idul fitri
Senin, 10 Mei 2021 14:31 WIB
Penulis:redaksi
JAKARTA (Floresku.com) -Biasanya dua minggu menjelang hari raya Idul Fitri, sejumlah kalangan mulai sering mendengar teriakan ‘paket’ di depan rumahnya. Teriakan kurir itu merupakan isyarat bahwa mereka mulai mendapatkan hadiah yang ditempatkan di keranjang kecil. Isinya bervariasi. Dari makanan ringan hingga perlengkapan mandi dan mungkin di tengah pandemi Covid-19, beberapa telah menyediakan alat sterilisasi mandiri dalam kemasan kecil.
Ya, paket hadiah ini sekarang lebih dikenal dengan sebutan ‘hampers’ atau ada yang meyebutnya ‘parcel’. Soal sebutan itu, Minggu (9/5) pukul 7.34 PM akun twitter Kementerian Pariwisata & Eknomi Kreatif @Kemenparekraf mencuit begini, '"Polling dulu, Sob! Kata yang benar adalah hampers atau parcel nih?"
“Hampers berasal dari bahasa Inggris. “Hamper” merupakan keranjang anyaman berukuran besar dan digunakan untuk bawa barang atau makanan. Biasanya hamper digunakan saat piknik! Sedangkan parcel dalam bahasa Inggris memiliki arti sebagai sesuatu yang dibungkus kertas atau karton dan dikirim menggunakan jasa layanan pengiriman seperti pos atau logistik personal. " tulis twitter itu lagi.
“Menariknya, saat Sobat menyebut “parcel”, biasanya yang muncul adalah paket lebaran dengan alas mirip keranjang yang aslinya disebut hamper.”
Lalu, tahukah Anda asal muasal kebiasaan kirim-mengirim hampers atau parsel itu?
Tim floresku.com menjelajahi sejarah dari berbagai sumber dan menemukan bagaimana kebiasaan kirim-mengirim hamper atau parcel tumbuh menjadi sebuah hadiah klasik namun tetap meriah.
Konsep hampers atau parcel muncul pertama kali di bumi Eropa. Pada sekitar abad ke-11, masyarakat Inggris sering mendapatkan paket berupa hampers dari orang Prancis. Kala itu hampers digunakan sebagai sumbangan berupa makanan, minuman dan sandang. Paket makanan itu diisi dalam sebuah rantang yang dirancang sedemikian sehingga dapat bisa bertahan hingga berminggu-minggu dan dapat menafkahi keluarga yang membutuhkan secara memadai.
Biasanya rantangan hampers berupa keranjang anyaman yang terbuat dari kayu willow, yang nantinya keranjang tersebut bisa digunakan lagi oleh yang mendapatkannya. Misalnya, keranjang tersebut dapat digunakan kembali untuk mengisi bekal makanan dan minuman saat berburu atau perjalanan jauh.
Pada tahun 1200-an, parsel atau pun hampers juga dikenal sebagai "hanapers", digunakan oleh beberapa orang untuk menyimpan dokumen penting.
Pada 1706, orang mulai bepergian dengan kereta pos. Ini berarti penumpang membutuhkan makanan dan minuman untuk perjalanan mereka. Hampers menjadi pilihan populer di antara banyak wisatawan supaya dapat makan dalam perjalanan.
Perluasan sistem kereta api di akhir tahun 1800-an mengubah cara orang dan barang bepergian. Rel kereta api memudahkan keluarga dan teman untuk mengirim parsel Natal jarak jauh sebagai hadiah.
Hingga akhirnya, di era Ratu Victoria (20 Juni 1837 – 22 Januari 1901) segala sesuatu yang berhubungan hampers berkembang pesat seiring dengan pertumbuhan pesat jaringan dan sarana transportasi. Kemajuan di bidang transportasi memungkinkan pengiriman makanan segar dapat dilakukan dengan lebih mudah dan lebih cepat ke seluruh negeri.
Semenjak itu hampers, bukan hanya bekal ekspedisi atau sumbangan untuk orang miskin, melain merambat menjadi bagian dari tradisi perayaan Natal seluruh warga masyarakat. Artinya, menjelang dan saat Natal, banyak keluarga di Perancis dan Inggris saling mengirim hadiah berupa hampers ataupun parcel.
Selama periode ini, hampers atau parcel juga diberikan sebagai hadiah kepada pekerja dan pembantu oleh majikannya paa hari Natal. Parcel untuk pekerja dan pelayan biasanya berisi produk musiman, daging dan buah yang diawetkan. Melalui hadiah-hadiah tersebut masyarakat Eropa kala itu ingin memastikan bahwa setiap orang akan memiliki banyak persediaan makanan untuk dinikmati selama periode perayaan Natal.
Ketika perjalanan dengan kendaraan bermotor meningkat sekitar awal1900-an, hampers mulai berisi peralatan memasak seperti ceret teh dan pemanas atau yang disebut ketel mini.
Tujuan pemberian ketel mini adalah agar yang menerimanya bisa menggunakannya kembali saat beraktivitas, bisa untuk untuk memanaskan air untuk minum teh saat isntirahat, atau untuk menyehatkan diri. Hingga akhirnya menjelang pada abad 21 ini, hadiah berupa hampers atau pun parcel berkembang pesat dan tidak hanya sebagai pemenuhan kebutuhan seseorang atau keluarga.
Belakangan hampers atau parcel tidak lagi berisi bahan makanan pokok, melainkan makanan ringan seperti biskuit dan minuman seperti wine dan jus.
Pada tahun 2014, Ratu Elizabeth II memberikan hadiah dalam bentuk hamper kepada Paus Fransiskus. Hadian hamper itu menandai pertemuan pertama mereka di Vatikan. Hamper untuk Paus Fransikus berupa keranjang berisi sebotol wiski Balmoral serta telur dan madu dari perkebunan milik kerajaan Inggris.
Tak jelas, kapan dan siapa yang memulai kebiasaan mengirimkan hampers atau parsel di Indonesia. Namun, yang pasti, telah lebih dari dua dekade, kebiasaan kirim mengirim hampers atau parcel menjelang hari raya Idul Firtri atau pun Natal sudah marak terjadi di kota-ktoa besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, Medan, Denpasar dan Makasar. Sekarang, kebiasaan itu, bahkan sudah menjadi begitu biasa dan merambat hingga ke deesa-desa, sehingga ada orang merasa belum lengkap merayakan hari raya sebelum mengirimkan atau menerima hampers atau pun parcel. (MAP)
2 tahun yang lalu