Murenbang
Sabtu, 29 Oktober 2022 21:46 WIB
Penulis:redaksi
Editor:redaksi
ZAKHEUS, SI PEMERAS RAKYAT, MENCARI YESUS DENGAN PENUH KERINDUAN
(Minggu Biasa XXXI C: Keb 11:22-2:2; 2Tes 1:11-2:2; Luk `19: 1-10)
Ilustrasi:
Di sebuah dusun hiduplah seorang janda yang baik hati. Ia biasa bergaul dengan siapa saja, anak-anak, orang muda dan orang-orang dewasa. Ia tidak pernah membedakan antara orang baik dan jahat, antara yang kaya dan miskin.
Ia juga sangat terkenal karena suatu kebiasaannya yang sangat unik. Setiap kali ada kematian, ia melayat, menyatakan belasungkawanya dan mengungkapkan kesan-kesan positif tentang hidup orang itu.
Dan, ia selalu akhiri kesan-kesannya dengan ungkapan rasa kehilangan karena orang yang baik itu telah pergi untuk selama-lamanya.
Suatu hari meninggallah seorang bapak yang tidak harum namanya di kampung itu dan beberapa kali harus dipenjarakan karena kejahatannya.
Seperti biasanya janda itu datang melayat. Kedatangannya menarik perhatian banyak orang di rumah duka itu. Mereka ingin sekali mengetahui apa kata janda itu tentang almarhum.
Janda itu berkata,”Kasian ia sudah mati”. Dan ia berdoa, “Tuhan, saya mohon ampun atas kejahatan hambaMu ini. Ia telah menyusahkan hati banyak orang karena perbuatannya yang jahat.
Kini ia telah meninggal. Susana dusun kami akan aman dan damai. Tetapi, saya sungguh merasa kehilangan. Saya kehilangan siulannya yang begitu merdu setiap sore ketika dia jalan-jalan di pekarangan rumahnya. Siulannya sungguh menyenangkan hati”.
Refleksi:
Injil hari ini bercerita tentang kunjungan Yesus di rumah Zakheus, seorang Kepala Pemungut Cukai yang kaya-raya. Kunjungan ini mengakibatkan tanggapan yang berbeda-beda dan bahkan sangat bertolak belakang dari orang-orang Yerikho.
Di satu pihak, Zakheus, seorang yang kaya raya itu ingin sekali melihat dan tahu orang macam apakah Yesus itu. Ia mau menatap wajah-Nya.
Tetapi, ia sulit mewujudkan niatnya karena merasa enggan bergabung dengan orang lain. Mugkin karena ia dianggap pengkhianat bangsa dan pemeras rakyat.
Dan, kerinduannya untuk bertemu dengan Yesus secara pribadi membuatnya melakukan tidankan yang nampaknya aneh dan tidak masuk akal. Ia cepat-cepat mendahului orang banyak itu dan memanjat sebatang pohon ara agar bisa melihat Yesus dari atas. .
Tetapi, apa yang terjadi selanjutnya? Justeru Yesuslah yang terlebih mengangkat mata, menatap dan menyapa Zakheus. Yesus berkata, “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu”, (Luk 19:5).
Zakheus pasti sangat terkejut karena memang sungguh di luar dugaannya. Ia pasti bingung bagaimana Yesus bisa melihatnya dan menyebut namanya, padahal Zakheus belum pernah mengenal Yesus.
Itulah sebabnya, dengan hati penuh sukacita Zakheus turun dari pohon ara dan menerima Yesus di rumahnya. Kerinduannya untuk melihat Yesus dari atas pohon yang tinggi kini berubah menjadi perjumpaan yang sangat dekat dari muka ke muka, dan bahkan dari hati ke hati.
Di pihak lain, kebanyakan orang di wilayah Yerikho menolak keputusan Yesus mengunjungi rumah Zakheus. Mereka berkeberatan kalau Yesus, Guru yang terkenal dan dihormati oleh seluruh bangsa oleh karena perkataan dan perbuatan-perbuatanNya yang ajaib, berkenan menginap di rumah seorang pemeras rakyat dan seorang berdosa.
Kehadiran Yesus di rumahnya dan reaksi negatif orang banyak mendorong Zakheus untuk membenahi hidup serta menyadari dosa dan kejahatannnya.
Ia membangun tekad untuk bertobat dan membaharui diri. Zakheus berkata, “Tuhan, lihatlah, setengah dari milikku akan aku berikan kepada orang miskin, dan sekiranya ada sesuatu yang aku peras dari seseorang akan aku kembalikan empat kali lipat, “(Luk 19:8).
Sikap tobat ini menyadarkan dia akan orang-orang miskin dan tertindas yang telah ia peras. Inilah sikap pertobatan yang sungguh luar biasa.
Menanggapi keputusan pertobatan Zakheus, Yesus berkata,”Hari ini telah terjadi keselamatan kepada seisi rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham”,(Luk 19:9).
Yesus mau meyakinkan Zakheus bahwa keselamatan yang didambakannya telah terlaksana hari ini. Tidak bisa dirunda-tunda. Sebab Yesus memang datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang. Dan keselamatan itu bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk seisi rumanya.
Apa pesan bacaan-bacaan hari minggu ini untuk kita?
Pertama, rahmat keselamatan yakni sukacita hidup bersama dengan Allah tidak terjadi secara otomatis. Dari pihak kita selalu dituntut usaha dan perjuangan.
Kita perlu mencari dan berupaya menjumpai Tuhan. Karena itu, kita harus mengatasi hambatan-hambatan, seperti kemalasan, kesibukan kerja, dan lain-lain, yang menghalangi kita untuk bertemu dengan Tuhan.
Penulis Kitab Kebijaksanaan berkata, “Allah mencintai kehidupan dan menganugerahkan keselamatan kepada semua orang yang mencari-Nya. Dan Allah sangat berbelaskasih kepada semua orang karena mereka adalah milik-Nya”, *Keb 11:26).
Kedua, kita hendaknya berusaha membersihkan dan mengikis dari hati kita sikap dan mentalitas orang Yerikho, juga orang Farisi dan ahli Taurat yang suka membeda-bedakan antara orang baik dan jahat, orang benar dan salah, antara orang berdosa dan suci.
Mereka marah karena Yesus bertamu di rumah Zakheus. Mereka mengecam Yesus ketika makan bersama para pemungut cukai dan orang-orang berdosa.
Kita belajar dari si janda dalam ilustrasi di atas yang justeru mempraktekkan dan memancarkan hati Allah yang maha rahim. Kemurahan mengatasi semua pembedaan, diskriminasi dan pengkotakan.
Kita mesti sadar bahwa umat kristen bukanlah elite yang terdiri dari orang-orang suci, akan tetapi kita adalah orang-orang lemah, rapuh dan berdosa. Dan kita semata-mata bisa hidup karena cinta dan belaskasihan dari Allah. Mari kita berusaha hidup dalam persastuan dengan Allah dan sesama. Semoga. Amen.
Kewapamte, Minggu, 30 Oktober 2022.
P. Gregorius Nule, SVD. ***