SUARA REMAJA, Opini: Merdeka Belajar Kala Pandemi

Kamis, 02 September 2021 14:40 WIB

Penulis:redaksi

Editor:Redaksi

KOLOM REMAJA.JPG
Angela Juliatria Andur, siswi SMKN 1 Wae Ri'i, Manggarai (Dokpri)

Oleh: Angela Juliatria Andur*

SEJAK 02 Maret 2020, pemerintah Indonesia pertama kali secara resmi mengumumkan dua kasus pasien positif Covid-19. Kita mungkin tidak pernah membayangkan bahwa kemudian  dua kasus pengantar itu telah mengakibatkan ribuan bahkan hampir jutaan masyarakat Indonesia kemudian meninggal dunia. Bahkan mungkin diantara para korban  meninggal itu adalah orang-orang terdekat kita. 

Bayangkan, betapa itu sangat menyayat hati. Sejak kasus pertama diumumkan, kasus Covid di Indonesia melonjak drastis.  Sebelumnya, dua orang yang diberitakan terpapar Covid-19 di awal bulan Maret kemudian meningkat menjadi 21 orang dalam jangka waktu sepekan. Sehingga total kasus pasien terpapar Covid-19 hingga akhir Maret mencapai 136 kasus.

Tren kasus Covid-19 tersebut telah memberi dampak yang sangat besar dalam berbagai bidang kehidupan. Salah satunya adalah dampak pada bidang pendidikan. Lebih dari setahun semua kegiatan pembelajaran sekolah dibatasi. Siswa diharuskan melakukan pembelajaran dari rumah. 

Hal ini tentu menjadi suatu tantangan berat bagi siswa, mengingat kebiasaan KBM selama puluhan tahun lalu sebagian besar dilakukan di sekolah.  Padahal, saat ini dunia sedang fokus mempersiapkan generasi di era 4.0. Jika dilihat dari situasi sekarang, masa pandemi ini adalah moment yang tepat untuk menyiapkan generasi yang berkompeten. 

Kehadiran media digital sangat membantu dalam mengatasi masalah pandemik. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang telah berubah. Tuntutan banyak contohnya, semua pekerjaan bisa dilakukan dari rumah dengan proses mengsinkronisasi aplikasi pembelajaran dengan mendaftar email pribadi terlebih dahulu. Tidak ada kata terlambat, jika memang saatnya kita dituntut untuk hidup di zaman digital. Jejak digitalisasi perlu diterobosi demi menunjang kegiatan kreatifitas serta menunjang tugas pokok dari setiap individu. Menarik, sangat menarik, bahkan menyenangkan. 

Banyak peristiwa yang terjadi di belahan bumi lain, dengan mudah saja kita peroleh informasi peristiwa yang terjadi, dengan cara mengakses melalui media digital.  Sekarang, bagaimana upaya untuk memulihkan negeri ini dari pandemi? Peran pemerintah, orang tua, guru, dan siswa sangat penting untuk membangun kolega yang tepat untuk kelangsungan PTM terbatas.

Saya, Angela Juliatria Andur, siswa kelas XI program Desain Permodelan dan Informasi Bangunan di SMKN 1 Wae Ri’i. Awalnya, tujuan saya masuk SMK adalah untuk mempersiapkan diri fokus belajar di bidang kejuruan yang saya minati. Alasan saya masuk ke jurusan DPIB adalah karena saya tertarik di bidang konstruksi rekayasa bangunan.

Namun, dengan adanya pandemi ini, saya merasa minat saya semakin surut karena proses pembelajaran menjadi tidak maksimal. Saat pertama kali saya masuk ke sekolah, kasus covid di daerah saya sudah banyak. Instruksi larangan adanya sekolah tatap muka sudah diterbitkan. Jadi saat itu kami melakukan MPLS dan semua pembelajaran dilakukan secara online. 

Awalnya, sulit bagi saya saat harus beradaptasi dengan cara belajar yang baru dan merasa kurang nyaman karena baru pertama kali melakukan pembelajaran jarak jauh. Saya juga awalnya merasa sulit karena harus belajar banyak tentang aplikasi-aplikasi yang digunakan saat pembelajaran daring, serta banyaknya tugas-tugas yang diberikan guru. Namun, sedikit demi sedikit saya terbiasa dengan metode pembelajaran seperti ini karena selain dari guru, saya bisa mendapatkan informasi dari sumber lain untuk belajar. Sekolah melakukan PTM terbatas menjelang Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS). 

Biasanya saat melakukan PTM terbatas, sekolah akan membatasi jumlah siswa yang datang ke sekolah. Sebelum masuk ke dalam lingkungan sekolah, setiap warga sekolah wajib memakai masker. Yang tidak memakai masker akan disuruh pulang untuk mengambil masker. Kemudian, setiap orang wajib mencuci tangan di tempat yang telah disediakan, setelah itu dilanjutkan dengan pengecekan suhu tubuh. Tugas-tugas ini biasanya dilakukan oleh satpam sekolah dan guru-guru yang bertugas piket, dan dibantu oleh pengurus OSIS. Setelah itu, barulah diizinkan masuk ke ruang kelas masing-masing. Di dalam kelas juga tempat duduk siswa diatur jaraknya satu meter, dan setiap kelas dibagikan hand sanitizer.

Pada saat pandemi seperti sekarang ini, kolaborasi antara guru dan siswa sangat dibutuhkan. Metode pembelajaran yang dipilih harus membuat guru dan siswa nyaman. Saat ini, sekolah kami menerapkan metode blended learning, yang menggabungkan metode belajar daring dan luring. Metode pembelajaran daring menggunakan beberapa aplikasi penunjang belajar, seperti google classroom, zoom, atau google meet. Dan pembelajaran luring yang dilakukan secara terbatas di sekolah.

Selama melakukan pembelajaran jarak jauh seperti sekarang ini, tentu peran guru sangat penting. Guru harus bisa tetap mengontrol murid-muridnya walaupun tidak sedang bertatap muka. Ini tentu menjadi hal yang sulit karena tidak bisa mengawasi murid-muridnya secara langsung. Itulah sebabnya kerja sama yang baik antara guru, orang tua, dan murid sangat dibutuhkan. 

Selama masa pendemi yang mengharuskan para siswa untuk belajar dari rumah seperti sekarang ini, tentu peran orang tua juga tidak kalah penting. Untuk itu, biasanya orang tua saya akan memastikan bahwa anak-anaknya belajar dengan aman dan lancar. Mereka juga selalu menyemangati anak-anaknya selama pembelajaran daring.

Selain orang tua, yang memegang tanggung jawab besar selama pandemi ini adalah satgas kesehatan karena melibatkan semua warga sekolah, terutama guru dan karyawan sekolah untuk membantu mengawasi saat PTM berlangsung. Komite sekolah juga berperan penting karena merupakan bagian dari sekolah yang tugas pokoknya bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas dan kewajiban komite sekolah seperti mengkoordinasikan, mengendalikan, dan melakukan pengawasan sekolah.

Berakhir atau tidaknya masa pandemi ini, semua tergantung pada diri kita masing-masing. Jika kita bisa menjaga diri sendiri selama masa pandemi ini, pasti pandemi ini akan segera berakhir dan semua warga sekolah akan bisa segera kembali menikmati masa-masa sekolah yang telah lama dirindukan. Selamat belajar, semangat berinovasi, SMK bisa, Merdeka Belajar. (*)

*BIODATA PENULIS:

Nama: Angela Juliatria Andur
TTL:Ruteng, 13 Juli 2005
Jenis Kelamin: Perempuan
Nama Penggilan: Atrin
Usia:16 tahun
Kelas/jurusan: XI DPIB 2
Asal Sekolah: SMKN 1 Wae Ri'i
Orang tua: Framsiskus Erihardi Andur(ayah), Yuliana Ensi(ibu)
Anak ke: 3 (tiga).

CATATAN: floresku.com membuka kesempatan bagi para remaja untuk mengisi kolom, SUARA REMAJA, dengan panjang tulisan maksimal 700 karakter.