Homili, Minggu, 23 Juni 2024, Pekan Biasa XIIB

Sabtu, 22 Juni 2024 16:09 WIB

Penulis:redaksi

goris2.jpg
Pater Gregor Nule SVD (www.katolikku.com)

TENANGLAH, JANGAN TAKUT
(Minggu Biasa XII B: Ayub 58:1.8-11; 2Kor 5:14-17; Mrk 4:35-40)

HIDUP manusia tidak pernah luput dari tantangan dan kesulitan. Tetapi, setiap orang memiliki pengalaman suka-duka  yang berbeda-beda. 

Ada orang yang sering mengalami penderitaan, sakit dan masalah. Tetapi, sebaliknya, ada orang tertentu yang kelihatan hidup aman-aman saja, tanpa masalah dan kesulitan besar apa pun.

Kitab Ayub melukiskan tentang pengalaman Ayub yang selalu diliputi penderitaan dan malapetaka. Ia adalah orang saleh dan jujur. Ia percaya kepada Tuhan dan setia beribadah. Tetapi, Ayub tetap saja alami masalah. Ia mengalami sakit yang berkepanjangan. Malapetaka terus-menerus menimpa anak-anak dan harta miliknya. 

Melihat semua kejadian buruk itu, sahabat-sahabatnya menilai bahwa penderitaan dan malapetaka yang dialami Ayub dan keluarganya merupakan akibat dari perbuatan jahat Ayub. Allah menghukum Ayub karena dosa dan salahnya. 

Tetapi, Ayub mengelak dan menolak tuduhan itu. Ia yakin bahwa Allah membuat segalanya baik. Allah, maha pengasih, penyayang dan penuh belaskasihan, tidak pernah menghukum, apalagi menyiksa umat kesayangan-Nya, kendatipun berbuat salah. 

Allah selalu berpihak pada orang yang lemah dan menderita sengsara. Keyakinan ini menguatkan hati Ayub sehingga bertahan dalam segala kesulitan dan tantangan. Maka pada akhirnya, ia diperhitungkan sebagai orang yang benar. 

Injil melukiskan tentang Yesus yang penuh kuasa meredakan angin badai di tengah danau. Dengan cemas para murid membangunkan Yesus yang tertidur di buritan.  

Mungkin ada murid yang berpikir bahwa Yesus mau mencelakakan mereka, karena Yesus sendiri yang menyuruh bertolak ke seberang. Dan, mungkin ada juga yang berpikir bahwa Yesus tidak perduli terhadap nasib mereka. Para murid terancam bahaya maut, tetapi Yesus tertidur lelap.

Itulah sebabnya mereka berkata, “Guru, tidak pedulikah Engkau kalau kita binasa?”, (Mrk 4:38).
Ternyata angggapan mereka keliru. Meskipun Yesus tertidur, Dia tetap peduli terhadap keselamatan para murid. 

Maka Yesus bangun dan berkata kepada danau itu, “Diam, tenanglah”. Yesus pun berkata kepada para murid-Nya, “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?”, (bdk Mrk 4:39-40).

Di sini, Yesus dengan penuh kuasa menghardik dan menenangkan danau yang mengamuk dan mengancam keamanan hidup para murid. Yesus juga menghardik kekurangan iman dan ketidakpercayaan para murid-Nya. 

Mereka sudah lama ada bersama Yesus dan mengalami banyak mukjizat. Tetapi mereka tetap tegar hati, lamban dan tidak percaya.

Yesus juga mau menunjukkan kepada para murid kuasa-Nya, bukan sekedar sebagai Guru, melainkan terutama sebagai Anak Allah. 

Yesus adalah Allah yang senantiasa hadir dalam setiap pengalaman dan perjuangan hidup manusia, khususnya ketika manusia mengalami tantangan dan kesulitan berat. Dia adalah Allah yang sangat dekat dan selalu peduli.

Bagaimana dengan kita? Sebagai orang beriman, pengalaman Ayub dan para murid sering menjadi pengalaman kita. Meskipun kita buat rencana hidup yang baik dengan segala perhitungannya. 

Atau, kita jaga kesehatan, hidup tertib, berjuang melaksanakan rencana tertentu. Kita  taat menjalankan perintah Tuhan, rajin berdoa dan beribadah. Suka menolong orang dan lakukan banyak perbuatan amal. 

Tetapi, di luar dugaan kita, ada banyak masalah, malapetaka, penyakit, kegagalan, bencana alam, atau kematian. Kejadian-kejadian seperti ini umumnya mencemaskan dan bisa membuat kita meragukan kesetiaan Tuhan. 

Kita bisa bersikap seperti para murid di tengah danau. 
Karena itu, kita belajar beriman seperti Ayub. Dalam situasi apa pun kita mesti tetap yakin akan penyertaan dan penyelenggaraan Tuhan.  Kita juga percaya bahwa Tuhan itu maha kasih dan berbelas kasih.

Kita mesti yakin bahwa sekalipun fajar ditutupi awan gelap, tetapi fajar itu tidak pernah terlambat bersinar. Begitu pula dengan janji Tuhan. Pemenuhan janji Tuhan  tidak pernah datang terlalu cepat,  atau terlalu terlambat. Ia selalu  tepat pada waktunya.

Ketika kita mulai merasa lelah dan ingin berhenti, kuatkan hati dan berpasrahlah kepada Tuhan.  Ingatlah bahwa di balik setiap peristiwa, menyenangkan ataupun menyedihkan, tak satu hal pun yang sia-sia dan tidak berarti apa-apa di dalamnya. Karena di dalam semuanya tersembunyi rencana Allah yang mendatangkan kebaikan bagi setiap orang yang mengasihi Dia.

Seperti sungai yang terus mengalir, begitu pula kasih setia Allah tidak dapat dihentikan atau  dipisahkan dari kita oleh apa pun, sekalipun itu karena pelanggaran atau pun kesalahan kita, anak-anakNya.

Kata St. Paulus, “Kita tahu sekarang bahwa Allah turut belerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” (Rom 8:28).

Semoga Tuhan Yesus selalu memberkati kita. Amen.

P. Gregorius Nule, SVD

Kewapante, Minggu, 23 Juni 2024