Kondisi Pasar Inpres Ruteng Kian Semrawut dan Kotor, Pedagang Kecewa

redaksi - Rabu, 30 Maret 2022 10:26
Kondisi Pasar Inpres Ruteng Kian Semrawut dan Kotor, Pedagang KecewaIlustrasi: Pedagang ikan berjualan di badan jalan. Foto diambil 27 April 2021 lalu. (sumber: www.matanews.net)

RUTENG ((Floresku.com) - Para pedagang di Pasar Inpres Ruteng, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT) TT merasa sangat kecewa karena belakangan ini kondisi Pasar Inpres Ruteng semakin semrawut dan kotor (banyak sampah), tetapi para petugas tidak aktif menertibkannya. 

Kondisi semrawut terlihat jelas dimana para pedagang  bebas berjualan di area yang tidak sesuai dengan peruntukannya. 

“Sekarang ini banyak pedangan yang bebas berjualan di area parkir. Orang yang datang berbelanja jadinya susah untuk memarkirkan kendaraannya karena area parkir dijadikan sebagai tempat untuk berjualan. Bahkan, ada yang ada pedagang berjualan di badan jalan raya,” ujarnya, Laurensius Dadi, salah seorang pedagang kepada Floresku.com, Sabtu, 26 Maret 2022.

Laurensius Dadi, seorang pedagang di Pasar Inpres Ruteng. (Foto: Jivansi)

Menurut Laurens,   kondisi semrawut itu terjadi karena beberapa oknum petugas yang  diberi tanggung jawab untuk menglola tata tertib di pasar tersebut tidak aktif melakukan penertiban.

"Makanya saya bilang bahwa petugas di sini tidak ada yang beres," cetus Laurensius.

Selain itu,  petugas juga kurang peduli dengan kebersihan, terutama pengelolaan sampah,  sehingga seringkali terjadi keributan di antara para pedagang mengenai  masalah sampah. 

"Terus terang, saya sendiri seringkali ribut karena sampah ini. Para pedagang dan pengujung sering berlaku jorok, suka membuang sampah tidak pada tempatnya. Saya seringkali kecewa dan sakit hati karena walau ditegur atau diingatkan untuk tidak membuang sampah sembarangan, mereka tetap tidak peduli. Makanya,  setiap sore sebelum pulang ke rumah, saya harus meluangkan waktu khusus untuk membersihkan sampah di sekitar warung saya. Tapi, yang bikin sakit hati,  pagi harinya, lingkungan di sekitar warung ini sudah banyak sampah lagi. Pokoknya kalau soal kebersihan di sini, sadis," ungkap Laurensius.

"Makanya, saya maunya ketemu Bupati. Kita mau ajukan masalah kebersihan ini biar ada pengurusnya tersendiri seperti di kota-kota lain. Contohnya di Pasar Ende di Kapupaten Ende itu ada pengurusnya," tambahya.

Saat ditanyai lebih jauh terkait kinerja dari pengurus pasar yang diberi mandat untuk memperhatikan kondisi pasar tersebut, Laurensius mengatakan bahwa pengurus pasar yang bertugas di Pasar Inpres Ruteng tidak pernah aktif.  Padahal, mereka adalah orang-orang yang ditugaskan oleh Dispenda sendiri.

"Ada yang namanya petugas di sini.  Mereka adalah orang-orang yang ditugaskan oleh Dispenda sendiri. Namun mereka tidak pernah aktif untuk mengatur ketertiban dan kebersihan di pasar ini. Makanya kita kecewa sekali.  Sekarang kami lagi tunggu Bupati berkunjung ke sini. Kalau Bupati datang kami mau omong semua," ungkapnya.

Menurut Laurensius pemerintah seharusnya membuka mata untuk melihat kondisi di area Pasar  Inpres Ruteng yang semakin semrawut. 

Sebab,  sebagai pengguna stan pasar, Laurensius dan rekan-rekannya berusaha untuk berlaku tertib, dan taat membajar pajak dan iuran yang telah ditetapkan.

"Pajak, biasanya untuk triwulan kita bayar Rp 75 ribu. Untuk sampah, setiap bulannya, kita bayar Rp. 10 ribu. Dan untuk securityna kita bayar juga sebesar Rp 10 ribu per stan. Namun, yang terlihat, sama saja seperti tidak ada petugas," jelas Laurensius dengan nada kecewa. (Jivansi). ***

Editor: redaksi

RELATED NEWS