HOMILI, Minggu, 05 Septeber 2021: Yesus Menjadikan Yang Tuli Mendengar dan yang Bisu Berbicara

Minggu, 05 September 2021 08:45 WIB

Penulis:redaksi

Editor:Redaksi

p greg.JPG
P Gregorius Nule SVD (Dokpri)

Oleh P. Gregorius Nule, SVD

Bacaan: Yes 35: 4-7a; Yak 2: 1-5; Mrk 7:31-37

MUNGKIN kita bertanya, mengapa Tuhan menciptakan manusia dengan dua telinga dan satu mulut? Alasannya tentu berkaitan dengan fungsi keduanya, telinga dan mulut. Telinga untuk mendengarkan, sedangkan mulut untuk mengkomunikasikan isi pikiran dan hati, serta memberikan umpan balik terhadap apa yang didengarkan. 

Mendengar dengan penuh perhatian punya manfaat besar dalam hidup sehari-hari. Orang yang ingin menjadi ahli dalam  berkomunikasi  awalnya mesti menjadi seorang pendengar yang baik. Dan sepanjang sejarah kita belum pernah  alami bahwa ada orang yang diadili dan dipersalahkan karena ia suka mendengarkan.  Sebaliknya, kita sering lihat  bahwa begitu banyak orang dipersalahkan lantaran bicara asal bicara, atau suka berbicara tanpa bukti  (gosip), atau suka berbicara buruk melawan orang lain  (fitnah). Orang yang ingin berhasil dalam hidup adalah dia yang  banyak mendengar dan sedikit berbicara.

Seandainya Tuhan tidak bijaksana dan menciptakan manusia dengan dua mulut dan satu telinga maka apa yang bakal terjadi.  Tentu saja orang akan lebih banyak bcara daripada mendengarkan. Ingatlah, seseorang akan merasa dihargai dan diperdulikan ketika kita menaruh perhatian kepadanya dan mendengarkannya. Sebaliknya, ketika kita banyak bicara bisa saja kita tidak punya waktu dan minat untuk mendengarkan yang lain. Penulis Kitab Pengkotbah berkata, “Janganlah terburu-buru dengan mulutmu, dan janganlah hatimu lekas-lekas mengeluarkan perkataan di hadapan Allah, karena Allah ada di surga dan engkau di bumi; oleh sebab itu, biarlah perkataanmu itu sedikit” (pengk 5:1). 

Injil Markus menampilkan Yesus sebagai Guru dan Tuhan, yang mewartakan datangnya Kerajaan Allah di atas bumi serta menjadikan segala-galanya baik. Yang tuli dijadikanNya mendengar dan yang bisu dijadikanNya berbicara (bdk. Mark 7:37). Yesus berkata kepada orang tuli dan gagap yang dibawa orang kepadaNya, “efata”, artinya terbukalah! Maka terbukalah telinga orang itu dan terlepaslah pula pengikat lidahnya sehingga ia dapat berkata-kata dengan baik (bdk. Mrk 7:34-35). Kini orang tuli dan gagap itu bisa mendengar dan berkata-kata dengan baik. Kini orang yang sakit dan tak berdaya itu mampu mendengarkan  Yesus dan berbicara tentang dirinya sendiri, memberikan kesaksian tentang pengalaman penyembuhannya kepada orang lain.

Seruan Yesus “efata” sesungguhnya bukan hanya ditujukan kepada orang tuli dan gagap itu, melainkan juga kepada kita, yang sekalipun tidak tuli dan gagap, tetapi banyak kali telinga kita tidak siap untuk  mendengarkan Sabda Tuhan serta lidah kita melekat dan enggan berbicara tentang kebenaran Tuhan. Yesus menyembuhkan telinga kita untuk mendengarkan Sabda-Nya. Yesus juga membebaskan lidah kita sehingga mampu mewartakan Sabda Allah dan memberi kesaksian tentang kebenaran iman kita.

Tema Bulan Kitab Suci Nasional 2021 adalah “Yesus, Sahabat Seperjalanan Kita”. Yesus memperlakukan orang tuli dan gagap itu sebagai seorang sahabat, dan bukan sekedar seorang pasien. Hal ini nampak dalam proses penyembuhan orang itu. Yesus memisahkannya dari orang banyak, memasukkan tanganNya ke dalam telinga, meludah dan meraba atau menyentuh lidahnya, lalu berkata “efata”, terbukalah. Sentuhan dengan tangan merupakan ungkapan kedekatan dan keakraban. Sentuhan tangan Yesus yang penuh kasih dan persahabatan itu membebaskan orang itu dari segala ikatan dan keterbatasannya.

Kini Yesus terus berjalan sambil berbuat baik dan rela menjadi sahabat seperjalanan kita. Ia berkenan memasuki hidup dan lingkungan kita. Ia mewartakan SabdaNya dan menghadirkan karya kasihNya. Kita diajak untuk datang kepada Yesus dan membangun persahabatan denganNya sebagai jalan untuk mengenal, mencintai dan bersatu denganNya. Dan, salah satu jalan untuk mengenal Yesus dan ajaran-Nya adalah mendengarkan SabdaNya, membaca Kitab Suci dan merenungkannya. 

Mari kita membangun komitmen untuk membaca dan merenungkan ayat-ayat suci dari Alkitab.  Sebab “Barangsiapa tidak membaca kitab Suci, ia tidak mengenal Kristus”, demikian penegasan St. Hieronimus.

Kewapante, 05 September 2021

*P. Gregor Nule SVD adalah Pastor Paroki Reinha Rosari dan dosen STFK Ledalero