OPINI: Sumbangsih Keluarga Terhadap Perkembangan Anak-anak Usia Dini

redaksi - Senin, 13 November 2023 11:59
  OPINI: Sumbangsih Keluarga Terhadap Perkembangan Anak-anak Usia DiniBoy Waro (sumber: Dokpri)

Oleh: Boy Waro*

KELUARGA adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga. Dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. 

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan “Keluarga” adalah ibu bapak dengan anak-anaknya, satuan kekerabatan yang sangat mendasar di masyarakat. 

Keluarga merupakan sebuah institusi terkecil di dalam masyarakat yang berfungsi sebagai wahana untuk mewujudkan kehidupan yang tenteram, aman, damai dan sejahtera dalam suasana cinta dan kasih sayang diantar anggotanya.

Dalam dokumen Gaudium Et Spes No. 52 mengatakan: Keluarga Adalah semacam sekolah kemanusiaan yang kaya. 

Akan tetapi agar kehidupan dan perutusan keluarga dapat mencapai kepenuhan, dituntut komunikasi batin yang baik, yang ikhlas dalam pendidikan anak. 

Keluarga juga diartikan sebagai lingkungan terdekat dari anak-anak, seperti keluarga inti dan lingkungan sekitarnya. 

Kedua lingkungan tersebut memiliki sumbangsih yang berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak. Menyadari pentingnya keberadaan keluarga dan orang lain, maka anak perlu merasakan pentingnya kehadiran orang lain bagi dirinya selain anggota keluarga sendiri. 

Hal ini berarti bahwa keluarga menjadi dasar bagi pembentukan pribadi anak-anak, sebelum mereka beranjak ke jenjang yang lebih tinggi. 

Keluarga menjadi cermin utama ketika anak-anak berperilaku baik maupun berperilaku buruk.

 Namun pada hakikatnya semua keluarga menginginkan anak-anak mereka menjadi pribadi-pribadi yang baik dan bermoral. Untuk mewujudkan semuanya itu setiap keluarga berjuang untuk mendidik dan memformasi anak-anak mereka dengan berbagai cara dan metode pendidikan yang digunakan. 

Hal ini, sebenarnya untuk mencapai tujuan keluarga yang telah dicita-citakan bersama yaitu pendidikan dalam keluarga ialah agar anak dan anggota keluarga dapat tumbuh dan berkembang semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya, untuk menjadi pribadi yang mandiri dan beradap dalam hidup bermasyarakat sehingga dapat menjadi insan produktif bagi dirinya sendiri dan lingkungannya.

Orang tua sebagai guru

Orang tua adalah guru yang paling utama dalam mendidik dan membentuk kepribadian seorang anak. Tindakan dan perilaku seorang anak dapat mencerminkan sikap dan perilaku kedua orang tuanya. 

Hal ini berarti bahwa, segala perilaku dan tindakan orang tua ketika ada bersama dengan anak-anak akan direkam dan ingat oleh anak. Sikap ibu dan ayah pada anak menyesuaikan dengan kebutuhan anak. 

Dalam arti bahwa anak membutuhkan cinta dan perhatian tanpa syarat ibu secara fisik dan psikis. 

Hill dan Staffor menegaskan bahwa  perlu menyediakan banyak waktu bersama anak, maka untuk mengasuh, mengajar, berbicara dan bermain dengan anak.

 Hal ini dapat membantu anak dalam proses pertumbuhan dan perkembangan seorang anak menjadi pribadi yang baik.

Sebaliknya, ketika semua orang tua bekerja atau ketika orang tua bercerai, maka interaksi antara orang tua dan anak-anak dipastikan akan terganggu.  Keadaan  ini dapat berpengaruh pada pola pengasuhan. 

Ketika intesitas pengasuhan mulai berkurang maka secara otomatis kedekatan anak dan orang tua juga akan berkurang dengan sendirinya. 

Sesungguhnya,  ada beberapa hal penting yang harus dilakukan orang tua supaya dapat menunjang perkembangan positif pada pertumbuhan fisik dan karakter anak-anaknya.

Pertama, adalah membangun komunikasi yang baik dengan anak. 

Atinya, orangtua harus senantiasa menjadi pendengar setia bagi anak-anakanya. Mereka harus  bisa mendengar keluhan, atau sebaliknya ungkapakan kebahagiaan anak-anak. 

Orangtua perlu selalu pemperhatikan pergaulan anaknya  dalam kehidupan sehari-hari. 

kedua, menyediakan waktu bagi anak. Orangtua perlu selalu memerikan perhatian kepada anak-anak, dan selalu menyediakan waktu bagi anak-analnya.  

Mengapa? Sebab keluarga merupakan institusi pendidikan yang pertama yang berperan untuk membangun kreativitas anak itu sendiri.

Jika sejak kecil,  anak kurang mendapat pendidikan dari keluarga, maka akan timbul berbagai dampak negatif bagi anak seperti kesulitan beradaptasi dengan lingkungan sosial, pada saat memasuki bangku sekolah anak akan mengalami kesulitan dalam bergaul dan kenyamanan dalam belajar. 

Pola pendidikan demokratis

Pola asuh demokratis merupakan sebuah pola asuh yang menjadikan orang tua sebagai penentu aturan. Orang tua berhak untuk membuat sejumlah peraturan yang diberlakukan bagi anggota keluarga, termasuk untuk dipatuhi sang anak. 

Dalam pola asuh demokratis ini, meskipun aturan sepenuhnya dibuat dan diatur oleh orang tua tetapi anak-anak masih memberi peluang untuk bertanya dan tidak menuntun kemungkinan untuk anak-anak mengajukan keberatan berkaitan dengan pembuatan aturan tersebut. 

Artinya, anak memiliki hak untuk mengetahui mengapa orang tua membuat aturan tersebut. Hal ini hendak mengabarkan bahwa kehangatan dan kasih sayang tetap ada dan tetap diberikan pola asuh demokratis. 

Namun disisi lain orang tua juga mendidik dengan keras perihal dengan aturan dan kedisiplinan bagi anak. 

Orang tua akan menuntut kemandirian dan tanggung jawab meski masih memberikan anak kesempatan untuk menggemukkan pendapatnya. 

Pradani menyebutkan bahwa semestinya orang tua menerapkan pola asuh yang positif. 

Pola asuh orang tua disebut positif akan menumbuhkan konsep diri dan pemikiran yang positif pada anak. 

Sementara, pola asuh negatif terjadi apabila orang tua sering kali melakukan tindakan-tindakan negatif pada anak dalam pola pengasuhan. 

Misalnya, suka memukul anak, mengabaikan, merendahkan diri anak, tidak adil, sering marah, menghina, dan lain sebagainya. 

Sikap dan pola asuh seperti ini akan menimbulkan pertanyaan bagi anak-anak tentang keberadaan dirinya. 

Anak akan memiliki sejumlah asumsi negatif, misalnya dirinya memang tidak berharga untuk disayangi, dikasihi, dan dihargai. 

Anak akan berpikir bahwa seluruh perilaku negatif orang tua didapatkan karena kekurangan yang ada pada dirinya.

Mengajarkan nilai=nilai moral melalui teladan

 Sebagai sebuah ‘lembaga pendidikan paling pertama,’ keluarga berperan mengajarkan nilai-nilai motal bagi anak-anaknya.

Seorang anak dapat memiliki karakter yang baik apabila orang tua mengajarkan nilai-nilai dan norma moral yang benar yaitu nilai yang menghasilkan suatu perilaku yang positif. 

Salah satu contoh nilai moral yang positif adalah kejujuran. 

Kejujuran  didefinisikan sebagai sebuah nilai karena perilaku itu menguntungkan baik bagi yang mempraktikkan maupun bagi orang lain yang terkena akibatnya. 

Perilaku yang didasarkan pada nilai moral akan membantu seorang anak mengembangkan kemandirian, kebebasan dan percaya diri. 

Orang tua harus mengajarkan nilau-nilai moral,  karena ini adalah jalan  yang paling efektif untuk membawa anak-anak menuju kebahagiaan.

Metode terbaik untuk mengajarkan nilai-nilai moral kepada anak adalah dengan memberikan contoh atau teladan.  Sebab, apa yang diperbuat orang tua selalu meresap dalam diri anak dari pada apa yang diucapkan. 

Contoh atau teladan selalu menjadi guru yang paling baik. Keteladanan menjadi dasar anak untuk menghayati budi pekerti, perilaku luhur untuk menjadi insan sejati. 

Melalui ketauldanan hidup, orang tua atau keluarga  membantu dan membentuk sikap dan perilaku anak-anak usia dini sehingga mampu membedakan yang baik dan yang tidak baik, yang salah dan yang benar. 

Jadi, hal  paling esensial dari pola pengasuhan anak-anak usia dini  adalah mendampingi anak-anak supaya bertumbuh menjadi pribadi yang bermutu  di tengah dunia. 

Artinya, semenjak usia dini anak-anak dibimbing supaya terus bertumbuh menjadi pribadi dewasa yang berguna bagi diri sendiri,  keluarga dan semua orang.*

*Boy Waro adalah pemerhati masalah-masalah sosial. ***

RELATED NEWS