hentikan
Selasa, 06 Juni 2023 23:03 WIB
Penulis:redaksi
Editor:redaksi
Oleh Gerard N. Bibang*
SALEH, orang ini. Tidak pernah terlihat sedikitpun marah, ngomel, murung dan cemberut. Selalu stabil. Senyum dan bersuara halus. Tidak pernah buru-buru.
Orang ini, fokusnya hanya menjadi untuk orang lain. Tidak pernah cerita orang lain dan dirinya sendiri kecuali kalau ditanya. Itu pun jawabannya selalu yang itu-itu.
Hanya ada dua. Bahwa memang telah menjadi cita-citanya sejak di Sankt Gabriel untuk nanti bekerja sebagai pengajar begitu setelah ditahbiskan imam.
Bahwa dia gondrong plus brewok terurai awal mulanya adalah protes kepada pimpinan rumahnya yang melarang dan mencela rambut lebat panjang dan brewok. Lalu disambung dengan cekikikan kecil tapi tidak lama.
Protes yang sama, orang ini lakukan ketika di Ledalero dari awal hingga akhir tahun 80-an. Saat itu rektor rumah, Pater Embuiru SVD, sering mengeritik secara terbuka frater-frater yang rambutnya, gondrong kribo, janggutan dan celana komprang berlebihan sampai gesek-gesekan dengan lantai atau tanah.
Orang ini dengan sunyi tanpa kata tampil ke mana-mana, di ruang kelas dan di gereja, dengan rambutnya yang panjang dipadu dengan brewok berwarna perak putih terurai.
Ketika celaan itu pergi, gondrongnya lenyap tapi brewok tetap menempel di dagu dan pipinya meski tidak lagi lebat terurai. Brewoknya ikut menua dan menipis.
Orang ini, baik hati, sopan santun, sangat membantu dan penuh cinta. Ambisinya yang utama dan pertama-tama ialah membuat orang lain menjadi orang.
Dia akan mengurusmu sampai benar-benar menjadi orang. Bukankah ini sebuah cinta yang tuntas dan tidak setengah-setengah?
Orang ini, kudus dan benar. Meminjam istilah almarhum Pater Pinon: ‘orang ini selalu hidup dalam kesadaran’.
Orang ini selalu sadar dari mana dan ke mana, yang dalam istilah moderen sekarang, orang ini memiliki kesadaran positioning yang sangat tinggi. Karena benar, orang ini khusuk dalam doa dan berkata apa adanya.
Orang ini adalah apa yang dikatakannya dan diperbuatnya. Satu tak terpisah.
Bagi orang ini, amukan badai di atas sana, terguncang rasa di dalam badan, semuanya bersatu dalam jiwa. Orang ini tetap berjalan merunduk sambil senyum.
Bagi orang ini, kelemahan orang lain bukan kendala untuk mencinta. Bukan alasan membuat kepalanya pusing.
Memaafkan dan memberi solusi, itulah kunci yang selalu dipegangnya. Orang ini memang paling cerewet dan ngeyel membimbing skripsi atau tesis. Tapi paling setia dan selalu ada untukmu hingga tesismu dinyatakan lulus dan selesai. Barulah orang ini melepasmu pergi.
Ketika gempa dahsyat mengguncang Bukit Mentari yang kokoh dan permai itu, orang ini disadari akhirnya layak ditiru. Yaitu lagak-laku meminggir dan menepi.
Ada suatu kurun waktu orang ini menepi di Wairpelit, membimbing para mahasiswa awam. Beberapa rumah didirikannya dan di sinilah orang ini memaklumkan sebuah cinta yang tak biasa.
Bahwa sesungguhnya menepi adalah jalan sunyi untuk memihak kepada orang kecil, tersisih dan pinggiran. Pada akhirnya Bukit Mentari itu tahu bahwa jalan Sabda ialah jalan sunyi, jalan meminggir dan jalan menepi.
Hanya di atas jalan seperti itu, seseorang bisa menyapa yang terpinggirkan sembari bersujud kepada Sang Sabda di Singgasana.
Orang ini, warga Serikat Sabda Allah yang paling tulen. Empat puluh tujuh tahun sudah orang ini meninggalkan tanah kelahirannya Jerman, mati bagi kebudayaannya sendiri demi memberi hidup bagi kebudayaan lain, ialah kebudayaan Maumere, tempat persemaian ahli waris Sang Sabda di Bukit Mentari.
Orang ini benar-benar telah memperagakan misteri inkarnasi kepada semesta.
Dalam gumuruh bising ibukota
Terkenang cintamu yang melebihi waktu dan ruang
Mengatasi tanggal kematianmu
Abadilah engkau dalam kalbu
Berlalulah terus wahai arak-arakan awan kelabu
Tak kan pernah kau dapat sirnakan orang ini
Ia memang serpihan debu
Teduhnya kenangan kami membuatnya tidak mati-mati
Jumpa dia kembali di surga di suatu waktu
Dunia ini toh hanya tempat singgah makan dan minum
Dan ketika setiap langkah menapak di alas tiba
Saudara kematian menyapa tanpa diundang
Wahai Sang Sabda, dengarlah!
Orang ini yang duduk disisi-MU adalah manusia bersahaja
ENGKAU -lah yang dicarinya selama di dunia
*
(gnb:tmn aries: jkt: selasa:6.6.23. P Georg adalah misionaris SVD, dosen teologi dogmatik di Ledalero selama 47 thn meninggal dalam usia 76 THN di RSUD Hillers Maumere, Senin malam 5.6.23)
3 bulan yang lalu
3 bulan yang lalu
setahun yang lalu