Rayakan Hari Sumpah Pemuda, Fata Institute Gelar Acara Bedah Buku 'Katolik di Tanah Santri' dan Diskusi Publik

redaksi - Sabtu, 29 Oktober 2022 14:07
Rayakan Hari Sumpah Pemuda, Fata Institute Gelar Acara Bedah Buku 'Katolik di Tanah Santri' dan Diskusi PublikSuasana Acara bedah Buku 'Katolik di Tanah Santri' i Selasar Caffe, Jl. Jambu, Pisangan, Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Banten., Jumat, 28 Oktober 2022. (sumber: Haji Merah)

TANGSEL (Floresku.com) - Fata Institute, Jumat (28/10) menggelar bedah buku "Katolik di Tanah Santri" dan Diskusi Publik, bertajuk "Meneguhkan Keberagaman dan Merawat Keberagaman di Indonesia, di Selasar Caffe, Jl. Jambu, Pisangan, Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Banten.

Acara bedah buku dan diskusi publik itu dihadiri oleh puluhan mahasiswa dari lintas Universitas, diantaranya mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Universitas Pamulang (Unpam), Universitas Matla'ul Anwar (UNMA), Institute Sains Teknologi Al-Kamal, dan Sekolah Tinggi Agama Islam (Stai) Babunajah.  

Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Emanuel Melkiades Laka Lena, mengatakan, dirinya menyambut baik acara bedah buku dan diskusi publik yang diselenggarakan Fata Institute. Bagi Melki, Keberagaman adalah suatu hal yang harus dirayakan, bukan dihindari.  

"Diskusi ini menarik, apalagi judulnya adalah bedah buku. Bagi saya, buku Katolik di Tanah Santri ini mengingatkan kita pada eksistensi keberagaman, bahkan disebuah komunitas yang dianggap homogen. Dalam konteks yang lebih luas, keberagaman itu memang ada dan juga kenyataan. Oleh karenanya, keberagaman adalah sesuatu yang harus dirayakan, bukan dihindari. " kata Melki Laka Lena, Jumat (28/10) dalam Open Speec, diacara bedah buku dan diskusi publik, melalui daring.

Selain itu, Melki juga menilai bahwa, dengan hadirnya buku Katolik di Tanah Santri yang dibedah pada momentum hari Sumpah Pemuda itu, bisa membetikan gambaran tentang bagaimana menh as ga keberagaman itu sendiri.  

"Tentu buku ini hadir untuk memberikan gambaran bagaimana menjaga keberagaman itu sendiri. Sebuah proses perjumpaan yang patut dijadikan contoh adalah ketika Soekarno dibuang di Ende tahun 1934-1938. Disana Soekarno menemukan keberagaman dalam sebuah masyarakat yang hidup berdampingan." terangnya.  

Senada, Alumni UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Dr. Paulus Tasik Galle juga mengatakan bahwa, keberagaman di Indonesia merupakan sebuah keniscayaan yang harus terus dijaga dan dirawat oleh semua elemen, terutama kaum muda.  

"Tentu saya sangat senang bisa hadir dalam acara bedah buku dan diskusi publik ini. Bagi saya, keberagaman di Indonesia harus terus dipupuk dan dirawat, dan itu adalah tugas kita semua, terutama oleh kaum muda." kata Paulus.  

Penganut Agama Katolik jebolan Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu lebih jauh mengungkapkan bahwa, kehadiran buku Katolik di Tanah Santri yang ditulis oleh Deni Iskandar itu, saat ini sudah sampai ke Vatikan dan sudah diketahui oleh Romo Markus Solo Kewuta, SVD, Pimpinan Yayasan Nostra Aetate di Vatikan.  

"Kemudian bicara soal buku ini (Katolik di Tanah Santri) saat ini saya kira bukan hanya ada di Indonesia, tapi juga sudah sampai di Vatikan. Artinya, pihak Vatikan sudah mengetahui tentang buku ini. Tentu buku ini sangat menginspirasi sekali." kata Paulus Tasik Galle.  

Seperti diketahui, acara Bedah Buku dan Diskusi Publik itu, diselenggarakan secara Luring dan Daring. Ada banyak narasumber yang hadir dalam acara tersebut diantaranya, Dr. Paulus Tasik Galle, Alumni UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Ketua Pemuda Katolik Komisariat Daerah (Komda) Provinsi Banten, Alexander Leonardos Rumbi dan Ketua Pemuda Katolik Komisariat Cabang (Komcab) Kota Tangerang Selatan.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Emanuel Melkiades Laka Lena, yang juga menjadi Open Speech, Penggiat Keberagaman di Indonesia, Alexander Philip Sitinjak dan Dosen Studi Agama-Agama Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Zaenal Muttaqien hadir secara daring. (Haji Merah). ***

Editor: redaksi

RELATED NEWS