labuan bajo
Senin, 27 September 2021 22:41 WIB
Penulis:MAR
ENDE (Floresku.com) - Flores adalah pulau yang indah. Dari namanya saja, sudah diketahui betapa pulau ini sangat eksotik.
Flores berasal dari kata bahasa Portugis, flores, yang artinya tanjung bunga. Dari akar kata itu, Flores akhirnya juga disebut Nusa Bunga atau Pulau Bunga.
Nama Flores secara resmi dipakai pada zaman penjajahan Belanda, yaitu tahun 1636 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Hendrik Brouwer.
Sebelum invansi bangsa Eropa ke Flores, masyarakat setempat menyebut pulau ini dengan Nusa Nipa atau pulau ular.
Baca Juga: Re-imagine Bikon Llewut Museum di Ledalero
Pemberian nama itu merujuk pada bentuk pulau mungil di selatan Indonesia ini yang mirip ular. Dimana bentuk tubuh pulau ini mengecil dari barat ke timur.
Di ujung barat, tubuh pulau Flores umumnya lebih besar, dan makin ke timur, bentuknya makin kecil, lalu melengkung seperti ekor ular.
Jika lebih teliti, sebetulnya bentuk pulau Flores lebih mirip kalajengking, yang memiliki kepala besar dan ekor kecil dan melengkung ke samping.
Flores memiliki luas sekitar 14.300 km persegi, berada persis di perbatasan laut denga Pulau Sumbawa, NTB.
Terlalu indah untuk melukiskan keindahan alam di pulau Flores. Salah satunya adalah keindahan alam di Labuan Bajo dan Danau Kelimutu di Kabupaten Ende. Dua destinasi wisata ini selalu menjadi target para pelancong internasional ke NTT.
Selain itu, ada banyak destinasi wisata menarik lainnya yang tak kalah eksotik.
Selain alam yang indah, Flores memiliki kekayaan budaya dan bahasa yang luar biasa. Hampir tiap kabupaten, kecamatan dan desa di Flores memiliki tradisi, budaya dan bahasa yang berbeda-beda.
Baca Juga: Komodo Betina Bisa Bertelur Tanpa ‘Sentuhan’ Pejanaatan. Simak Beberapa Fakta Unik Lainnya.
Kekayaan budaya di Flores bisa terungkap dari banyak rumah adat dan tenun ikat yang tersebar di seluruh wilayah Flores.
Tenun ikat bukan hanya simbol kebudayaan, tapi memiliki makna yang luar biasa bagi kehidupan masyarakat Flores.
Tenun ikat jika dikenakan akan merepresentasikan kegagahan, keanggunan, keberanian, dan kewibawaan seorang perempuan dan laki-laki Flores.
Ini yang membuat Flores makin epik untuk dikisahkan dalam kata-kata.
Sementara, topografi alamnya berbukit-bukit dengan sedikit wilayah dataran di daerah pantai. Dataran terluas ada di Mbay, ibukota Kabupaten Nagekeo.
Mbay sendiri direncanakan akan menjadi ibukota Provinsi Flores suatu saat nanti.
Kondisi topografi yang berbukit-bukit dan curam tak jarang membuat pelancong dari daerah lain seperti Jawa tertantang jika ingin berwisata ke Flores.
Selain itu, meski berupa daerah bukit, alam Flores cukup subur untuk pertanian dan perkebunan. Kopi terbaik di Indonesia dihasilkan dari dua daerah di Flores, yaitu Manggarai dan Bajawa di Ngada.
Selain kopi, Flores juga adalah penghasil komoditi seperti cengkeh, kemiri, coklat, jambu mete, dan aneka rempah-rempah.
Flores janganlah dibayangkan seperti Jawa, Kalimantan atau Sumatra, dimana kamu bisa menikmati hamparan savana yang luas atau jalan yang rata dan mulus.
Di Flores, kamu akan tertantang untuk melewati jalanan yang menanjak, atau berkelok-kelok, dan menurun tajam.
Tidak juga seperti Jawa atau Sumatra, Flores tidak memiliki banyak makanan khas yang bisa dijadikan oleh-oleh ketiak kamu selesai menghabiskan waktu liburan di sana.
Yang bisa kamu dapatkan untuk jadi oleh-oleh hanyalah kompiang dari Manggarai, atau arak (moke) dari Bajawa dan Maumere.
Jarang kamu menemukan makanan khas di Flores. Bukan karena tidak ada yang khas, tapi lebih karena minimnya kreativitas dan inovasi masyarakat untuk mengolah makanan lokal secara modern.
Di Flores Timur, kamu mungkin menemukan Jagung Bose, tapi itu tidak bisa kamu bawa sebagai oleh-oleh. Kamu hanya bisa makan di tempat di mana kamu tinggal.
Jagung Bose berbahan dasar jagung yang diolah bersama santan, kacang merah, dan juga kacang tanah. Bubur jagung ini biasanya dimakan dengan ikan bakar.
Makanan lainnya adalah Rumpu Rampe, yakni makanan berbahan dasar bunga pepaya yang ditumis dengan bahan-bahan lainnya, seperti daun pisang, daun jambu biji, daun ubi, dan sejumlah rempah.
Dan yang paling penting, secara genealogis, ras orang Flores berasal dari banyak suku bangsa. Ada yang merupakan turunan dari suku Melanesia, Melayu dan juga India.
Tiap-tiap suku di Flores memiliki budaya tutur yang berbeda-beda mengenai asal-usul nenek moyang mereka.
Di satu sisi, orang Flores mirip orang Papua atau Ambon, tapi di sisi lain, mereka juga mirip orang Kalimantan, Batak, dan Melayu.
Di antara laki-laki dan perempuan Flores, ada yang berkulit hitam, tapi tidak hitam pekat seperti orang Papua. Kebanyakan mereka berkulit sawo matang.
Tidak sedikit juga orang Flores yang berkulit putih seperti orang Jawa atau China. Bahkan wajah mereka mirip orang Jawa.
Ini yang membuat kisah tentang Flores dan orang-orangnya sangat kompleks dan luas untuk dinarasikan dalam tulisan. (den)
3 bulan yang lalu