Tawaran Menlu Retno di Sidang PBB, Dewan Pakar BPIP: 'Itu Cerminan Pancasila dalam Diplomasi'
redaksi - Senin, 03 Oktober 2022 20:37JAKARTA (Floresku.com) - Dalam acara tahunan Sidang Majelis Umum PBB (SMU-PBB) di New York, AS, (26/09), Menteri Luar Negeri Indonesia Retno L.P Marsudi tegas menyatakan, dunia saat ini menghadapi situasi mengkhawatirkan.
Ekonomi dunia melambat, pandemik terus berlanjut, dan perang berkecamuk. Itu karena dunia telah memilih jalan yang salah. Banyak negara yang lebih mementingkan kompetisi daripada kolaborasi. Lebih mengutamakan penolakan daripada keterlibatan dalam dialog.
- Satlantas Polres Sikka Gelar ‘Operasi Zebdra Turangga’
- Tarsan Talus Kembali Mensponsori Final 'Liga Friendly Match' Wae Mokel' di Mukun, Matim
Paradigma seperti itu hanya akan menciptakan relasi bangsa-bangsa yang “zero-sum”, bukan suasana “win-win”.
Menlu Retno menghimbau dunia agar mengadopsi paradigma baru berbasis multilateralisme: menghidupkan kembali semangat perdamaian, menghidupkan kembali tanggung jawab untuk pemulihan global dan meningkatkan kemitraan regional.
Dihubungi terpisah, Dewan Pakar Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri BPIP, Dr. Darmansjah Djumala, MA mengatakan, tawaran Menlu Retno agar dunia mengedepankan semangat perdamaian dan tanggung jawab global merupakan cerminan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Dr. Djumala, yang pernah menjabat sebagai Duta Besar untuk Austria dan PBB mengingatkan, Bung Karno pernah berpidato di forum yang sama pada 30 September 1960, dengan judul “To Build the World A New” (Membangun Dunia Baru). Dalam pidatonya, Bung Karno mengenalkan Pancasila kepada peserta Sidang Majelis Umum PBB.
Di tengah dunia yang dihantui oleh tarikan kepentingan dan rivalitas dua ideologi besar yang hegemonik dalam konteks Perang Dingin, Bung Karno menawarkan sila-sila Pancasila agar menginspirasi Piagam PBB.
“Sebab, Pancasila mengandung nilai universal dalam fatsun relasi hubungan antar-negara, apa pun ideologinya. Pancasila adalah Ideologi Perdamaian. Dengan nilai-nilai universalnya, Pancasila adalah ideologi yang mendekatkan dan mempersatukan”, tutur Djumala.
Lebih lanjut, Djumala yang pernah menjabat sebagai Kepala Sekretariat Presiden/Sekretaris Presiden periode pertama Jokowi ini mengungkapkan, pernyataan Menlu Retno di PBB itu senafas dengan nilai-nilai Pancasila seperti yang digelorakan Bung Karno pada SMU PBB 1960.
“Tatkala Menlu Retno menyerukan kolaborasi dalam paradigma multilateralisme, sejatinya ia telah menghidupkan kembali nilai musyawarah, dialog, dan gotong royong dalam tindak diplomasi Indonesia di dunia internasional. Nilai musyawarah dan gotong royong seperti digaungkan Bung Karno pada 1960 adalah ruh dari multilateralisme, dialog, perundingan, dan penyelesaian konflik secara damai dalam diplomasi”, tambah Djumala.
Pernyataan tegas Menlu Retno di SMU-PBB yang sarat dengan nilai Pancasila itu bersesuaian dengan kiprahnya dalam diplomasi multilateral beberapa tahun terakhir.
Menlu Retno adalah Co-Chair program Covax (Covid-19 Vaccines Global Access) Facility, program pengadaan dan alokasi vaksin di bawah WHO. Diplomasi kesehatan senafas dengan sila 2 Kemanusiaan.
“Ketika Menlu Retno berhasil mempertemukan dua pihak yang berseteru, Menlu AS dan Menlu Rusia di Bali, itu hasil dari pendekatan Indonesia yang memang menggunakan pendekatan dialog dan musyawarah seperti dititahkan sila ke-4 Pancasila”, pungkas Djumala. (SP/Silvia). ***