Bible Corner
Sabtu, 28 Agustus 2021 19:26 WIB
Penulis:redaksi
Editor:Redaksi
Oleh P. Kons Beo SVD
Minggu, 29 Agustus 2021
(Pekan Biasa XXII - Sta Sabina dr Roma)
Bacaan I Ulangan 4:1-2.6-8
Mazmur 15:2-3a.3cd-4ab.5
Bacaan II Yakobus 1:17-18.21b-22.27
Injil Markus 7:1-8.14-15.21-23.
Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia
Pada suatu hari serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus.Mereka melihat beberapa murid Yesus makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh.
Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan tanpa membasuh tangan lebih dulu. Karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang.
Dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya.Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas tembaga.
Karena itu, orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada Yesus. “Mengapa murid-murid-Mu tidak mematuhi adat istiadat nenek moyang kita?Mengapa mereka makan dengan tangan najis?”
Jawab Yesus kepada mereka, “Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik!
Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sebab ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.
Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia.”
Lalu Yesus memanggil orang banyak dan berkata kepada mereka. “Dengarkanlah Aku dan camkanlah ini! Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskan dia!
Tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskan dia! Sebab dari dalam hati orang timbul segala pikiran jahat, pencabulan, pencurian, pembunuhan.
Perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang.”
"Pòpulus hic làbiis me honòrat, cor autem eòrum longe a me" Mrk 7:6
(Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahalnya hati mereka jauh dari padaKu).
HATI-HATI dengan jebakan kata-kata. Terkadang kata-kata itu sebatas jadi pemanis di bibir terucap. Sedap bergaung di telinga terdengar. Sayangnya, semuanya tanpa kenyataan. ''Semua bisa bilang sayang, semua bisa bilang; apalah artinya sayang, tanpa kenyataan," kata Charles Hutagalung.
KATA lantang bersuara Kasih, tetapi yang ada tetaplah hati penuh benci; kata lantang bersuara pengampunan, namun yang ada tetaplah dendam membara; bibir lantang bersuara kerahiman dan Kasih Tuhan, tetapi mendepak sesama dan sikap jauh dari ketakpedulian telah jadi kebiasaan, dan bahkan dirasa sebagai kehebatan dan kepuasan.
DI KESEHARIAN, terlalu mudah untuk melebarkan jarak antara sikap hati, kata-kata dan tindakan! Bicara tentang Firman Allah, khusuk berdoa, namun segera disusul dengan bicara tentang keburukan saudara sendiri, tentang rekan kerja dan apalagi tetangga sering tak mudah untuk dielakkan.
PERSOALAN ini berakar tunggal pada hati yang tak tulus dan tak ikhlas. Di situ, hati telah tertindas oleh rupa-rupa kepentingan dan kesenangan semata. Dan lalu menjadi tak lurus kepada Tuhan dan ikhlas kepada sesama.
ADA kecenderungan untuk sebatas merawat sikap, tindakan, perbuatan, serta kebajikan demi satu popularitas dan memperoleh pengakuan. Demi melayani ego-diri yang sempit. Senang disanjung serta haus akan pujian. Namun semuanya jauh dari ketulusan dan niat ikhlas untuk mengasihi dan melayani.
DI SEBERANG sungai Yordan, Musa ingatkan umat Israel akan pentingnya ketetapan dan peraturan Tuhan. Segalanya amatlah jelas telah disampaikan melalui Musa. Yang diingatkan Musa adalah jangan menambah pun tak boleh mengurangi apa yang disampaikannya. Israel mesti memiliki kesetiaan akan segala hukum Tuhan (Ul 4:6).
RENUNGKANLAH apa yang disampaikan Rasul Yakobus bagi jemaat dan pendengarnya,
"Terimalah dengan lemah lembut Firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu. Hendaklah kamu menjadi pelaku Firman, dan bukan hanya pendengar" (Yak 1:21-22).
AKAL BUDI membantu kita untuk memahami setiap kata yang terucap dan yang terdengar. Akal budi membuat kita cemerlang dalam membaca apa pun situasi dan tanda-tanda zaman. Tetapi, di atas segalanya, hati menggerakkan kita untuk menjadi pelaku Firman. Untuk berbuat sesuatu penuh ketulusan demi sesama yang tak beruntung nasibnya, yang serba terbatas dan berkesusahan.
ALUR hidup Yudaisme adalah pengibaran bendera tradisi, peraturan, adat-istiadat, serta berbagai kebiasaan popular. Semuanya mesti dipelihara baik dengan rasa penuh cemas untuk tak boleh dilanggar. Walau mesti sampingkan hati yang damai, sejuk dan ikhlas dalam Tuhan dan terhadap sesama!
BAGI kita, pedagogi hati mesti jadi perhatian serius, yang tak sederhana. Hati solider, berbagi, memberi, melepaskan, serta hati penuh kepedulian adalah ungkapan nyata bahwa kita bebas sentilan tajam dari Yesus:
"Bangsa ini memuliakan Aku dengan dengan bibirnya, padahalnya hati mereka jauh dari padaKu" (Mrk 7:6).
HATI-HATILAH! Karena "Memang lidah tak bertulang. Tak terbatas kata-kata. Tinggi gunung seribu janji. Lain di bibir lain, lain di hati....." kata Hendri Rotinsulu.
Verbo Dei Amorem Spiranti
Selamat Hari Minggu.
Tuhan memberkati.
Amin.