Bible Corner
Sabtu, 21 Agustus 2021 21:18 WIB
Penulis:redaksi
Editor:Redaksi
Oleh Pater Kons Beo SVD
(Pekan Biasa XXI - Beato Bernardus Peroni, St Simforianus)
Bacaan I Yosua 24:1-2a.15-17.18b
Mazmur 34:2-3.16-23
Bacaan II Efesus 5:21-32
Injil Yohanes 6:60-69
Murid-murid yang mengundurkan diri di Galilea
6:60 Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid p Yesus yang berkata: "Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya? " 6:61 Yesus yang di dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka: "Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu? 6:62 Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia s naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada? 6:63 Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. 6:64 Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya." Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia. 6:65 Lalu Ia berkata: "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya." 6:66 Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.
Pengakuan Petrus
6:67 Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: "Apakah kamu tidak mau pergi juga?" 6:68 Jawab Simon Petrus kepada-Nya: “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; 6:69 dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.”
BETAPA bermaknanya kata-kata itu. Satu kata bermakna bisa memberi pengartian bagi hidup ini. Hidup ini bertumbuh dan berkembang oleh kekuatan kata-kata. Yang terucapkan, yang terdengar dan lalu ditanggapi.
KATA-KATA Yosua di jelang akhir hidupnya sungguh menantang umat Israel. Ini berkenaan keputusan yang mesti diambil Israel: mau beribadah kepada dewa-dewi asing? Atau ikuti contohi hidup Yosua dan keluarganya yang tetap setia menyembah Tuhan? Dan pada titiknya ada tegasan iman Israel akan Tuhan.
INGATLAH juga nasihat St Paulus kepada jemaat di Efesus. Hidup bersama yang benar selalu dialasi oleh kekuatan nilai-nilai Injili. Dan nilai-nilai Injili itu tertanam ketika seisi keluarga masuk dalam kisah saling mendengarkan!
KITA, Gereja, mengikuti Yesus sebagai murid-muridNya. Apakah kita ikutiNya demi mencari kenyamanan? Jaminan? Pelbagai kemudahan? Bebas dari persoalan dan tantangan hidup? Dan bahwa dalam iman akan Dia semua menjadi mudah untuk dihadapi?
Nyatanya tidaklah demikian.
DALAM Yesus ada sekian banyak ketakpahaman. Lahirkan sejumlah pertanyaan. Munculkan sejumlah kesangsian. Pengajaran dan kata-kata Yesus tak mudah untuk dipahami. Seringkali timbulkan goncangan di hati.
DI HADAPAN Yesus, kita senantiasa dituntun untuk membuat pilihan: entah tetap setia atau kah harus pergi meninggalkanNya. Bagi Petrus dan para murid lainnya, Sabda Yesus itu Sabda Hidup yang Kekal. Itulah Sabda yang berdaya, serentak memberikan pengartian yang benar tentang seluruh ziarah hidup.
BAGI kita Sabda itu tak sekedar Sabda, tetapi Sabda Yang Mempribadi. Sabda Yang Terjelma dalam Pribadi dan seluruh hidup Yesus. Karenanya, kita tak sekedar mendengar Sabda. Tetapi kita sungguh mau mengikuti Sang Sabda, yakni Yesus sendiri.
ADAKAH Yesus membawa kita kepada maut? Kegelapan? Kehancuran? Kekalahan? Ketidakpastian nasib? Pasti TIDAK!!
Kita tetap berziarah sambil mendengarkan FirmanNya dan mengikuti Dia sebagai Firman Sejati.
YESUS yang kita ikuti dan imani adalah JALAN dan KEBENARAN dan HIDUP (Yoh 14:6). Dalam DIA kita semakin paham seperti apa hidup itu mesti dihadapi dan dihayati. Dalam relasi kita dengan Tuhan, sesama dan alam semesta.
Bukankah demikian?
Verbo Dei Amorem Spiranti
Selamat Hari Minggu
Tuhan memberkati.
Amin.