HOMILI, Minggu, 12 Janauari 2025: Makna Pembabtisan Tuhan

Sabtu, 11 Januari 2025 10:13 WIB

Penulis:redaksi

yesusdiba.jpg
Yesus dibabtis di sungai Yordan (Katolikk.com)

Oleh: Pater Gregor Nule, SVD

MAKNA PEMBAPTISAN TUHAN
(Pesta Pembaptisan Tuhan: Yes 40:1-5.8-11; Tit 2:11-14.3:4-7; Luk 3:15-16.21-22).

Ilustrasi 
Pernah diceritakan bahwa ada seorang gadis, yatim piatu, berusia sekitar 7 tahun. Ia terpaksa tinggal dengan sebuah keluarga yang bukan kerabatnya. Setiap hari gadis kecil itu harus menjual roti,milik keluarga angkatnya.

Tetapi, sering ia ditipu oleh para pembeli. Akibatnya, ia selalu kembali ke rumah dengan uang kurang. Ia selalu dimarahi, disertai dengan ancaman-ancaman lain. 

Suatu hari ada sekelompok anak SD sedang bermain bola kaki di lapangan. Ketika melihat gadis kecil itu mereka berlari mendapatkannya dan merampas roti jualannya. 

Bukan hanya itu, dulang tempat menyimpan roti itu pun dirampas, dibanting dan dirusakkan oleh anak-anak nakal itu. Anak malang itu hanya duduk menangis di pinggir jalan dalam keadaan bingung dan cemas. Ia tidak berani pulang ke rumah karena pasti akan dimarahi habis-habisan.

Pada saat itu lewatlah seorang pemuda di jalan itu. Ia mendekati anak itu dan menanyakan alasan kenapa ia menangis. Dengan berurai air mata dan suara terputus-putus anak malang itu menceritakan nasib malang yang dialaminya.

Dengan sangat ramah pemuda itu berusaha menenangkannya dan menuntun dia ke sebuah toko terdekat. Dibelinya sebuah dulang baru sama seperti dulang yang dirusakkan itu lalu diserahkan kepada anak itu bersama uang secukupnya untuk membayar roti yang telah dirampas. 

Pemuda itu menyuruhnya pulang ke rumah keluarga angkatnya. Tetapi sebelum pergi, gadis kecil itu memegang tangan sang pemuda, menatap wajahnya dan bertanya, “Apakah engkau bernama Tuhan Yesus?”  “Tidak. Saya hanya pengikutNya”, jawab pemuda yang baik hati itu.

Refleksi 
Hari ini kita merayakan pesta pembaptisan Tuhan. Pembaptisan Yesus di sungai Yordan merupakan saat pelantikan-Nya untuk memulai tugas perutusan di dunia, melalui suara Bapa dari langit, “Engkaulah AnakKu yang Kukasihi, KepadaMulah Aku berkenan”, (Luk 3:22). 

Suara ini menegaskan bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Dia  sungguh berkenan dan dicintai Bapa. 

Tetapi, mengapa Yesus mesti dibaptis oleh Yohanes? Kita tahu bahwa pembaptisan Yohanes dimaksudkan untuk menghapus dosa dan menyucikan hati manusia.  

Yesus adalah Allah. Ia bebas dari dosa. Yesus minta dibaptis oleh Yohanes karena Ia mau turun dan berada di antara orang berdosa. Ia benar-benar mau merendahkan Diri sama seperti manusia. 

Sebab dalam Dia Allah berkenan kepada manusia, dan melalui Dia Allah berkenan pula menyatakan diri-Nya kepada orang-orang berdosa, kecil dan sederhana, serta memberikan kepada  manusia Kerajaan Allah. 

Yesus mau ada bersama dengan manusia untuk memulihkan martabat manusia yang telah dirusakkan oleh kuasa dosa dan maut. Itulah sebab Yesus Kritus rela mati di salib sebagai bukti cinta-Nya yang paling agung kepada mausia yang hina dan berdosa.

Apa arti pembaptisan bagi kita? Melalui pembaptisan kita diurapi oleh Rohkudus dan diangkat menjadi anak-anak Allah. Kita juga mendapat tugas untuk mengambilbagian di dalam misi Kristus yakni menghadirkan karya keselamatan Allah di tengah dunia melalui cara hidup dan tugas panggilan  kita masing-masing.

Mengambilbagian di dalam tugas perutusan Kristus berarti kita dipanggil untuk hidup, bersikap dan bertindak seperti Kristus sendiri. Kristus merendahkan diri-Nya menjadi manusia dan hidup bersama dengan orang-orang berdosa, kecil, sederhana, miskin dan menderita. Kristus menjadi satu dan senasib dengan mereka.

Lalu, bagaimana dengan kita? Sebagai pengikut Kristus, sebetulnya kita  tidak punya jalan dan pilihan lain selain  membangun sikap rendah hati serta rela turun untuk hidup dan berbagi pengalaman dengan orang-orang kecil dan menderita. 

Kita tidak hanya omong, berkotbah atau berceramah tentang nasib orang-orang kecil, miskin, sakit dan menderita. Tetapi, seperti sang pemuda dalam ilustrasi di atas, kita mesti buat sesuatu yang nyata. 

Kita mesti membuka tangan dan hati, turun untuk menolong dan rela berkorban, memberi dari yang kita miliki untuk meringankan penderitaan dan beban hidup orang lain di sekitar kita. Semoga! Amen.
Kewapante, 12 Januari 2025