HOMILI Pater Gregor Nule SVD: Allah Selalu Menjamin suka Cita Manusia

Sabtu, 15 Januari 2022 22:16 WIB

Penulis:redaksi

Editor:redaksi

Nule.JPG
Pater Gregor Nule SVD (Dokpri)

Minggu II C,  16 Januari 2022: Yes 62:1-5; 1 Kor 12:14-11; Yoh 2:1-12)

BANGSA Israel merupakan umat pilihan yang istimewa dan tidak pernah dilupakan oleh Allah. Meski demikian, mereka sering ingkar janji dan tidak setia pada Allah. 

Akibatnya mereka alami pembuangan dan nasib malang di tanah asing. Tetapi, ketika bangsa Israel mendapatkan belaskasihan Allah dan kembali dari pembuangan, mereka menemukan Yerusalem yang berantakan. Kenisah yang menjadi kebanggaan dan pusat religius, sosial dan politik hancur. 

Tembok kota yang kokoh dan rumah-rumah yang megah rusak. Mereka merasa sangat terpukul dan sedih. Harapan hidup dan masa depan sepertinya sirna dan hilang.

Tetapi Israel tetap menjadi bangsa kesayangan Allah. Tuhan akan membangun kembali negerinya menjadi kota yang ramai dan kota yang berkenan di hati Allah, (bdk Yes 62:5). 

Dalam keadaan apa pun Allah tidak pernah melupakan umat pilihanNya. Bangsa Israel mendapatkan kembali kemuliaan dan martabatnya sebagai bangsa yang berkenan di hati Allah dan berharga serta dihormati oleh bangsa-bangsa lain. Itulah sebabnya Israel dinamai “Yang berkenan kepada Tuhan” dan Allah sendiri akan girang hati atasnya. 

Semua ini menuntun bangsa Israel dan kita sekalian kepada suatu keyakinan bahwa Allah menyertai umatNya bagaikan suami yang baik dan setia menyertai dan melindungi isterinya untuk menyatakan kebenaran karya penyelematanNya.

Injil menceritakan tentang pesta nikah di Kana, sebuah desa kecil dekat Nazaret. Yesus dan murid-muridNya serta Maria, ibuNya, turut diundang. Bagi orang Palestina, anggur sangat penting dalam sebuah pesta, dan sukacita pesta perkawinan ditandai oleh banyaknya anggur yang disediakan oleh tuan pesta. 

Oleh karena itu, kekurangan atau kehabisan anggur merupakan persoalan bagi tuan pesta. Mengapa? Sebab kehabisan anggur berarti berakhirlah pesta dan tidak ada lagi sukacita. Dan kejadian ini tentu sangat memalukan tuan pesta.

Dan Maria tahu akan masalah kehabisan anggur dalam pesta nikah yang sedang berlangsung. Ia pun memahami tragedi yang bakal menimpa keluarga baru itu.  Maka ia mendekati Yesus dan menyampaikan masalah itu kepadaNya. 

“Mereka kehabisan anggur”. Ucapan ini menunjukkan kegelisahan hati seorang ibu membayangkan persoalan dan kekacauan yang bakal dihadapi keluarga baru dan pukulan bagi pemimpin pesta yang menjamin tersedianya anggur yang cukup, dan apa yang terjadi kalau  di luar dugaan anggur habis sebelum akhir pesta.

Maria mungkin tidak tahu apa yang akan dilakukan Yesus. Tetapi penyampaian itu bernada permohonan dan sekaligus harapan agar Yesus melakukan sesuatu untuk menolong keluarga baru itu dan menjamin sukacita pesta terus berlanjut. 

Meskipun Yesus mengingatkan ibuNya bahwa waktunya belum tiba, namun Ia melakukan sesuatu yang sangat berarti yakni mengubah air menjadi anggur yang terbaik dan dalam jumlah yang berkelimpahan (sekiar 600 liter banyaknya). Maka keluarga baru dan pemimpin pesta tidak perlu harus cemas lagi.

Mukjizat pertama Yesus mengubah air tawar menjadi anggur merupakan tanda yang mengingatkan kita bahwa Allah dalam diri Yesus, PuteraNya, tidak pernah melupakan manusia, ciptaanNya. Melalui mukjizat ini Yesus menunjukkan kemuliaanNya di dalam pengalaman ketidakberdayaan sebuah keluarga kecil. 

Tindakan Yesus ini menjamin sukacita dan harapan hidup mereka beserta para kerabat dan undangan. Peristiwa Yesus mengubah air menjadi anggur juga  menunjukkan bahwa sekarang sudah tiba saat kemuliaan Allah di atas bumi dan  tahun rahmat Tuhan sudah datang.  Dengan demikian, murid-murid percaya kepada Yesus dan mengakui bahwa Dia bukan sekedar seorang Guru atau Rabi Besar, melainkan terutama Tuhan dan penyelamat.

Di samping itu, mukjizat Yesus mengubah air menjadi anggur menunjukkan kebenaran bahwa Allah selalu menyertai manusia dengan karyaNya yang membebaskan dan menyelamatkan. Dan ibu Maria tampil sebagai perantara rahmat yang menyalurkan sukacita dan harapan bagi sebuah keluarga baru di Kana. Ia menjadi saluran rahmat yang membebaskan dan menyelamatkan manusia.

Maka sebagai Gereja kita hendaknya meneladani sikap percaya Bunda Maria dan berusaha menjadi perantara rahmat dan sukacita  bagi orang lain di sekitar kita. Kita menjadi tanda kehadiran Allah yang membebaskan dan membawa sukacita. Itulah sebanya santo Paulus mengingatkan kita akan dua hal berikut ini. 

Pertama, kita hendaknya selalu sadar bahwa hidup Gereja  berakar pada iman yang satu yakni mengakui Kristus sebagai Tuhan. Dan pengakuan iman ini mesti menuntun kita untuk membangun Gereja sebagai satu keluarga beriman yang saling mendukung dan melayani atas dasar kasih.

Kedua, kita mesti sadar bahwa “ada rupa-rupa karunia, tapi satu Roh; ada rupa-rupa pelayanan tapi satu Tuhan. Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semua dalam semua orang”, (bdk. 1Kor 12:4-6). D

i sini Paulus mau menasehati kita bahwa semua karunia yang kita terima adalah semata-mata pemberian Tuhan. Sedangkan, kita hanyalah alat Tuhan untuk menyalurkan kasih dan kebaikan Tuhan bagi dunia dan orang-orang di sekitar kita. 

Mungkin ada yang menerima karunia untuk berbicara, bernubuat, mengusir roh jahat atau untuk menyembuhkan orang sakit. 

Tetapi, karunia-karunia itu hendaknya tidak boleh membuat kita sombong, atau merasa diri lebih hebat dan lebih suci dari orang lain, lalu mulai meremehkan orang-orang beriman lainnya. Sebab kita semua dipanggil untuk mengambilbagian di dalam kelimpahan sukacita Kerjaan Allah. 

Karena itu, seorang beriman sejati hendaknya hidup berdasarkan injil dan berkarya untuk kepentingan seluruh Gereja dan dunia, serta untuk kemuliaan Allah di atas bumi.  Amen.

*Kewapante, Minggu 16 Janusia 2022. ***