SOROTAN Ans Gregory da Iry: Generasi Millenial atau Generasi Y: Siapakah Mereka?

redaksi - Rabu, 24 November 2021 11:51
SOROTAN Ans Gregory da Iry: Generasi Millenial atau Generasi Y: Siapakah Mereka?Ilustrasi: Wirasuahawan dari kalangan milenial (sumber: Shutterstock)

Sebutan ‘kaum milenial’ sudah akrab di telinga kita. Namun, siapakah orang-orang yang disebut ‘kaum milenial itu? Mau tahu apa jawabannya? Simak sorotan Ans Gregor da Iry dalam tulisannya berikut ini!

Kaum milenial:

*Lebih aktif mengejar kesempatan kerja;

*Kebebasan berkreasi dan berekspresi;

*Menginginkan fleksibilitas waktu kerja;

*Kenyamanan lebih utama dibanding uang.

ISTILAH Generasi Millenial atau Generasi Y sudah biasa kita gunakan untuk menyebut anak-anak muda masa kini. Tetapi mengapa disebut demikian, dan siapakah mereka?

Generasi Millenial adalah mereka yang lahir antara tahun 1982-2000 dimana masa itu disebut sebagai millenium atau millenia baru sebelum memasuki abad ke 21. Semula generasi ini disebut Generasi Y untuk menggambarkan bahwa mereka adalah penerus dari generasi sebelumnya yaitu Generasi X. Namun karena generasi ini menandai datangnya millenium baru, yaitu millenium ke – tahun 3000 – dan  abad 21, maka penyebutan Generasi Millenial menjadi lebih populer dibandingkan Generasi Y.

Generasi Millenial lahir dan bertumbuh dalam iklim yang sangat “kental” dengan teknologi dan informasi yang sangat cepat dan canggih. Generasi ini cepat menerima dan mengadopsi segala informasi yang mereka dapat, dan cepat pula bosan jika menjalani metode pembelajaran yang tradisional. 

Mereka lebih suka metode pembelajaran yang lebih interaktif melalui kerja sama tim, pengalaman, kolaborasi dan kelompok berpikir, mandiri, dan ter-struktur dalam penggunaan teknologi.

Generasi Millenial muncul sebagai generasi yang sangat gandrung akan teknologi paling canggih, yang menjadikan teknologi sebagai gaya hidup dan menghadapi perubahan secara terus-menerus. Mereka selalu mencari tantangan, mempunyai rencana jangka panjang, optimistik, menghargai pengalaman pribadi dan punya pemikiran yang kritis. Dan itu berlaku untuk segala situasi, tak terkecuali pekerjaaan.

Menurut suatu studi yang dilakukan LinkedIn beberapa tahun lalu dengan nama Talent Trend Study, Generasi Millenial membawa dinamika tersendiri ke dalam lanskap industri dengan berbagai karakteristik dan keunikan yang mereka bawa. Salah satu karakteristik ini adalah: mereka lebih aktif dalam mengejar kesempatan kerja dibanding generasi lainnya. Berdasarkan data LinkedIn, 32% millenial menerima kesempatan interview di dua hingga tiga perusahaan lainnya. Jumlah presentase ini melampaui generasi sebelumnya: 14% untuk Generasi X dan 10% untuk Generasi Baby Boomers.

Tantangan bagi Dunia Industri

Karakteristik Generasi Millenial ini tentu saja menjadi tantangan tersendiri bagi dunia industri atau perusahaan yang akan mempekerjakan mereka. Salah satu tantangan dalam merekrut generasi ini adalah terkait penerapan jam kerja yang konvensional. 

Sebagian besar kaum pekerjaa zaman sekarang, khususnya di kota-kota besar mungkin sempat atau bahkan sempat mengalami fase di mana mereka merasa sulit untuk menyesuaikan diri dengan jam kerja antara pukul 09.00 – 17.00. Oleh karenanya, tak jarang atau bahkan banyak Generasi Millenial, yang kemudian memilih untuk menjadi pekerja bebas atau freelance demi bisa mendapatkan fleksibilitas waktu.

Perlu dicatat bahwa bagi Generasi Millenial, keseimbangan antara waktu kerja dan kehidupan sosial sangatlah penting. Bagi mereka, social life merupakan bagian penting dari kehidupan sehingga tidak bisa diabaikan.

Untuk itu, tidak heran jika pekerjaaan yang fleksibel dari segi waktu lebih menarik di mata mereka, bahkan selalu dijadikan prioritas dalam memilih pekerjaan. Terlebih lagi, generasi ini termasuk orang yang mempunyai kemampuan bekerja yang baik, meskipun bekerja di luar kantor.

Sementara bicara mengenai gaji atau penghasilan, Generasi Millenial bukannya tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang tidak penting. Mereka hanya tidak menjadikan ini sebagai hal yang paling utama. 

Pasalnya, banyak hal lain yang menjadi pertimbangan mereka memilih pekerjaan, salah satunya kesempatan untuk berkembang ke arah yang lebih baik. Prinsip mereka adalah, untuk apa gaji tinggi jika tidak ada kesempatan untuk berekspresi dan berkreasi.

Tak berhenti sampai di situ, Generasi Millenial juga umumnya lebih memilih perusahaaan besar dengan fasilitas lengkap dibanding kerja dengan gaji besar namun di perusahaan yang tergolong kecil atau tidak terkenal. 

Alasannya sederhana: dengan fasilitas kerja yang lengkap, entah itu yang berkaitan dengan kesehatan, seperti tempat nge-gym dan sebagainya, jaringan internet yang luas dan bonus liburan, mereka merasa akan bekerja dengan lebih nyaman. Di samping itu, tentu saja, lebih bebas berkreasi dan berekspresi.

Ya, bebas berekspresi dan sangat menyukai kebebasan. Namun tidak berarti bahwa Generasi Milleniall adalah generasi yang semaunya. Mereka tetap memiliki tanggung jawab yang tinggi atas pekerjaannya sehingga meskipun dengan peraturan yang tidak terlalu ketat, mereka akan tetap bekerja dengan baik dan mencapai hasil yang diharapkan.

Generasi Millenial menyukai tantangan sehingga tak jarang mereka akan berpindah dari perusahaan satu ke perusahaan lain, apalagi ketika mereka sudah merasa bosan. Banyak pro dan kontra tentang kecenderungan yang satu ini. 

Tetapi jangan salah, mereka juga memiliki kreativitas yang tinggi karena dipenuhi ide-ide yang mungkin tidak lazim namun ternyata sangat bermanfaat. Itu sebabnya, tak heran jika generasi ini menjadi incaran perusahaan-perusahaan.

Ada setidak-tidaknya 10 profesi yang paling banyak digeluti Generasi Millenial saat ini. Salah satu diantaranya adalah tenaga penjual. Profesi ini adalah profesi yang  paling banyak dimasuki generasi ini. 

Selanjutnya diikuti oleh Pengembang Program Komputer, Tenaga Administrasi, Tenaga Pemasar Khusus, Magang, Manager Proyek, Konsultan, Asisten Peneliti dan Dosen. Sementara sisanya kebanyakan memilih untuk berwiraswasta.

Generasi Millenial suka sekali untuk berbisnis dan menjadi bos dalam bisnisnya sendiri. Hal ini didorong oleh adanya pengalaman mereka menyaksikan anggota keluarga yang terkena PHK pada tahun 2000-an (ini terjadi di Amerika Serikat).  

Hal itu juga terbukti dari survei terbaru yang dilakukan di Asia Pasifik. Survei itu menemukan bahwa 72 persen generasi milenial bercita-cita ingin memiliki bisnis sendiri. 

Survei yang melibatkan 4.093 orang dari generasi Z dan milenial (usia 18-40 tahun) itu dilakuakn oleh perusahaan nutrisi global Herbalife Nutrition. Survei untuk mengetahui tren kewirausahaan itu dilakukan di 8 negara, yakni Indonesia, Jepang, Malaysia, Filipina, Singapura, Korea Selatan, Taiwan, dan Vietnam. 

Hasil survei juga menyebut, 9 dari 10 responden percaya bahwa usia terbaik untuk memulai bisnis adalah di bawah 40 tahun, dengan rata-rata yang dianggap usia ideal adalah 27 tahun. 

Di Indonesia sendiri, menurut survei itu 66 persen responden belum punya usaha sendiri dan bercita-cita untuk memulainya. Alasan untuk membuka usaha sendiri adalah keinginan untuk mengubah karier (45 persen) dan meyakini bahwa memulai wirausaha adalah peluang untuk lebih sukses (30 persen).

Meski pun demikian semangat untuk berwirausaha di kalangan milineial Indonesia cukup menggembirakan. Hal ini bisa kita lihat bahwa pemuda-pemudi banyak yang menjadi pebisnis di berbagai bidang. Ada  yang punya toko fisik, dan tak sedikit yang yang  toko online. ***
Catatan: Tulisan ini dibuat, di Sydney, 6 Okt 2016, diperbarui 19 November 2021.

Editor: redaksi

RELATED NEWS