Bait Suci
Sabtu, 24 Mei 2025 11:12 WIB
Penulis:redaksi
Editor:redaksi
Oleh: Pater Gregor Nule, SVD
CINTA KASIH DAN DAMAI MENJADI CIRI KHAS KEHIDUPAN UMAT BERIMAN
(Minggu Paskah VIC: Kis 15:1-2.22-29; Why 21:10-14.22-23; Yoh 14:23-29)
Hari ini kita merayakan hari Minggu VI masa Paskah. Kita masih mendengarkan wasiat terakhir Yesus bagi para murid-Nya.
Satu hal penting yang Yesus ulangi lagi yakni ajakan untuk saling mengasihi. Yesus ingin agar para murid-Nya ingat bahwa cinta kasih adalah hal yang paling utama dan memberikan ciri khas bagi hidup mereka.
Yesus berkata, “Jika seseorang mengasihi Aku ia akan menuruti Firman-Ku. Bapa-Ku akan mengasihi dia. Kami akan datang kepadanya dan tinggal bersama-sama dengan dia”, (Yoh 14, 23).
Di sini Yesus meminta para murid-Nya dan kita sekalian untuk mengsihi-Nya dengan menuruti firman dan perintah-perintah-Nya. Sebab Yesus sendiri mengasihi Bapa dengan mentaati kehendak-Nya, bahkan sampai wafat di salib untuk menyelamatkan seluruh umat manusia.
Yesus adalah Guru dan teladan kasih yang sempurna. Ia menyatakan kasih itu lewat kata-kata yang meneguhkan dan memberi semangat baru kepada Zakheus, yang merasa diri terdiskriminasi, tetapi ia punya kerinduan mendalam untuk melihat Yesus.
Yesus mengunjungi rumah Zakheus, dan membawa keselamatan bagi Zakheus dan seisi rumahnya.
Yesus juga menyatakan kasih-Nya kepada manusia lewat perhatian dan sikap tulus yang memulihkan harga diri wanita pelacur dan orang-orang berdosa.
Dan lewat perbuatan-perbuatan Yesus membebaskan orang yang kerasukan setan, menyembuhkan orang sakit, serta menghidupkan dan menyelamatkan orang mati.
Para murid dan kita sekalian harus belajar dari Yesus bagaimana menghayati kasih kepada sesama. Orang yang sungguh mengasihi ingin agar orang lain juga bahagia, bebas dari masalah dan penderitaan.
Orang yang sungguh mengasihi ingin agar semua orang baik dan selamat.
Sikap berserah pada Tuhan dan peduli terhadap nasib orang lain (sesama) adalah panggilan setiap orang kristiani untuk mengasihi.
Kasih sejati bukan sekedar niat yang baik atau ucapan kata-kata manis, melainkan tindakan nyata yang menuntut kerelaan untuk berkorban demi kebaikan orang lain.
Kasih yang tampak dalam sikap hidup dan perbuatan-perbuatan merupakan ukuran identitas kita sebagai pengikut Kristus dan sekaligus ukuran kualitas iman kita.
Artinya, kita hendaknya tetap saja berbuat kasih, kendatipun ada orang yang tidak senang dan menolaknya atau bahkan membenci kita. Sebab terluka atau disakiti lantarran berbuat kasih merupakan buah dari perjuangan untuk mengasihi sampai akhir dan tanda bahwa kita adalah orang kristen sejati.
Yesus juga berbicara tentang kepergian-Nya ke Rumah Bapa. Dan, Yesus ingatkan agar para murid tidak cemas dan gentar, melainkan tetap teguh dalam iman dan harapan.
Sebab Yesus menjamin turunnya Roh Kudus sebagai Penolong bagi kita. Roh kebenaran itu membimbing kita di jalan hidup yang baik dan benar, mengajarkan kita untuk terus-menerus berdoa dan berpaling kepada Allah dalam situasi apa pun.
Kehadiran Rohkudus mengingatkan kita bahwa Allah tidak pernah membiarkan kita sendirian.
Karena itu, sebagai orang beriman kita hendaknya memiliki sikap bijaksana dan tindakan tepat, sebab dalam situasi apapun kita tidak pernah boleh melupakan Allah sebagai penolong kita, dan juga melupakan sesama sebagai rekan perjalanan kita di dalam ziarah hidup ini.
Mari kita membiarkan diri dijiwai oleh Roh Kebenaran sehingga kita sanggup menjadi penyalur kasih Allah yang membebaskan, meneguhkan dan menyelamatkan banyak orang di sekitar kita.
Semoga Tuhan Yesus memberkati kita selalu. Amin.
Kewapante, Minggu, 25 Mei 2025. ***