Pelayanan
Jumat, 18 Juli 2025 23:23 WIB
Penulis:redaksi
Oleh: Pater Gregor Nule, SVD
SEJAK kejatuhan manusia pertama hati manusia seolah diracuni. Kebaikan selalu mendapat perlawanan dan dibalas dengan kejahatan
Tetapi, Allah dalam diri Yesus Kristus tetap teguh berpegang pada hakekatnya sebagai sumber kasih dan kebaikan. Maka Allah selalu membalas kejahatan dengan. kebaikan.
Perikop Injil Mat 12: 14-21 melukiskan tentang sikap orang-orang Farisi terhadap Yesus, pengajaran dan karya-Nya.
Yesus berkeliling mengajarkan tentang Kerajaan Allah yang sudah dekat, menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati serta memuaskan mereka yang lapar.dan haus.
Meskipun demikian, orang-orang Farisi selalu memandangNya secara negatif. Mereka menolak Yesus dan bahkan berusaha membunuh-Nya.
Tetapi, berhadapan dengan sikap negatif dan penolakan orang-orang Farisi, Yesus tampil sebagai Hamba yang lembut dan rendah hati.
Ia tidak berbantah dan tidak berteriak. Ia tidak mematahkan buluh yang patah atau memadamkan sumbu yang pudar nyalanya, (bdk Mat 12:20).
Yesus memahami kelemahan hati manusia. Yesus sadar bahwa manusia cenderung membalas kebaikan dengan kejahatan.
Karena itu, Yesus ingin menunjukkan kebaikan Allah kepada semua orang, termasuk kepada orang-orang yang. buta dan jahat hatinya.
Sebagai pengikut Yesus kita juga hendaknya bersikap sabar dan rendah hati. Kita berusaha untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan.
Tetapi, seperti Yesus kita selalu berusaha berbuat baik terhadap siapa saja, termasuk mereka yang membenci dan berusaha mencelakakan kita.
Lebih dari pada itu, kita hendaknya mendoakan orang yang membenci dan ingin berbuat jahat terhadap kita.
Sebab ketika kita membalas kejahatan dengan kebaikan maka tanpa sadar kita akan memutuskan rantai kejahatan yang sering terjadi di mana-mana.
Semoga Tuhan Yesus memberkati kita selalu!
Kewapante, 19 Juli 2025