TBM Poco Ndeki Cakrawala Hadir sebagai Tempat 'Tukar Tambah Ide' Selain Baca Buku

redaksi - Kamis, 02 Mei 2024 19:01
TBM Poco Ndeki Cakrawala Hadir sebagai Tempat 'Tukar Tambah Ide' Selain Baca BukuMarsel Minggus bersama anak-anak di halaman TBM Poco Ndeki Cakrawala, di Manggarai Timur (sumber: Filmon Hasrin)

BORONG (Floresku.com) -Taman Baca Masyarakat (TBM) yang didirikan sejak 2020 dan berlokasi tidak jauh dari keramaian Kota Borong, ibu Kabupaten Manggarai Timur (Matim) itu butuh proses yang cukup serius.

Bukan hanya terkait pengadaan buku-buku untuk para pengunjung tetapi bangunan seperti rak buku yang justru menuntut pendirinya mengeluarkan banyak dana pribadi. 

Tentu saja ini adalah sebuah perjuangan luar biasa sang pendiri TBM Poco Ndeki Cakrawala, Marsel Minggus yang biasa disapa Mancek.

Anak-anak membaca di TBM Poco Ndeki Cakrawala  (Foto: Filmon Hasrin).

Menurut Marsel, dirinya sudah terbiasa mengoleksi buku sejak kuliah hingga tamat, namun semangatnya tidak memudar dan pengoleksian bukunya berlanjut hingga kembali ke tempat kelahirannya yaitu di Waerana, Kota Komba. 

Pada saat itu dirinya bekerja sebagai pengajar yang kemudian berziarah ke Borong sebagai pengajar di salah satu lembaga pendidikan SD yang terletak di Kelurahan Kota Ndora. Saat ini, Marsel juga sebagai guru penggerak yang cukup sibuk dalam kesehariannya.

Namun di tengah kesibukannya, ia mampu mengatur waktu secara baik dan terus berjuang sebagai pegiat literasi di Matim. 

"Saya mendirikan TBM ini untuk mencerdaskan anak bangsa, di tengah minat baca yang menurun, yah ini menjadi perhatian serius kita saat ini. Saya mendorong mereka untuk membaca buku di Perpustakaan dan di TBM Poco Ndeki juga bisa," ungkapnya pada Minggu, (28/04).

Ia mengatakan, selain pengunjung datang mencari sumber buku, mereka juga bisa memanfaatkan waktu untuk berdiskusi, apalagi tempatnya cukup luas dan sumber bukunya cukup banyak. 

"TBM Poco Ndeki juga sebagai tempat tukar tambah ide, jadi maanfkan waktu secara baik, membaca adalah masa depan," tegasnya.

Lebih lanjut, buku yang tersedia mulai dari kepentingan anak SD, SMP, SMA, dan bahkan perguruan tinggi. Selain itu buku untuk kepentingan umum juga disediakan seperti tentang 'dunia pertanian.

' "Ibu-ibu pernah datang cari buku pertanian tentang cara menanam sayur yang benar dan bukunya ada di sini," ungkap Marsel.

Salah satu pengunjung, Paul mengatakan gerakan literasi saat ini harus menjadi fokus utama karena tulisan-tulisan ilmiah membentuk pola pikir masyarakat selain mendapatkan iformasi.

"Pola pikir kita teratur ketika sering membaca ulasan ilmian dan bisa melatih kita menggunakan kalimat yang tertatur sesuai SPOK," jelasnya.

Ia menambahkan, orang yang sering membaca biasanya memiliki sumber informasi yang banyak dan ketika berdiskusi selalu berbasis data.

"Menarik saat diskusi, tidak mengarang-ngarang, ini yang perlu kita dorong agar masyarakat punya wawasan luas," tegasnya.

Paul berharap semoga TBM Poco Ndeki menjadi contoh untuk wilayah lain, mengoleksi buku-buku berkualitas, dan sebagai pegiat literasi tidak boleh patah semangat. Mencerdaskan anak bangsa kata dia adalah tugas bersama.

Pantauan media ini, selain buku-buku tersebut, ternyata tersedia juga buku Filsafat, sastra, dan Politik, seperti Jean Paul Sartre: Kata-Kata, Georg Kirchberger: Allah Menggugat, Ferdy Sebho: Moral Samaritan/Sastra, dan Silvianus M. Mongko: Demokrasi Minus Diskursus.

Sebagaimana yang diberitakan Viva.co.id pada Senin ( 26/02) bahwa berdasarkan data Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), minat baca masyarakat Indonesia hanya sebesar 0,001 persen atau satu dari 1.000 orang yang gemar membaca. 

Kemudian, berdasarkan survei Program for International Student Assessment (PISA), pada tahun 2019 Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 70 negara dalam hal literasi. (Filmon Hasrin).

Editor: redaksi

RELATED NEWS