Microsoft
Selasa, 22 Juni 2021 18:23 WIB
Penulis:redaksi
SEPULUH tahun silam, Highline Community College merayakan 50 tahun usianya. Perayaan ulang tahun emasnya memuncak dengan konser gratis untuk warga kampus dan warga komunitas dari pukul 6-8 malam, Sabtu, 11 Juni 2011, sebulan sebelum saya menjejakkan kaki kampus HCC. Selama saya dan teman menjalani College Faculty and Administrator. Program (CCFAP) di HCC lima bulan berikutnya, nuansa pesta emas itu masih juga terasa.
Tak terasa waktu berlalu cepat. Pada ulang tahunnya yang ke-60, saya menulis artikel ini sebagai bentuk ucapan selamat sekaligus tanda terimakasih atas pengalaman dan pelajaran berharga yang telah saya terima dari kemurahaan hati dari orang-orang hebat di kampus ini.
Pengalaman di HCC telah mentransformasi dan mematangkan pandangan dan pendirianku akan pendidikan, bidang yang telah akrab dengan hidupku sejak masih kanak-kanak, lantaran almahum ayahku, Martinus Wuda adalah seorang guru sekolah. Tentu saja tulisan ini kupersembahkan pula buat dia yang telah berpulang pada akhir Juni 2013 silam.
Oleh Maxi Ali Perajaka*
HARI Pendidikan Nasional Indonesia kita peringati pada setiap 2 Mei. Sekitar hari itu kita menyelenggarakan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan. Namun, Juni adalah ‘bulan pendidikan’ yang sesungguhnya. Sebab, selama bulan ini, masyarakat Indonesia paling sibuk dengan berbagai urusan berkenaan dengan pendidikan.
Kegiatan pendidikan selama bulan Juni sangat berentetan. Mulai dari kegiatan ujian akhir semester, urusan menerima rapor kenaikan kelas, mengembalikan dan mengambil/membeli buku pelajaran, mengambil ijazah lulusan, melakukan pendaftaran masuk sekolah ke jenjang pendidikan lanjutan, termasuk memikirkan bagaimana caranya anak-anak menjalani liburan sekolah agar tidak merasa bosan di rumah.
Mengenai hal yang disebut terakhir, selama dua tahun terakhir para orangtua memang agak pusing tujuh keliling. Soalnya, pandemi COVID-19 tak memungkinkan siswa menggunakan masa liburan di luar rumah.
Liburan di dalam rumah, kelihatan mudah lagi murah. Tapi,pada kenyataan justru ruwet, karena siswa justru merasa ‘berhak’ untuk menggunakan banyak waktu guna berlancar di dunia maya. “Ahhhh…bosan, nggak ngapa-ngapain,” begitu keluhan yang sering terdengar, ketika anak-anak diminta untuk berhenti berselancar di dunia maya.
Bagi orangtua, situasi ini menjadi dilematis. Membiarkan anak-anak bebas masuk dalam alam virtual, kuatir mereka bisa kencanduan. Tapi, membatasi jam bervitual ria,anak-anak mengeluh bosan.
Pada Juni 2021 ini, nuansa pendidikan menjadi lebih kental lagi, lantaran para orang pintar beradu argumentasi seputar rencana pemerintah melakukan revisi UU perpajakan, di mana diusulkan agar sektor jasa pendidikan ikut dikenai pajak. Lengkap sudah, Juni menjadi ‘bulan pendidikan’!
Terselip berita dari Highline, Des Moines, WA
Di sela-sela kesibukan rutin menyiapkan materi kuliah dan mengisi portal berita floresku.com, akun facebook memberi sinyal ada informasi baru masuk. Ternyata, di antara sekian banyak informasi yang masuk, ada sebuah informasi yang membuat saya terkenang akan pengalaman 10 tahun silam, ketika menjalani College Faculty and Administrator. Program (CCFAP) di Highline Commuity College, Des Moines, King Countt, Washington State (WA), 15 Juni- 15 Desember 2012.
Berita ‘istimewa’ itu berbunyi demikian, “Today's the day! Our "Cross the Stage" diploma cover pickup starts today at 11 a.m. and our Virtual Commencement video will be released at 6 p.m. at the following link: https://www.envisiongrad.com/.../sch.../HighlineCollege2021.”
Akun facebook Highline College menerangkan bahwa dalam upaya untuk merayakan keberhasilan semua siswa Highline College yang bekerja keras untuk lulus musim semi ini, perguruan tinggi menyelenggarakan acara "Cross the Stage" dan pembukaan acara secara Virtual , Rabu 17 Juni pukul 01.00 UTC+07 –09.00 UTC+07 waktu Seattle, WA atau Jumat, 18 Juni 2021 WIB.
Highline College memutuskan menyelenggarakan Virtual Commencement karena pandemi COVID-19. Selain mengikuti pendekatan empat fase penanganan COVID-19 yang dianjurkan Gubernur Washington State, Jay Inslee, kampus merasa bertanggung jawab dan komit berpartisipasi dengan upaya bersama untuk membuka kembali bisnis dan mengubah jarak fisik yang terpaksa diterapkan dalam rangka mencegah COVID-19.
Yang menarik, dalam acara Virtual Commencement itu, Highline College melakukan menganugerahan kepada Dr. Jason L. Meriwether, seorang alumnus yang sukses.
Perlihal Jaso, editor blog Waterland menulis begini, “Dari mahasiswa generasi pertama di Highline College hingga Presiden Humboldt State University di California Utara, Dr. Tom Jackson tahu satu atau dua hal tentang apa yang diperlukan untuk berhasil di perguruan tinggi. Tetapi komitmennya kepada orang-orang yang ia layani melalui pendidikan tinggi –– lebih dari 70.000 lulusan –– membuat dia layak mendapat agunerah Penghargaan Alumnus Terhormat 2021.”
Lebih lanjut sang editor menulis, “Dia adalah orang yang berkarakter, berintegritas, dewasa, dan memiliki bakat profesional dengan kecenderungan untuk meningkatkan keberhasilan siswa,” tulis nominator penghargaan Jackson. Jackson juga seorang veteran yang telah memimpin komunitas global dan domestik serta giat berinisiatif melakukan pelayanan sukarela di tingkat komunitas.”
Selain meraih gelar associate dari Highline (Community) College, Jackson memegang gelar sarjana bisnis dari Southwest Minnesota State University, gelar master dalam bidang konseling/manajemen personalia mahasiswa dari Universitas Shippensburg dan gelar doktor dalam kepemimpinan pendidikan dari University of LaVerne.
Sekarang, Meriwether mengatakan Jackson adalah wakil presiden di dua universitas sebelum mencapai gelar presiden perguruan tinggi pertamanya di Black Hills State University di South Dakota dan posisinya saat ini di Humboldt sejak Juni 2019. Dia memiliki komitmen yang tulus untuk memanfaatkan pendidikan untuk menghasilkan peluang bagi siswa dan keluarga serta komunitas lokal.
Selama berada di Humboldt, Jackson telah memprioritaskan membantu siswa yang memulai di community college, seperti yang dia lakukan, melanjutkan pendidikan mereka dengan membuat program jalur transfer. Hal ini menyebabkan Humboldt State University memiliki “pertumbuhan siswa pindahan satu tahun tertinggi yang pernah ada sebesar 14,4%, yang mewakili 120 siswa lebih banyak dari tahun sebelumnya,” tulis Meriwether.
Singkatnya, Jakcson adalah salah satu contoh profil yang ingin diciptakan oleh Highline College sebagai sebuah lembaga pendidikan tinggi yang berbasis komunitas.
Pendidikan berbasis komunitas
Jackson tentu saja adalah salah satu dari puluhan ribu warga AS yang telah memetik manfaat dari pendidikan berbasis komunitas, di Highline Community College (HCC).
Memang, sebelum berubah bentuk menjadi Highline College, lembaga pendidikan tinggi yang didirikan 1961 dan beralamat di 2400 S. 240 St. Des Moines, WA 98198-9800 itu berbentuk Community College (CC).
Sebagai lembaga pendidikan tinggi publik yang melayani komunitas yang beragam di dunia yang multikultural dan berekonomi global, Highline College (HC) mempromosikan keterlibatan, pembelajaran, dan pencapaian siswa, mengintegrasikan keragaman dan globalisme, mengembangkan hubungan dalam komunitasnya, dan mempraktikkan keberlanjutan dalam sumber daya manusia, serta mengoperasikan pengajaran dan pembelajaran yang bekualitas. (revisi Agustus 2013).
HC mempunyai visi ingin dihargai sebagai panti pendidikan di mana mimpi dibentuk, komunitas diciptakan dan keunggulan dicapai.
Untuk mewujudkan visi dan misinya itu HC menyediakan layanan pendidikan secara multidimensi melalui beberapa pusat layanan seperti The Inter-Cultural Center (ICC) yang melibatkan seluruh komunitas kampus.
ICC menyediakan ruang di mana orang dapat berbagi dan merayakan diri otentik mereka melalui dialog dan kegiatan, terlibat dalam advokasi keadilan sosial, membangun pengetahuan tentang gerakan global, dan berkembang sebagai agen perubahan. Staf kami berkomitmen untuk bekerja dengan seluruh kampus untuk mempromosikan keragaman kampus dan pemahaman multikultural.
Ada pula Center for Cultural & Inclusive Excellence yang ingin menumbuhkan kepemimpinan transformatif dalam menciptakan lingkungan belajar yang adil, inklusif, dan menghargai semua identitas.
Di samping itu ada Women's Programs & WorkFirst. Tujuan utama adalah untuk mempromosikan keberhasilan siswa dengan menciptakan lingkungan yang dapat diakses, aman dan ramah untuk semua siswa dan komunitas sekitar kami. Kami memberdayakan siswa melalui layanan bimbingan dan dukungan akademik untuk mengakses sumber daya, mencapai tujuan pendidikan dan pekerjaan, serta memperoleh kredensial akademik.
Sementara itu adapula Career and Student Employment Center (CASE) yang berfokus pada pengembangan karir untuk mempersiapkan siswa dengan keterampilan persiapan kerja. CASE membantu siswa yang ragu-ragu melalui janji Eksplorasi Karir. Kami menyediakan pembuatan resume / surat lamaran, persiapan wawancara, memandu Anda melalui jaringan yang sukses dan keterampilan mencari pekerjaan
Dalam upaya memberikan pendidikan kepada semua orang yang mencarinya, Access Services di Highline College mendukung dan membantu siswa penyandang disabilitas dengan akomodasi kampus dan ruang kelas. Highline College menyediakan akomodasi yang wajar bagi siswa, karyawan, dan pelamar penyandang disabilitas yang memenuhi syarat sesuai dengan Undang-Undang Penyandang Disabilitas Amerika (ADA) dan Undang-Undang Rehabilitasi Federal.
Cirikahas lain HCC’ adalah menerapkan konsep ‘universal desain learning’ (UDL). Alice Madson, Alice Madsen yang kala itu menjabat sebagai Dean of Instruction for Professional/Technical Programs menjelaskan bahwa konsep UDL menekankan akses yang terbuka bagi peserta didik, tanpa batasan usia, gender, dan kondisi fisik. Untuk maksud itu, bangunan gedung CC didesain sedemikian sehingga peserta didik yang berusia uzur atau disabilitas leluasa menggunakan seluruh prasarana dan sarana serta fasilitas yang tersedia.
Dengan konsep UDL, kurikulum dirancang sedemikian luwes sehingga benar-benar sesuai dengan kebutuhan peserta didik sekaligus dunia usaha, serta menunjang aktivitas ekonomi di komunitas.
Dengan konsep UDL, HCC menerapkan the Running Start Program. Program ini memungkinkan para siswa yang duduk di tahun terakhir SLTA dapat mengambil beberapa mata kuliah di CC, sehingga bisa mempersingkat masa studi di jenjang perguruan tinggi.
Dengan konsep UDL, HCC bisa melayani pembelajaran bagi kaum migran. Selama sebulan saya sempat bergabung dengan kelas kaum imigran yang berasal dari beberapa negara Amerika Latin (Meksiko, Kolombia, Bolivia, Uruaguay dan Paraguay) dan Afrika (Kenya, Somalia, Mesir, Maroko). Para pendidik mengajar dengan penuh kesabaran tingkat dewa, karena tak sedikit dari peserta didik yang baru mengenal huruf.
Akhmad (57), seorang imigran dari Mesir mengaku bersemangat belajar bahasa Inggris di HCC karena ia ingin segera mengambil SIM supaya bisa menjadi sopir taxi. Sementara Silvia Oliviera (48) dari Meksiko senang belajar di HCC karena ingin segera menjadi pedagang sayuran di pasar komunitas.
Yang juga menarik adalah bahwa HCC sangat menghargai dan mendukung para lulusannya. Presiden HCC, Jack Brimingham (2006- Agustus 2017) mengatakan HCC tidak hanya mendidik para peserta didik di kampus, tapi juga mendampingi mereka setelah lulus. Oleh karena itu, HCC memiliki program pendidikan berlanjut (Continuing Education) siapa pun yang ingin mengembangkan karir. Ada pula program pembukaan akses bantuan finansial, pelatihan ketrampilan, dan pendampingan manajerial bagi lulusan yang ingin mengembangkan wirausaha.
Program studi dan kurikulum yang diberlakukan di HCC (juga di CC yang lain) pun bersifat sangat membumi, selaras dengan kebutuhan riil peserta didik dan komunitas. Metode pembelajarannya yang diterapkan pun bersifat sangat ‘merdeka’.
Saya menangkap spirit ‘merdeka belajar’ di CC Amerika Serikat dari tiga kesempatan berikut. Pertama, dari workshop para dosen CC di Colombia,ibukota Washington State pada awal September 2011. Pada kesempatan itu para dosen saling meyakinkan supaya kegiatan pembelajaran di CC dilakukan lebih ‘merdeka’. Para dosen bahkan merasa perlu untuk segera meninggalkan pembelajaran dengan silabus model lama.
‘Kita hendaknya tidak lagi masuk ruang kuliah dengan silabus yang sudah jadi di tangan. Kita hedaknya masuk kelas tanpa silabus. Silabus atau pokok-pokok pembahasan kuliah harus dirumuskan secara bersama dengan peserta didik di ruang kelas.”
Kedua, dari konferensi nasional administrator dan dosen CC dan Technical College (TC) se-Amerika Serikat (AS) di St.Louis, Missisipi, awal Okober 2011. Di situ, para pendidik di CC dan CT AS berbagi pengalaman dan tips untuk menciptakan iklim ‘merdeka belajar’di tempatnya masing-masing.
Ketiga, ketika, saya bersama Tjetjep Djatnika, peserta CCFAP 1 dari Politeknik Negeri Bandung diajak seorang dosen HCC yang bertanggung jawab merancang program studi dan kurikulum yang bertujuan mencetak tenaga supervisor di bisnis ritel. Untuk maksud, sejumlah dosen dari CC dari kawasan King County, WA berembuk dengan para petinggi dari para perusahaan ritel seperti perusahaan Coca Cola, Star Buck, dan sejumlah perusahaan ritel lainnya.
Program studi ini tentu saja akan ditutup ketika kebutuhan akan tenaga supervisor berkualifikasi di perusahaan ritel sudah terpenuhi.
Untuk mengawasi mutu program studi, HCC juga melakukan akreditasi. Proses akreditasinya terjadi melalui sharing dan asesmen bersama antara beberapa CC yang berdekatan dan memiliki program studi yang sama.
HCC juga memiliki berbagai fasilitas olahraga dan atletik sehingga para mahasiswanya selalu ikut berkompetisi di Northwest Athletic Conference (NWAC) sebagai Thunderbirds, menurunkan tim pria dan wanita untuk bola basket dan sepak bola, tim gulat pria, dan tim wanita untuk golf, softball, tenis, dan bola voli
Di bidang kemahasiswaan tersedia Student Senate, History Club, Current Events Club, Physical Science Club, International Club, The Cronicle Student Newspaper, Royal Scots, Fellowship, dan sebagainya.
HCC juga memiliki Pusat Sains dan Teknologi Kelautan (MaST), terletak kira-kira sepuluh menit di selatan kampus Highline College di Redondo Beach Park, dan mempromosikan pemahaman tentang ekosistem Suara Puget Selatan.Fasilitas seluas 230 m2 dan terletak di dermaga seluas 79 m2, dibuka sejak tahun 2008.
Namun, di atas semuanya, saya terkenang akan ‘orang-orang hebat’ yang membuat HCC tumbuh secara berdinamis. Tanpa mengurangi pernghargaanku kepada yang lain perkenankan saya menyebutkan beberapa nama seperti Jack Bermingham, Ph.D. (President); Lisa Skari, Ph.D. (Vice President of Institutional Advancement); Alice Madsen, Dean of Instruction for Professional/Technical Programs; Judy Perry, Exec, Director for Community Ed and Training Services; Chris Foertsch (International Programs Project Coordinator/English Lecturer, CCFAP Coordinator), Robbin (English teacher), dan tentu saja, Oussama Alkhalili yang menjadi mentor, sahabat, dan pemandu setia mengeksure King County selama di HCC. (BERSAMBUNG).
*Maxi Ali Perajaka, peserta College Faculty and Administrator. Program(CCFAP) angkatan pertama, 2011.