Renungan Harian Katolik, Minggu, 23 Oktober 2022: Kebenaran Sejati

Sabtu, 22 Oktober 2022 22:52 WIB

Penulis:redaksi

tissot_pharisee-and-the-publican.jpg
Orang Faris dan Pemungut Cukai berdoa di Bait Allah (My Catholic Life/www.katolikku.com)

Yesus menyampaikan perumpamaan ini kepada mereka yang yakin akan kebenaran mereka sendiri dan meremehkan orang lain. Lukas 18:9

Bagian Kitab Suci ini adalah pengantar Perumpamaan tentang Orang Farisi dan Pemungut Pajak. Perumpamaan ini cukup kontras antara dua sikap umum. 

Pertama, sikap orang Farisi menunjukkan bahwa dia sangat terkesan dengan dirinya sendiri, sangat memikirkan citra publiknya, dan tidak menyadari dosanya sendiri. 

Kedua, sikap pemungut cukai menunjukkan bahwa dia sangat sadar akan dosanya sendiri, menyesalinya dan tahu bahwa dia membutuhkan belas kasihan Tuhan. 

Akibat dari dua sikap yang sangat berbeda ini adalah pemungut cukai pulang dibenarkan sedangkan orang Farisi tidak.

Apa artinya dibenarkan? Artinya pemungut cukai memiliki hati nurani yang bersih dan didasarkan pada kebenaran. Dia tahu kebutuhannya akan belas kasihan, memohon dan menerimanya. 

Dia tidak membohongi dirinya sendiri, kepada orang lain atau kepada Tuhan. Dia tahu siapa dia dan kebenaran inilah yang memungkinkan Tuhan untuk meninggikan dia. 

Pembenaran pemungut cukai datang melalui pengampunan dosa-dosanya dan penganugerahan belas kasihan Allah dalam hidupnya.

Orang Farisi mungkin merasa baik tentang dirinya sampai batas tertentu karena dia mengangkat dirinya untuk dilihat semua orang. Dia yakin akan kebenaran dirinya sendiri tetapi, sebenarnya, tidak benar. 

Dia hanya merasa benar sendiri. Dia hidup dalam kebohongan dan kemungkinan besar percaya kebohongan itu dan bahkan mungkin telah meyakinkan orang lain tentang kebohongan itu. Tetapi faktanya tetap, orang Farisi itu tidak benar dan dia tidak benar-benar dibenarkan.

Apa yang harus kita ambil dari perikop ini adalah kesadaran yang mendalam tentang pentingnya hidup dalam kebenaran. Mereka yang melukis citra palsu tentang diri mereka sendiri mungkin membodohi diri mereka sendiri dan bahkan mungkin membodohi orang lain. 

Tetapi mereka tidak akan pernah membodohi Tuhan dan mereka tidak akan pernah bisa mencapai kedamaian sejati dalam jiwa mereka. Kita masing-masing harus menyadari kebenaran yang rendah hati dari dosa dan kelemahan kita dan, dalam kesadaran itu, memohon satu-satunya obat – belas kasihan Tuhan.

Renungkan, hari ini, doa pemungut cukai ini: “Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini” (Lukas 18:13). Jadikan itu sebagai doamu. Akui dosamu. Akui kebutuhan Anda akan belas kasihan Tuhan dan biarkan belas kasihan itu meninggikan Anda di dalam kebenaran Tuhan.

Tuhan segala kebenaran, Yesus Kristus, kasihanilah aku, karena aku orang berdosa. Aku mengakui dosa dan kelemahanku dan aku memohon belas kasihan-Mu yang berlimpah. 

Tolong curahkan belas kasihan-Mu dan bantu aku membuka hatiku untuk semua yang ingin Engkau berikan. Bantu aku untuk hidup dalam kebenaran yang rendah hati, Tuhan yang terkasih. Yesus, aku percaya pada-Mu. (Sumber: www.katolikku.com). ***