Keluarga
Senin, 06 Mei 2024 09:52 WIB
Penulis:redaksi
Editor:redaksi
Oleh Simon Leya*
Judul buku: Model Gerakan Peduli Ibu Hamil
Pengarang: Dr. Rofinus Neto Wuli, S.Fil., M.Si (Han)
Penerbit: Bajawa Press
Tanggal terbit: Februari 2024
ISSBN: 978-602-7576-64-3
Tebal halaman: 133
Pastor Dr. Rofinus Neto Wuli, Pr., S.Fil., M.Si (Han) kembali menerbitkan sebuah buku. Buku setebal 133 halaman berjudul Model Gerakan Peduli Ibu Hamil terbitan Bajawa Press sudah hadir di tengah pembaca sejak Februari 2024.
Ini adalah buku kelima Pastor Dr. Rofinus Neto Wuli yang akrab disapa Romo Rony. Sejak 2019, Romo Rony telah menghasilkan empat buah buku. Buku perdana berjudul Spirit Kebangsaan Prajurit Dalam Perspektif Spirituali Militum Curae (Penerbit OBOR Jakarta, 2019. Kedua, Filsafat Perdamaian Eric Weil Dalam Konteks Pertahanan Negara (Penerbit Buku KOMPAS, 2020). Ketiga, STIPER-FB: Kehadiran Demi SDM Pertanian Unggul (Ed., Penerbit OBOR Jakarta, 2021). Dan keempat, Manajemen Konflik Berbasis Budaya: Dari Ngada Untuk Indonesia (Penerbit Buku KOMPAS Jakarta, 2022).
Romo Rony kuat pada pendiriannya bahwa prestasi akademis di ruang kuliah belumlah lengkap tanpa menghasilkan karya bermutu. Bahwa predikat kelulusan cum laude pada semua jenjang pendidikan tidak akan banyak manfaatnya kalau tidak meninggalkan legacy tertulis bagi masyarakat dan anak cucu.
Romo Rony adalah seorang rohaniwan dan akademisi yang sungguh menghidupkan sebuah adagium Latin: Verba volent scripta manent (kata-kata lisan terbang menghilang, tulisan tinggal tetap).
Pada bagian Kata Pengantar, penulis menjelaskan hal yang melatarbelakangi penulisan buku Model Gerakan Peduli Ibu Hamil.
Gagasan untuk menulis buku ini lahir dari kerinduan terdalam untuk membukukan hasil-hasil terindah dari perhelatan akbar Musyawarah Pastoral (Muspas) VIII Keuskupan Agung Ende (KAE) pada 27-30 Oktober 2021, yang telah menghasilkan Arah Dasar Pastoral KAE 2022-2027. Muspas VIII telah menghasilkan rencana-rencana strategis untuk dilaksanakan secara bersama.
"Salah satu rencana strategis yang menjadi sebuah gerakan bersama dan dilakukan di seluruh Keuskupan Agung Ende dalam tahun pastoral 2024, adalah Gerakah Komunitas Umat Basis (KUB) Peduli Ibu Hamil (hal. 11).
Prolog buku berjudul "Perspektif Kolaboratif Dalam Penanganan Ibu Hamil" ditulis oleh Sekretaris BP-Litbang Kabupaten Ngada Dr. Seferinus Nik, SS, M.Sc. Penulis Prolog menegaskan bahwa sejalan dengan perubahan paradigma administasi publik yang telah bergeser dari government ke goverance, penyelesaian permasalahan publik harus mengedepankan pendekatan kolaboratif.
Dalam konteks ini, pemerintah tidak menjadi komponen satu-satunya yang bertanggung jawab dalam penyelesaian permasalahan publik.
"Gereja sebagai salah satu institusi strategis yang memiliki sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya kelembagaan yang memadai merupakan kekuatan potensial yang dapat diandakan dalam upaya penyelesaian permasalahan publik (hal. 7-9)".
Buku kecil berisi sembilan bab tersebut menyajikan beberapa hal mendasar soal pastoral ibu hami, antara lain landasan biblis pastoral ibu hamil (Bab II, hal. 21-26). Pada Bab III, penulis menyajikan secara gamblang Model KUB Peduli Ibu Hamil dari Perspektif Psikis dan Kesehatan (hal. 31-48). Buku ini menyajikan tema, tujuan, sasaran, dan bentuk kegiatan Aksi dan gerakan KUB Peduli Ibu Hamil KAE (hal. 49-53).
Pada Bab V, penulis memaparkan peran keluarga sebagai Gereja Mini (ecclesia domestica) sebagaimana sudah dicetuskan oleh Konsili Vatikan II dalam Ensiklik Familiaris Concortio (FC) No. 49. Lewat pemaparan ini, penulis ingin membuktikan bahwa masih ada nilai-nilai agama (Gereja Katolik) seperti kasih, solidaritas, dan kebaikan yang tak lekang oleh waktu.
Penulis ingin membantah asumsi Jens Zimmerman lewat bukunya berjudul Humanism and Religion: A Call for Western Culture (2012), yang mendeteksi munculnya sebuah zaman yang disebutnya "zaman tanpa akar" (without roots). Dikatakan Zimmerman, manusia mengalami kehilangan identitasnya karena sebelumnya mengalami kehilangan identitas budaya. Bahwa manusia dicabut dari akar-akar budaya yang hampir tidak dikenal lagi.
"Akibatnya, nilai-nilai yang dilahirkan dan diteruskan oleh warisan kultural terutama dari agama seperti kasih, solidaritas dan kebaikan mulai tergerus kemajuan peradaban" (hal. 55-63).
Sebagai wujud syukur dan kepedulaian gereja kepada para ibu hamil serta kesehatan ibu anak maka pencanangan Gerakan KUB Peduli Ibu Hamil serentak di seluruh wilayah KAE dirayakan di dalam sebuah perayaan ekaristi meriah dan penuh hikmad pada Minggu, 4 Februari 2024. Mengapa pencanangan harus ditandai dengan ekaristi? Karena ekaristi adalah sumber dan puncak spriritualitas Kristiani (hal. 65-78).
Pada Bab VII, penulis tidak lupa menyertakan dokumentasi berupa foto-foto pelaksanaan Pencanangan Gerakan KUB Peduli Ibu Hamil KAE pada hari Minggu, 4 Februari 2024 dari beberapa paroki di tiga Kevikepan se-wilayah KAE (hal. 79-92).
Apresiasi patut disampaikan kepada penulis yang telah memublikasikan Gerakan KUB Peduli Ibu Hamil KAE sehingga gerakan tersebut bisa diakses publik lewat sebuah buku kecil. Bila tidak dibukukan, maka niscaya gerakan tersebut ibarat kata-kata lisan yang terbang hilang. Pembaca yang budiman menanti buku berikut yang berisikan implementasi dan hasil nyata dari Gerakan KUB Peduli Ibu Hamil di KAE.
Bila buku ini akan dicetak ulang, maka ada satu hal yang perlu mendapat perhatian. Tata letak foto dokumentasi agar diatur lebih apik. Gambar atau dokumentasi foto janganlah dianggap sebagai pelengkap sebuah karya penerbitan. Justru sebaliknya, mengutip adagium dalam dunia jurnalistik, "one picture is worth a thousand words" (satu gambar bernilai ribuan kata atau satu gambar setara dengan seribu kata). ***
*Penulis adalah Pemimpin Redaksi portal berita IndonesiaSatu.co, Jakarta
5 bulan yang lalu