduan visual dan pendampingan langsung. 

“Penyesuaian ini membuat pelatihan lebih inklusif,” tutur  Desi Ramayanti. 

Ketujuh, Potensi Jangka Panjang : Lansia yang mengikuti program diharapkan dapat menyebarluaskan pengetahuan mereka kepada anggota keluarga atau komunitas lainnya, menciptakan efek keberlanjutan dalam penggunaan teknologi untuk kesehatan.

“Program ini menunjukkan bahwa pendekatan edukasi teknologi yang sederhana dan inklusif dapat memberikan manfaat signifikan bagi lansia dalam menjaga kesehatan mereka secara mandiri,”  ungkap Sri Dianing Asri.

KESIMPULAN DAN SARAN

Menurut Uus, berdasarkan kegiatan PKM  tim dosen  menyimpulkan bahwa teknologi pemantauan lansia jarak jauh sangat efektif untuk di terapkan karena dapat membantu keluarga dan penyedia pelayanan kesehatan.

Namun,  kegiatan PKM  ini masih perlu menguatkan beberapa hal, yaitu pengetahuan individu dalam penggunaan teknologi tersebut,  kesiapan individu dalam penggunaan teknologi tersebut yang dapat mengurangi SDM, dan biaya yang akan dikeluarkan dalam menggunakan teknogi pemantauan lansia jarak jauh ini. (Aisy & Sofiani, 2021).

Sebagai koordinator, Uus menerangkan bahwa kegiatan PKM  ini berhasil mencapai tujuannya dengan meningkatkan literasi digital lansia dalam menggunakan aplikasi kesehatan. 

“Melalui pelatihan yang interaktif dan pendampingan langsung, lansia dapat memahami manfaat aplikasi kesehatan dalam memantau kondisi tubuh, mengatur jadwal pengobatan, dan mengakses layanan konsultasi medis daring,” tandasnya.

Hasil kegiatan ini menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi dapat menjadi solusi efektif untuk mengatasi kendala akses layanan kesehatan pada lansia. 

Selain itu, kegiatan ini juga mendorong lansia untuk lebih mandiri dalam menjaga kesejahteraan kesehatan mereka, sekaligus meningkatkan kesadaran akan pentingnya adaptasi terhadap perkembangan teknologi.

Tim dosen pelaksana PKM berharap, kiranya keberhasilan ini, diharapkan program serupa dapat dilanjutkan dan diperluas ke wilayah lain sebagai langkah strategis dalam meningkatkan kualitas hidup lansia di era digital. 

“Kiranya Kampus Universitas Dian Nusantara (Undira) Kranggan Kota Bekasi juga semakin mengukuhkan perannya sebagai institusi yang berkontribusi aktif dalam pemberdayaan masyarakat,”  kata Rengga Sendrian dengan nada penuh harap. *

Daftar Pustaka

Aisy, R. R., & Sofiani, Y. (2021). Nursing Sciences and Practices. Indonesian Journal of Nursing Sciences and Practices (INSP), 2(1), 37–42.
Knaofmone, M. L., Kelen, Y. P. K., & Tey Seran, K. J. (2024). Sistem Informasi Pemantauan Kesehatan Lansia Berbasis Mobile pada Posyandu Oebkin Desa Naiola Timur. Jurnal Nasional Komputasi Dan Teknologi Informasi (JNKTI), 7(4), 729–803.
Ulva, A. F., Nurdin, Putra Fhonna, R., Yulisda, D., Nur, M., & Setiawan, R. (2023). Aplikasi IoT Pemantauan Detak Jantung Pasien Lansia Beresiko Tinggi di RSCM Cut Mutia Lhokseumawe Berbasis Mobile. G-Tech: Jurnal Teknologi Terapan, 7(1), 237–246. https://doi.org/10.33379/gtech.v7i1.1979. ***