Tuhan
Sabtu, 15 November 2025 15:50 WIB
Penulis:redaksi

Oleh: Pater Gregor Nule SVD
PARUSIA: SAAT ALLAH MELAWATI UMATNYA
(Minggu Biasa XXXIIIC:Mal 4, 1-2a; 2Tes 3, 7-12; Luk 21, 5-19)
Tema tentang akhir zaman atau hari kiamat telah menyedot perhatian banyak pihak sepanjang sejarah umat manusia, baik yang menganut agama tertentu maupun yang tidak beragama.
Bahkan ada suatu denominasi kristen yang menamakan diri, “Gereja Akhir Zaman”. Dan setiap orang punya gambaran tersendiri tentang hari kiamat, kapan dan bagaimana terjadinya, serta bagaimana menyikapinya.
Umumnya sikap yang diambil untuk menyambut hari kiamat sangat bervariasi: ada sikap positif: orang dengan tenang dan senang hati menyambut kedatangannya; ada sikap fatalistik: kecemasan dan ketakutan berlebihan yang menimbulkan frustrasi dan putus asa. Tetapi, ada juga yang bersikap masa bodoh, apatis, atau tidak perduli apa-apa, tentang apa yang bakal terjadi dengan dunia dan hidupnya.
Nabi Maleakhi melukiskan akhir zaman, di satu pihak, sebagai tanur api yang menyala-nyala untuk menghanguskan kejahatan dan kefasikan, dan. di pihak lain, sebagai matahari keadilan bagi orang-orang benar dan setia.
Yesus meramalkan kehancuran Yerussalem, bahwa akan muncul nabi-nabi palsu yang menawarkan jalan keselamatan. Maka para pengikut Yesus harus selalu waspada dan berani tampil sebagai saksi yang benar. Akibatnya, mereka akan menderita demi namaNya. Tetapi “Ia akan selalu menyertai mereka”.
St. Paulus mengingatkan orang-orang Tesalonika agar ramalan dan pertimbangan tentang hari kiamat tidak membuat mereka terbuai dan hidup dalam lamunan panjang tanpa akhir, lalu melupakan kegiatan rutin sehari-hari. Mereka tidak mau bekerja lagi. Maka ia menegaskan bahwa barang siapa tidak mau bekerja ia tidak boleh makan.
Ada beberapa sikap yang Yesus tawarkan untuk menghadapi akhir zaman atau menyambut saat Allah melawati kita, umatNya.
Pertama, “waspadalah jangan sampai kamu disesatkan” oleh nabi-nabi dan mesias palsu atau gadungan.
Seruan ini bersifat praktis dan berhubungan langsung dengan iman. Yesus minta agar kita memiliki sikap orang percaya yang menantikan Tuhan.
Orang yang sedang menantikan Tuhan pada saat yang tidak pasti perlu memiliki keteguhan iman. Dan, iman yang teguh itu mesti dibayar mahal bahkan dengan nyawa sendiri: ditangkap, dianiaya, bahkan akan dibenci oleh orangtua, saudara-saudara, kaum keluarga dan sahabat-sahabat.
Inilah salib yang mesti dipikul oleh setiap orang beriman. Tetapi kita tidak perlu panik, mesti tetap memiliki harapan yang menuntut ketekunan. Sebab orang yang bertekun dalam iman akan mengalami jaminan pasti, yaitu mendapat perlindungan dari Tuhan ketika terjadi musibah, bencana alam dan ketika disesatkan oleh mesias palsu.
Benar terbukti sepanjang sejarah bahwa Gereja selalu mengalami percobaan, penganiayaan dan aneka penderitaan. Semua ini bukanlah siksaan atau hukuman, melainkan misteri yang bersumber dari pengalaman Kristus sendiri, yaitu sengsara, kematian dan kebangkitanNya atau misteri paskah Kristus. Sebab “Biji gandum harus jatuh ke dalam tanah dan mati untuk bertumbuh dan menghasilkan buah berlimpah”.
Kedua, “Tidak gegabah menyimpulkan bahwa saat akhir zaman sudah dekat”. Muncul pendapat yang bervariasi tentang hari akhirat atau parousia: kapan terjadi, bagaimana terjadinya atau tanda-tanda manakah yang menunjukkan dekatnya saat itu.
Gereja pada umumnya memahami hari kiamat sebagai hari kedatangan Tuhan atau saat pertemuan yang menyelamatkan antara Allah dan manusia atau kairos.
Dan Gereja membedakan kedatangan Tuhan atas tiga macam yaitu: kedatangan pertama pada saat Allah menjadi Manusia dalam diri Yesus Kristus, (kelahiran Yesus di Betlehem); kedatangan kedua dialami oleh setiap orang beriman pada setiap saat, tetapi waktunya tidak pasti dan caranya pun berbeda-beda; sedangkan, yang terakhir adalah kedatangan Yesus yang kedua untuk menghakimi dunia dan seluruh umat manusia pada akhir zaman.
Bagi Yesus akhir zaman adalah sebuah misteri atau rahasia ilahi, dan hanya Allah yang tahu tentang saat yang tepat serta bagaimana terjadinya. Karena itu, Yesus menasehati kita agar tidak gegabah menyimpulkan bahwa saat akhir zaman itu sudah dekat. Sebaliknya, Yesus minta kepasrahan penuh pada kehendak Allah sehingga pada waktunya kita boleh alami keselamatan.
Ketiga, “Saat itu menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi”. Yesus menyampaikan sebuah nubuat yang menggentarkan murid-muridNya, “akan datang waktunya kamu akan ditangkap dan dianiaya, dimasukkan ke dalam penjara, dihadapkan kepada raja-raja dan penguasa bahkan akan dibunuh oleh karena namaKu”, (Luk 21:12).
Nubuat ini menuntut keberanian, ketegasan dan penentuan sikap, entah memihak Yesus Kristus atau menolak Dia; menerima tantangan atau melarikan diri.
Karena itu, sikap yang tepat dari murid-murid Kristus yang sejati adalah tidak takut atau panik secara berlebihan yang bisa mengakibatkan hal-hal berikut: melarikan diri, menggunakan cara apa saja untuk membela diri termasuk cara-cara yang kasar, masa bodoh atau apatis dan menyangkal bahkan mengkhianati Tuhan.
Yesus mengingatkan kita agar melihat saat-saat yang menantang itu sebagai kesempatan berahmat, artinya kesempatan untuk memberikan kesaksian tentang iman kita. Sebab jaminannya pasti, yakni hidup dalam sukacita bersama Allah.
Yesus menegaskan, “Aku sendiri akan memberi kata-kata hikmat, sehingga kamu tidak dapat ditentang atau dibantah oleh lawanmu. Dan, rambut kepalamu tak akan hilang sehelai pun”.
Barang siapa bertekun sampai akhir dia akan selamat. Inilah buah ketekunan penuh iman.
Semoga Tuhan Yesus meneguhkan iman dan memberkati kita selalu!!
Kewapante, 16 Nopember 2025. ***
16 jam yang lalu