Yesus
Sabtu, 08 Juli 2023 09:04 WIB
Penulis:redaksi
Editor:redaksi
(Minggu Biasa XIVA: Zak 9:9-10; Rm 8:9.11-13; Mt 11:25-30)
KEHADIRAN Yesus sebagai pemenuhan janji Allah tentang kedatangan Mesias yang dinanti-nantikan tidak diterima khususnya oleh orang-orang Farisi, ahli Taurat dan para imam atau kelompok elit agama Yahudi.
Mereka menolak Yesus. Mereka juga berusaha menyingkirkan Yohanes Pembaptis, utusan Allah untuk merintis dan mempersiapkan jalan bagi sang Juru Selamat.
Yohanes Pembaptis ditangkap dan dipenjarakan. Ia diperlakukan sebagai penjahat, pemberontak dan akhirnya kepalanya dipenggal.
Melihat kenyataan pahit ini Yesus meninggalkan Nazaret dan beralih ke Galilea serta memilih Kapernaum sebagai basis karya pelayanan dan pewartaanNya.
Ia menentukan keduabelas rasul yang merupakan orang-orang dekatNya dan bakal menjadi utusanNya untuk mewartakan Khabar sukacita Kerajaan Allah dan melanjutkan cita-cita menyebarluaskan ajaranNya ke seluruh dunia.
Yesus melihat bahwa kehadiran dan ajaranNya justeru mendapat tempat di dalam hati para pendosa, orang sakit dan menderita, para pemungut cukai serta masyarakat pada umumnya yang oleh kaum elit agama Yahudi dianggap rendah, berdosa, hina, hilang dan tersingkirkan. Mereka adalah orang-orang kecil dan sederhana.
Sebaliknya, orang-orang Farisi, ahli Taurat dan imam-imam yang menganggap diri orang cerdik-pandai dan bijaksana menolak Yesus dan ajaranNya serta berusaha membinasakanNya. Mereka adalah kelompok kecil, tetapi sangat berpengaruh dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama.
Itulah sebabnya Yesus mengungkapkan luapan hati penuh syukur dan berkata, “Aku bersyukur kepadaMu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan cerdik - pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang-orang kecil. Ya Bapa itulah yang berkenan kepadaMu” (Mt 11:25-26).
Yesus dan ajaranNya berkenan di hati orang-orang kecil, lemah dan tak berdaya yang terbuka karena haus akan Allah.
Nabi Zakaria meperkenalkan kepada putri Sion figur Mesias yang dinantikan yaitu Raja penuh wibawa dan hikmat Allah, adil dan rendah hati.
Dialah utusan Allah yang berusaha membangun damai di bumi bukan dengan taktik perang dan kekuatan senjata, melainkan menguasai hati manusia dengan sikap lemah lembut, penuh belaskasihan, sabar dan rendah hati.
Dialah raja damai yang mengubah pandangan dan keyakinan manusia pada umumnya yang mengandalkan pasukan, peralatan perang, dan latihan perang sebagai jalan satu-satunya untuk menegakkan damai.
Sebaliknya, Yesus, sang Mesias, membangun damai bukan dengan menindas dan mempersalahkan orang lain tanpa bukti, atau bertindak semena-mena, melainkan Ia merangkul, melayani dan meperlakukan semua sebagai saudara dan sahabat.
Yesus adalah Mesias, utusan Allah, yang datang untuk mengundang semua orang, khususnya mereka yang hilang, tersingkirkan dan berbeban berat, untuk menimba kekuatan, memulihkan kembali semangat hidup dan berlajar daripadaNYa.
Yesus berkata, “Marilah kepadaKu kamu semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu, sebab Aku ini lemah lembut dan rendah hati.maka hatimu akan mendapat kelegaan”, (Mt 11:28-29).
Undangan Yesus kepada para pendengarNya 2000-an tahun lalu tetap aktual dan menyapa kita sekalian. Kita bertanya, siapakah yang letih lesu dan berbeban berat pada zaman kita ini?
Mungkin saya, anda atau kita sekalian. Kita semua tentu merasa tertekan, tidak nyaman dan tidak pasti menjalani hidup kita dengan aneka ketidakpstian di segala bidang kehidupan sosial kemasyarakatan, keluarga, ekonomi, pendidikan, pemerintahan, kehidupan beragama, dan lain-lain.
Ada orang yang merasa sedih karena kehilangan seseorang yang dikasihi, entah karena meninggal dunia atau bepergian jauh.
Ada yang merasa kecewa karena cita-cita dan rencananya gagal. Ada juga yang merasa stres dan frustrasi karena sakit yang dialaminya atau penyakit yang diderita keluarganya tak kunjung sembuh.
Ada yang merasa sakit hati karena dilecehkan, diremehkan, dikucilkan, tidak diperdulikan atau diperlakukan secara tidak adil dan tidak sopan.
Mungkin ada juga yang merasa takut, cemas, bingung dan tidak pasti menghadapi masa depannya. Dan macam-macam perasaan dan pengalaman yang membebani dan membuat kita letih lesu dan tak berdaya.
Yesus mengajak kita untuk datang kepadaNya. Ia menawarkan kesembuhan, pembebasan dan kepastian hidup. Bersama Yesus kita mengalami ketenangan, kelegaan dan damai sejahtera.
Yesus juga mengundang kita untuk belajar daripadaNya ketika menjalani aneka tantangan dan kesulitan hidup. Dia adalah Guru sejati yang mengajar bukan hanya dengan kata-kata, melainkan terutama melalui teladan hidup.
Ia rendah hati, sabar dan rela berkorban untuk menanggung segalanya. Dia tidak pernah lari dari tantangan, kesulitan dan tanggungjawab, apalagi mempersalahkan dan mengkambinghitamkan pihak lain.
Sebaliknya Yesus menanggung semuanya untuk memberikan pembebasan kepada kita, umatNya melalui penderitaan dan kematian-Nya di salib. Yesus berkata, “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah daripadaKu,…maka jiwamu akan mendapat ketenangan sebab kuk yang Kupasang itu enak dan ringanlah bebanKu” (Mt 11:29-30).
Semoga kita selalu datang kepada Yesus, sang Mesias Terjanji, sebagai orang kecil yang merasa letih lesu dan berbeban berat, yang membutuhkan pembebasan dan penyembuhan. Hanya dengan sikap demikian kita mendapatkan kelegaan, ketenangan dan damai sejahtera.
Kita juga diminta untuk belajar menemukan kehendak Allah di dalam setiap pengalaman gagal dan menyedihkan. Bukan tanpa makna dan pesan berharga semua pengalaman negatif dan kegagalan yang terjadi di dalam hidup kita.
Dan ketika kita berhasil menemukan kehendak Allah di dalamnya maka beban bathin menjadi lebih ringan dan kita memperoleh semangat baru untuk menjalani salib kehidupan dengan rasa aman dan pasti.
Semoga Tuhan Yesus, sang Raja Damai, memberkati kita selalu. Amen.
Kewapante, Minggu, 09 Juli 2023
P. Gregorius Nule, SVD. ***