Allah Selalu Hadir Memberikan Harapan Pada Saat Yang Tak Terduga

Sabtu, 22 April 2023 17:44 WIB

Penulis:redaksi

Gregor.JPG
Pater Gregor Nule SVD (Dokpri)

 (Minggu Paskah IIIA:  Kis 2:14.22-33; 1Ptr, 1: 17 – 21; Luk 24: 13 – 35)

Ilustrasi:

Anton dan Anna, sebuah pasangan nikah yang ditemukan kembali dalam keadaan sehat, setelah hilang dalam sebuah hutan rimba selama 7 hari. Wajah mereka terlihat lebih cerah sesudah tiga hari dirawat di Rumah Sakit. 

Seorang wartawan bertanya kepada mereka: “Bagaimana perasaan pak dan ibu ketika tersesat di dalam hutan rimba selama 7 hari?” 

Jawab Anton, “Ketika memutuskan untuk menjelajahi hutan itu, sebenarnya kami sedang ribut besar. Tetapi, ketika sadar bahwa kami tersesat, kami mulai saling menjaga dan melindungi. 

Kami berdoa bersama, saling berpegangan tangan, saling memaafkan dan kemudian pada hari ke 5 kami pun pasrah, terima apa pun yang bakal terjadi. Mungkin inilah saat terakhir hidup kami berdua”.

Meski demikian, kami tetap memiliki harapan karena iman dan doa-doa penuh kepasrahan kepada Allah. Ketika TIM PENYELAMAT memanggil nama kami, spontan kami berkata, “Inilah waktu Tuhan yang telah tiba untuk menyelamatkan kita”. 

Kami  saling berpelukan dan serentak berseru, “Terima kasih Tuhan. Terimakasih Tuhan”. Melalui peristiwa ini kami mengalami bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kami”. 

Mendengar kesaksian Anton, wartawan, dokter dan para perawat di Rumah Sakit itu pun kagum dan terharu. Allah selalu membuat segala sesuatu  indah pada waktunya!

Refleksi 

Bacaan Injil hari ini melukiskan tentang masalah iman dan ketidakpastian hidup yang dialami para rasul setelah kematian Yesus.

Kleopas dan temannya putuskan untuk tinggalkan  murid-murid lain dan Yerusalem, lalu berangkat ke Emaus. Rupanya keputusan mereka merupakan sebuah pelarian untuk melupakan peristiwa tragis yang menimpa Yesus dan mau menenangkan hati yang galau. 

Mungkin mereka putus asa dan kehilangan harapan, karena Yesus yang bakal menjadi pemimpin yang membebaskan bangsa Israel dari penjajahan Roma  sudah mati dan hilang.

Karena itu, kehadiran dan pertanyaan Yesus sepertinya mengganggu keduanya. Itulah sebabnya dengan muka muram Kleopas menjawab pertanyaan Yesus, “Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem yang tidak tahu apa yang terjadi di situ hari-hari ini?”. (Luk 24:18). 

Tetapi, setelah mendengar ungkapan perasaan dan kegalauan hati kedua murid Emaus, Yesus mencela ketidakpercayaan mereka dan berkata, “Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu untuk memercayai segala sesuatu yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaanNya?”, (Luk 24: 25-26). 

Dengan itu Yesus mulai pelan-pelan menuntun kedua murid Emaus untuk masuk ke dalam misteri hidup, kematian dan kebangkitanNya. Pada saat yang sama, Yesus juga mau mengubah pandangan mereka yang keliru tentang Diri-Nya. 

Yesus bukanlah pemimpin politik yang mau membebaskan bangsa Israel dari pemerintahan Roma. Sebaliknya, Dia adalah Tuhan dan Juruselamat dunia yang membebaskan manusia dari dosa dan maut. 

Ketika mendengar kata-kata Yesus hati mereka yang galau dan kacau-balau menjadi tenang dan berkobar-kobar. Ada cahaya harapan dan sukacita. 

Orang yang sebelumnya dianggap asing diundang dengan agak memaksa untuk tinggal bersama atau menginap di rumah mereka. Orang asing tadi berubah menjadi seorang sahabat karib.

Mereka berkata, “Tinggallah bersama-sama dengan kami sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam”, (Luk 24:29). 

Keputusan Yesus menerima undangan itu membuka jalan bagi kedua murid Emaus untuk semakin mengenal orang asing itu sebagai Yesus, Guru dan Tuhan. 

Mata hati mereka terbuka dan mulai mengenal siapa Yesus ketika Yesus sendiri  mengambil roti, memberkati, memecah-mecahkan, lalu memberikannya kepada mereka. 

Inilah saat puncak di mana para murid Emaus mengenal Yesus dan memahami makna kematian Yesus sebagai jalan kepada kebangkitan dan hidup yang kekal. 

Inilah juga saat istimewa di mana kita secara intim mengalami kehadiran dan pengorbanan yang menyelamatkan ketika Yesus memecah-mecahkan roti hidup dan memberikan-Nya kepada kita dalam Ekaristi kudus.

Bercermin pada pengalaman iman pasangan Anton dan Anna, serta kedua murid Emaus, sebagai umat Allah sering kita alami gejolak hidup yang serupa. Bila segala-galanya berjalan aman, baik dan lancar, maka hidup dan penghayatan iman kita terasa aman-aman saja. 

Tetapi, bila ada masalah atau gangguan, ada sesuatu yang kurang beres dalam hidup, seperti penyakit, bencana alam, kegagalan, kematian, ketidaksetiaan dan pengkhiatan dalam hidup perkawinan, gangguan dalam panggilan hidup sebagai imam, suster dan bruder, atau ketika cita-cita dan harapan tidak terwujud, maka kita gampang menjadi bimbang, putus asa, dan bahkan seperti para murid Yesus mulai bimbang dan tidak percaya akan Sabda Tuhan serta kuasaNya di dalam hidup kita. 

Inilah kenyataan hidup yang sering kita alami. Meski demikian, yakinlah Yesus selalu menjaga dan memelihara kselamatan kita, umatNya. Yesus selalu hadir untuk menuntun dan menyelenggarakan hidup kita pada saat yang tak terduga. Dan, Yesus selalu menjamin segala sesuatu indah pada waktunya. 

Amen.

Kewapante, Minggu, 23 April 2023. P. Gregorius Nule, SVD*