YBL Berdayakan Masyarakat Lokal Melalui Budidaya Bambu
redaksi - Senin, 31 Januari 2022 10:56RUTENG (Floresku.com) - Hadir di Manggarai melalui program budidaya bambu, Yayasan Bambu Lestari (YBL) yang berpusat di Bali kini mendapat apresiasi dari masyarakat Manggarai, khususnya Desa Persiapan Bangka Wela, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Informasi yang diterima media ini pada Minggu 30 Januari 2022 menyebutkan, YBL memiliki fokus pada program penghijauan hutan. Di samping itu, program ini juga hadir untuk mendorong perekonomian masyarakat desa.
Antonia Mbue, Ketua Kelompok Budidaya Bambu menyampaikan apresiasi dan terima kasih atas hadirnya program tersebut. Menurutnya, program yang ada tersebut sangat membantu ekonomi masyarakat setempat. Apalagi di tengah situasi pandemi Covid-19.
- SENDAL SERIBU: Minggu, 30 Januari 2022: Ayo Melihat Sesama dengan Tatapan Kasih!
- Ditinggalkan Suaminya MR Usai Akad Nikah, N Mengadu kepada Truck-F
- RD Daluas, Wartawan Bursa yang Jadi Pendeta Itu Telah Berpulang, RIP
"Mayoritas masyarakat desa, menerima penuh program ini dengan baik. Kini kami suda merasakan manfaatnya. Program inikan sangat membantu ekonomi kami. Apalagi hadir pada saat masa pandemi kemarin. Karena itu tentu kami berterima kasih terhadap Yayasan Bambu Lestari yang telah membawa program ini", ungkap Antonia Mbue melalui keterangan tertulis yang diterima Floresku.com.
Menurut Antonia Mbue, program ini bukan saja membantu perekonomian masyarakat desa tapi mendukung dalam penghijauan dan kelestarian hutan.
"Desa kami ini berada pada jalur yang rawan longsor. Sehingga ketika program ini datang dengan misi menjaga alam, kami masyarakat langsung setuju. Saya berpikir bahwa program ini sudah tepat hadir disini" jelasnya.
Lebih lanjut, Antonia Mbue menyampaikan harapannya agar program yang ada tersebut tetap ada keberlanjutannya.
"Saya berharap program ini harus ada rencana tindak lanjut. Misalkan saja, memberikan pelatihan tentang pemanfaatan bambu untuk kerajinan. Tidak hanya soal pelatihan budidaya bambu saja. Dengan demikian, kami sebagai masyarakat desa juga punya gambaran kedepannya soal prospek manfaat bambu. Apalagi kalau bambu dijadikan destinasi wisata kedepan. Perlu ada pelatihan," tutur Antonia mbue.
Dalam rilis yang sama, Esti Maria Yanti yang merupakan anggota kelompok juga mengakui bahwa program budidaya bambu tersebut sangat membantu dirinya, termasuk dalam hal biaya sekolah anaknya.
"Jujur saja, program budidaya bambu ini sangat terbantu. Saya menyekolahkan anak saya dari uang budidaya bambu. Sampe hari ini saya suda menerima uang sebanyak Rp. 10.000.000. Dan uang itu saya gunakan untuk sekolah anak saya. Saya semakin semangat karena kami dilatih pula untuk kerja secara team dan sistem online. Hingga yayasan membagikan kami satu buah HP secara gratis", terang Esti Maria Yanti.
Lapangan kerja masa depan
Sementara itu, secara terpisah Aristo Mulyadi Waku selaku pendamping program lapangan mengaku sangat optimistis bahwa program ini akan menjadi salah satu lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat desa.
"Saya sangat optimis bahwa budidaya pohon bambu dari pemanfaatannya akan membuka peluang pekerjaan baru untuk masyarakat. Sehingga bisa membantu perekonomian mereka kedepannya," ungkap Aristo.
"Contoh kerajinan dari bambu itu seperti pembuatan kursi, meja, dulang, gelang, dan masih banyak lainnya. Bahkan, sabun mandi pun bisa dibuat dari serbuk bambu," sambung alumni Fakultas Hukum Universitas Mahasarasti Denpasar ini.
Meski demikian, lanjutnya, dibutuhkan pendampingan yang serius serta kerjasama semua pihak untuk memperoleh hasil yang maksimal.
"Saya berharap semua kita terlibat. Sekarang kita fokus urus bambu. Mulai dari orang muda, tokoh adat, hingga ibu-ibu penggiat budidaya bambu untuk sama-sama berpikir urus bambu ke depan. Intinya semua kita perlu taat proses. Kerja sama dan sama-sama kerja. Mohon juga pemerintah untuk melihat ini sebagai bisnis baru masyarakat dalam mendorong perekonomian mereka," tegas Aristo Waku.
Lebih jauh, Aristo menyebutkan bahwa saat ini di Desa Persiapan Bangka Wela telah dilakukan pembudidayaan sebanyak 245.000 bibit bambu. Dan hingga kini, masyarakat memperdayakan bibit bambu lokal, seperti Bambu Petung, Bambu Pering dan Bambu Gurung.
"Nantinya bambu ini akan ditanam dipemukiman warga untuk menahan tanah agar tidak longsor. Dan sisanya, akan dipindahkan ke kebun kepompong untuk dirawat selama 3-5 tahun kedepan. Dan ini akan menjadi bahan dasar kerajinan, dan destinasi wisata bambu," tutup Aristo. (Jivansi). ***