Sekali Lagi, Tradisi Prosesi Semana Santa di Larantuka Flores, Ditiadakan

redaksi - Sabtu, 19 Maret 2022 14:36
Sekali Lagi, Tradisi Prosesi Semana Santa di Larantuka Flores, DitiadakanProsesi Semana Santa (kiri) dan Uskup Larantuka, Mgr. Fransiskus Kopong Kung (kanan). (sumber: Istimewa)

LARANTUKA (Katolikku.com) – Sekali lagi, devosi tradisional Prosesi Semana Santa di Larantuka Flores Timur, dibatalkan karena pandemi Covid-19 masih mengganas. 

“Kabar mengenai peniadaan Proses Semana Santa disampaikan melalui Surat Keuptusan Uskup Keuskupan Larantuka, No. KL/168/VA/II/2020 perihal Keputusan Perayaan Devosional Tradisi Semana Santa,” demikian tulis mitra media ini,  Katoliku.com Sabtu, 19 Maret 2022, siang.

Katolikku.com menerangkan bahwa Surat Keputusan terbit di Lantuka pada Sabtu, 18 Maret 2022, ditandatangani oleh Uskup Larantuka, Mgr. Fransiskus Kopong Kung.

Surat Keputusan tersebut dikirim sebagai tembusan kepada Vikjen Keuskupan Larantuka, para Deken Sekeuskupan Larantuka; Pastor paroki; Bupati Flores Timur; Ketua DPRD Flores Timur; Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur; Pihak keamanan (TNI-POLRI); dan arsip.

Berikut petikan Surat Keputusan tersebut selengkapnya.

Kepada Yth. Para pastor, Biarawan-Biarawati dan seluruh umat Keuskupan Larantuka 

di Tempat.

Dengan hormat.

Salam dalam kasih Tuhan Yesus

Kita sedang berada dalam Masa Prapaskah, mempersiapkan diri untuk merayakan misteri keselamatan kita, yakni: sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus, Tuhan dan Penyelamat dunia.

Tinggal beberapa saat lagi, kita akan masuk ke Pekan Suci.

Memperhatikan situasi saat ini, dimana kita masih berada pada masa pandemi Covid-19, dan melihat jumlah yang terpapar positif Covid-19 semakin meningkat di wilayah kita, di Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten lembata, dan saat ini kita sedang berada pada level 3 secara nasional, maka demi kepentingan keselatan dan kesehatan seluruh warga masyarakat kita, kami memutuskan meniadakan dan membatalkan pelaksanaan perayaan devosional tradisi Semana Santa di larantuka, Konga, Wureh pada tahun ini.

Termasuk juga paroki-paroki yang sudah ada kebiasaan tradisi ini. Tidak diadakan prosesei Jumat Agung dan prosesi Allulya di Larantuka dan Wureh.

Perayaan Liturgi Pekan Suci di gereja teap dirayakan seperti biasa, dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat, seperti memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir, atau dengan hand sanitizer, jumlah umat 50 persen dari kapasitas tempat duduk di gereja, dan menjaga jarak tempat duduk 1 meter.

Paroko boleh mengatu memperbanyak kesempatan Misa, agar sebanyak mungkin umat boleh hadir dalam perayaan-perayaan suci.

Hal-hal teknis lainnya diserahkan pengaturannya sesuai kondisi masing-masing paroki.

Memang, sudah tiga tahun berturut-turut kita tidak dapat merayakan Seman Santa menurut tradisi kita. Meskipu secara devosional kita tidak melakukannya, tetapi hal tersebut tidak mengurangi makna dari tradisi kita.

Kita diharapkan memaknaiya secara lebih rohaniah, lebih mendalam terhadap mistei iman dan kesalamtan kita.

Justeru untuk kesalamatan kita, keselamatan seluruh dunia, Yesus dan Juru Selamat, rela berkorban, menderita sengsara dan wafat di kayu salib. 

Situasi kongkrit kita saat ini juga menghendaki kita rela berkorban, mau menderita, bekerjasama dengan sema pihak, untuk mengatasi virus corana atau Covid-19, demi  keselamatan semua orang, termasuk diri kita.

Jadi, dengan tidak menjalankan tradisi Semana Santa sebagaimana biasa pada saat ini, adalah juga merupakan bagian dari pengorban kita, bagian dari  ekspresi iman dan kerja sama kita dalam upaya mengatasi pandemi virus corona.

Mari kita mendoakan kepentingan Gereja, kepentingan bangsa dan tanah airu kita, dan kepentingan semua umat manusia di seluruh dunia.

Tuhan memberkati, Bunda Maria, Renha Larantuka, Tuan ma, melindungi dan mendoakan.

Tanda tangan Uskup dan stempel Keuskupan

Mgr. Fransiskus Kopong Kung.

Uskup Larantuka

Editor: redaksi

RELATED NEWS