Bongkar Total – Kupas Tuntas (Sekadar Satu Perenungan dalam Terang Paskah Tuhan)

redaksi - Rabu, 03 April 2024 16:32
Bongkar Total – Kupas Tuntas (Sekadar Satu Perenungan dalam Terang Paskah Tuhan)Pater Kons Beo SVD, Roma (sumber: Dpkpri)

“Kita menceritakan kebohongan dan memakai topeng. Kita menerima kebenaran setelah terlebih dulu kita alami kekeliruan dan tertipu” 
(What is the Point of Being Chistian? 2005)

P. Kons Beo, SVD

Ada yang dibangkitkan kembali di hari-hari ini. ‘Yang tempo hari punya,’ katakan saja, bahwa ‘yang telah berlalu itu’ dikorek-korek kembali. Atau katakan begini, bahwa bahkan yang telah disampahkan itu malah coba dikais-kais untuk temukan sepotong harapan. Diusahakan agar bernilai jual. Apalagi bila didaur ulang seturut kebutuhan. Semuanya demi jawabi dahaga kepentingan.

Di zaman kini, tak ada yang dapat tersembunyikan. Sudah teramat modern teknologi komunikasi. Semuanya telah terpantau, tertangkap dari segala yang terungkap dalam kata dan sikap. 
Rekam jejak dengan mudah dapat dinapak tilas. Di situ, segala ‘aku yang kini’ bisa dibenturkan dengan ‘segala aku di kala itu.’

Maka, diri kita, katanya, bisa diukur. Nampaknya, dunia hanya ingin tiba pada simpulan: Kita sekarang ini sebenarnya mengalir tetap dari seperti sedia kala. Bahwa “Aku masih seperti yang dulu” Itulah sikap dan tindak yang mengalir dari arus pikiran yang dikendali alam ruang hati tak pernah berubah. Ataukah mungkin sebaliknya? Ada yang berubah?

Lalu apa yang bakal terjadi?

Alhamdulilah, sekiranya tarik ulur kisah hidup dan aura diri itu  bermarwah agung. Orang tetap berakar pada hidup berbasis nilai dan terutama pada cahaya iman. Kharakter diri seperti ini tak bakal mudah lapuk dalam terpaan cobaan dan godaan walau sungguh disergap ‘kepekatan malam tak berbintang.’ Artinya bahwa ada pribadi yang tetap miliki militansi iman dan etika hidup yang handal.

Tetapi juga bahwa ‘tapak tilas diri dan kisah hidup’ bisa juga menjadi awal pertarungan demi transformasi diri. Di situ, ‘menjadi ada atau kembali baru’ adalah dinamika hidup dalam semangat baru pula. Di situlah gelombang passingover (peralihan) terlihat nyata dan mengalir.

Di Alkitab, ada Saulus yang pada akhirnya ‘berubah’ jadi Paulus. Paulus sadari sungguh bahwa yang dulu itu dianggap untung hanya bagi diri, kini terasa rugi karena Kristus (cf Flp 3:7-9). 

Tidak kah jauh sebelum Paulus, di kurang lebih tahun 1000 sebelum Masehi itu, sepertinya Natan, sang nabi, memaksa Raja Daud untuk berpaling dan beralih total dalam kesadaran gelora cinta penuh hasrat buta? Dan, bukan kah Raja Daud mesti segera beralih kepada alam pertobatan (cf 2Sam 12:1 – 13:39)?

Menelisik hari-hari kita...

Yang terlihat hari-hari ini adalah tercecernya logika inflatif dan mekanisme pertahanan diri yang dipaksakan. Yang sebenarnya penuh rapuh dan retaknya. Sayangnya, etikalah yang diejek dan diludahi. Sebab, yang ingin dimuliakan adalah strategi. Segala capaian dengan segala trik itulah yang mesti dipertahankan.

Di TV, di persidangan, dibangunlah logika yuridis, yang mesti dikagumi publik, diamini dan dibenarkan pula. Kini, orang sepertinya terang-terangan menuntut untuk diakui sebagai ‘ahli, pakar, output dari perguruan tinggi beken.’ Dan karenanya, itu tadi, mesti dikagumi kepakarannya.

Sayangnya, nyatanya kepakaran itu acapkali hanyalah sebatas dalil-dalil kabur, sakarstik, ad hominem, serta terpental jauh dari substansi. Kebenaran kini tengah ‘dilindungi’ dalam filter dan perisai kekuasaan. Segala kepalsuan kini lagi dinyamankan dan terbungkam dengan segala ‘harapan dan jaminan ini dan itu.’

Kita berselera berat untuk memburu dan tiba pada kebenaran, iya pada fakta itu. Namun, mirisnya, kita sendiri enggan berlangkah di atas jembatan menuju kebenaran itu sendiri. Dibuang sekian banyak energi dan segala kekuatan untuk ‘bertahan pada yang ini sudah.’

Bisa terjadi bahwa dalam segala kisah dan peristiwa kita berziarah pada sebatas kuasi-pseudo kebenaran. Seolah-olah kita bertumpuh pada kebenaran yang sesungguhnya. Namun, bisa terjadi, akan tiba  saatnya, ketika kita tiba pada kesadaran akan ‘kebenaran dan memeluknya.’ Saat kita terbuka mata hati dan bahwa bahwa ternyata kita sebenarnya terkibuli di hari-hari yang telah berlalu.

Mari bersandar pada kebenaran Paskah...

Yang terjadi di jalan menuju Emaus adalah iluminasi alkitabiah dan kebenaran ekaristik. Hati yang luka penuh putus asa di ziarah itu jadi fokus ketidakberdayaan hidup kedua murid itu. Apa yang mereka harapkan dari Yesus sebagai pemimpin dan pembebas di jalur pikiran dan keinginan mereka, ternyata menjadi sia-sia. Gambaran Mesias ilutif ternyata telah mereka tempelkan pada Yesus.

Namun, saatnya mereka tercerahkan, untuk tiba pada ‘Mesias Pembebas yang sesungguhnya dan yang seharusnya.’ Itulah juga yang jadi aura di setiap tapak ziarah hidup kita. Dalam iman yang bersumber pada kisah-kisah Alkitabiah, toh kebenaran di dalam Tuhan, semuanya, bermuara pada Kasih Tuhan yang membebaskan. Yang menghancurkan segala dalil manusia yang mengikat dan sungguh memperhamba….

Dalam iman pada Tuhan, di dalam keberserahan padaNya, semuanya bakal terang bersinar cerah. Secerah makam kosong yang telah ditembusi cahaya kebangkitan Tuhan. Sebab segala batu kepalsuan telah diambil dari makam itu. Iya, Paskah Tuhan telah membongkar semuanya. Total dan tuntas....

Verbo Dei Amorem Spiranti
Collegio San Pietro - Roma. ***


 

    
 

Editor: redaksi

RELATED NEWS