sopir truk
Sabtu, 15 Juni 2024 08:19 WIB
Penulis:redaksi
Editor:redaksi
MAUMERE (Floresku.com) – Rekening bank milik 29 siswa penerina dana PIP SDI Iligetang kembali terisi senilai yang ditetapkan, Rp 225.000.
Sejumlah orangtua/wali SDI Iligetang mengungkapkan, setelah dicek pada Jumat (14/6) sore, uang senilai Rp 225.000 sudah ada atau nongol lagi di rekening bank siswa penerima dana PIP.
Sabtu (15/6) pagi, Floresku.com secara kebetulan bertemu dengan Ibu Mawar bersama putrinya yang sedang berjalan kaki ke kios ATM Bank BRI di SMA Santo Gabriel, Maumere, sekitar 2 km dari rumahnya.
“Kami mau tarik uang di ATM Bank BRI. Karena kata teman-teman, sudah dana lagi di rekening siswa,” ujar Ibu Mawar, Sabtu (15/6) pagi.
Sebelumnya, Jumat (14/6) siang, bersama dengan beberapa orang tua/wali siswa penerima SDI Iligetang, Floresku.com menemui Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga (PKO) Kabupaten Sikka, Germanus Goleng, di kantornya di Jl, Mawar No.12, Maumere.
Di hadapan orangtua/wali dan awak media ini, Kadis PKO mengatakan, “saya mengikuti setiap pemberitaan di Floresku.com dan beberapa media lain. Menurut saya, apa yang terjadi dengan 29 anak penerima dana PIP ini menjajadi pembelajaran bagi setiap sekokah yang ada di Kabupaten Sikka agar harus mengikuti tahap dan proses seperti yang sudah ditetapkan agar tidak lagi terjadi hal-hal seperti itu.”
“Dalam kasus ini, saya tidak ingin menyatakan siapa yang salah atau siapa yang benar. Tapi, yang saya lihat sesungguhnya secara prosedural pihak sekolah, dalam kasus ini SDI Iligetang, sudah menjalankan dengan baik sesuai dengan batas waktu yang ditentukan dari bank ini. Namun, ada keterlambatan validasi. Ini bukan berarti saya mengatakan bahwa Bank BRI yang salah. Namun, kita hanya bertanya kenapa pihak bank tidak menyampaikan informasi yang sebeanrnya kepada pihak sekolah dan siswanya?” kata Kadis Germanus.
Germanus menambahkan, dalam kasus ini yang menjadi penyalur dana PIP adalah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), sedangkan proses validasi dan pencairan dana dilakukan di BRI Cabang Maumere yang ditunjuk sebagai bank penyalur.
‘Kita bersyukur, setelah melalui proses penelusuran yang cukup panjang, sejumlah orangtua/wali dan media, bolak-balik ke bank, para siswa akhirnya para siswa mendapatkan apa yang menjadi hak mereka. Jadi, sekali lagi, kasus ini bisa mejandi pembelajaran penting bagi semua pihak yang terlibat dengan urusan dana PIP,” ujar Germanus lagi.
Sebagai Kepala Dinas , dia melanjutkan, “saya sangat mengapresiasi kepada beberapa ibu ibu yang mewakili 29 orang tua/wali dan media Floresku.com yang sudah mengangkat kasus ini dan telah memperjuangkan hak hak anak, Dalam hal ini para orangtua/wali SDI Iligetang bertindak menjadi pioner bagi prangtua/wali dari sekolah-sekolah lain.”
Menurut Germanus, SD Inpres ligetang bisa berbangga karena ada orang tua/wali yang peduli memperjuangkan hak-hak anak bukan saja anak-anak dari SDI Ilegetang saja, tapi semua anak anak di sekolah yang berdampak.
Kepsek SDI Iligetang merasa lega
Sementara itu, ketika ditemui di SDI Iligegetang, Juma t (14/6) siang, Kepsek SDI Iligetang Simporosa Suriname, SPd. sedang mengurusi Surat Rekomendasi bagi orangtua/wali untuk pengambilan dana.
Kepada Floresku.com, Simporosa mengatakan "sekarang sudah lega hati kami. Karena akhirnya para siswa sudah bisa mendapatkan hak-hak mereka.
Sebelumnya, kata Kepsek Simporosa lagi, ‘kasus ini bikin kami stres."
"Kami mendapat tekanan psikologis yang luar biasa dari masyarakat, karena ketika membaca berita media soal dana yang ‘sudah ditarik', masyarakat berpikir pihak sekolah ‘memakan’ dana PIP. Oleh karena itu, saya minta informasi terakhir ini ditulis oleh media, biar masyarakat tahu kejadian yang sesungguhnya sehingga nama baik kami pulih kembali,” kata dia.
Ini bukan soal uang saja
Kepada Floresku.com, sejumlah orangtua/wali siswa SDI Iligetang penerima dana PIP menyampaikan terimakasih kepada berbagai pihak yang bersama-sama berjuang sehingga anak-anak bisa mendapatkan apa yang menjadi hak mereka.
‘Terima kasih untuk dana PIP yang sudah masuk ke kenening anak kami,” ujar Ibu Theresia Wea.
Namun, kata dia lagi, masalah dana PIP ini perlu diungkapkan sampai ke akar -akarnya.
“Harus diusut siapa yang seharusnya bertanggung jawab sehingga tidak terjadi lagi pada masa yang akan datang,” kata Theresia Wea lagi.
Anastasia Djani Woda membenarkan pendapat rekannya itu.
'Bank harus jujur, siapa yang menggantikan uang tersebut. Bank jangan anggap persoalan selesai setelah menghadirkan kembali uang di rekenning anak-anak," katanya.
Menurut dia, apabila para orangtua/wali berhenti atau diam setelah terima dananya, maka terkesan orangtua/wali hanya berjuang karena uang.
"Padahal dari sisi nilainya, dana PIP tidak begitu besar. Jadi, ini perlu ada yang menggali lebih jauh lagi, biar ditemukan akar masalahnya dan bisa dicarikan solusinya,” ujar Anastasia lagi.
Orangtua/wali siswa yang lain, Mama Yustina menanambahkan, “kita memang bersyukur karena anakpanak sudah menerima uangnya, tapi dalam hati ini masih ada ganjalan”.
“Dana PIP itu ‘kan uang negara. Mengapa uang itu bisa hilang dan muncul secara siluman saja? Menurut saya, hal ini mesti dicari tahu lebih lanjut. Yang kami terima ini uang dari mana? Atau siapa yang menggantikan itu uang yang menurut berita media sudah ditarik kembali ke Kas Negara? Sebagai orangtua/wali siswa, kami butuh kejujuran atau keterbukaan dari pihak bank,” tegas Mama Yustina.
Mama Mawar juga sepakat dengan pendapat -rekan-rekannya itu karena untuk urusan dana PIP, pihaknya sudah banyak waktu dan tenaga.
“Kita sudah bolak- balik ke bank dengan jalan kaki, dan harus tinggalkan anak-anak. Tolonglah, pihak jangan bikin kami rakyat kecil yang hidup susah menjadi makin sengsara,” tutur Mama Mawar. (Silvia)***
7 hari yang lalu
20 hari yang lalu