Mencintai
Sabtu, 06 Mei 2023 13:58 WIB
Penulis:redaksi
YESUS MEMBANGUN RUMAH ABADI BAGI ORANG YANG SETIA
(Minggu Paskah VA: Kis 6:1-7; 1Ptr 2:4-9; Yoh 14:1-12.
INJIL hari ini mengajak kita untuk memaknai dan memberi arti kepada rumah kediamanan kita di atas bumi dan Rumah kekal yang disediakan Allah bagi setiap umat pilihan-Nya di surga.
Rumah kediaman merupakan salah satu kebutuhan utama manusia. Memiliki rumah menjadi kerinduan setiap orang. Dan orang yang tidak memiliki rumah sering disamakan dengan binatang liar di hutan atau burung di udara, yang hanya dapat melindungi diri dari panas, dingin dan hujan atau dari musuh dengan menyembunyikan diri di liang batu, gua atau pohon-pohon rindang di hutan.
Hidup mereka selalu tidak pasti dan tidak aman. Sebaliknya, sebuah rumah kediaman akan menjamin rasa aman, damai, ketentraman dan kesejahteraan hidup bagi pemilik dan penghuninya.
Menjelang perpisahan dengan para murid, Yesus sepertinya merasakan kegelisahan dan ketidakpastian mereka. Bagi para murid, kepergiann Yesus akan mengkibatkan rasa kehilangan dan ketidakpastian laksana hidup tanpa rumah, atau tanpa tempat berlindung yang pasti, aman dan damai.
Maka Yesus meneguhkan hati para murid-Nya dengan berkata, “Janganlah gelisah hatimu, percayalah kepada Allah, percayalah juga kepadaKu. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal”, (Yoh 14:1-2).
Yesus meminta para murid agar tidak perlu takut, cemas atau gelisah karena di Rumah Bapa ada banyak tempat tinggal. Dan setiap orang yang setia kepada Yesus disediakan tempat yang aman dan damai di sana, sesuai dengan kehendak Allah Bapa sendiri.
Yesus bersabda, “Inilah kehendak Dia (Bapa) yang mengutus Aku, supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada – Ku, tidak ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman”, (Yoh 6:30).
Syaratnya adalah setia kepada Yesus Kristus dan senantiasa bersatu dengan Dia. Setiap murid yang setia dan tekun beriman boleh yakin bahwa janji Yesus itu pasti akan terpenuhi, “supaya di tempat Aku berada, kamu pun berada. Ke mana Aku pergi kamu tahu jalan ke situ”, (Yoh `14: 3-4).
Dan, Yesus menjamin kepastian untuk tiba di Rumah Bapa dengan selamat. Sebab Yesus sendiri berkata, “Akulah jalan, kebenaran dan hidup. Tidak seorang pun datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”, (Yoh 14:6).
Hidup serumah dengan Allah berarti menjadi orang pilihan Allah. Dan, tanda atau bukti sebagai orang pilihan Allah bukan sekedar bahwa seseorang telah menerima sakramen-sakramen Gereja atau memiliki KTP Katolik, tetapi terutama setia mentaati Firman Allah dan ikhlas melaksanakan karya cinta kasih dalam hidup sehari-hari.
Orang pilihan Allah atau orang kristen mesti berjuang untuk mempraktekkan imannya sehari-hari melalui doa, pewartaan Sabda Allah dan pelayanan kasih. Orang kristen mesti terus-menerus berdoa dan terus-menerus bekerja tanpa henti untuk melayani Tuhan di dalam sesama manusia, (bdk Kis 6:1-7).
Sebab nilai orang-orang pilihan Allah terletak pada cinta yang murni kepada Allah melalui pelayanan yang tulus kepada sesama.
Orang pilihan Allah atau orang kristen mesti tenggang rasa dan merasa senasib dengan orang lain, khususnya mereka yang menderita dan berkekurangan.
Tidak pantas orang-orang pilihan Allah saling bermusuhan dan menghancurkan, tetapi sebaliknya selalu terbuka untuk saling menolong, memberi, menerima dan saling meneguhkan.
Alasannya adalah karena para pengikut Kristus telah dipilih menjadi “batu-batu yang hidup”, (1Ptr 2:5) untuk membangun suatu persahabatan yang kokoh dengan Allah dan dengan orang lain, baik dengan orang-orang yang percaya kepada Kristus maupun orang yang tidak seiman; baik dengan orang-orang yang sepaham dengan kita maupun dengan mereka yang tidak sepaham dan berpendapat lain, atau bahkan mereka yang memusuhi kita.
Bagaimana dengan kita, para pengikut Kristus dan orang-orang pilihan Allah di zaman ini?
Sebagai orang beriman hidup kita selalu diterangi oleh cahaya kebenaran. Maka kita hendaknya melihat kehidupan di atas bumi sebagai sebuah ziarah panjang menuju Rumah Bapa abadi.
Oleh karena itu, selama dalam perjalanan ini kita hendaknya selalu berusaha membangun kemah-kemah kecil kehidupan yang siap dibongkar kapan saja. Sebab tujuan akhir perjalanan kita adalah masuk dan mendiami Kemah abadi bersama Bapa di surga. Rumah kita yang sebenarnya ada di surga dan dibangun oleh Allah sendiri.
Kita juga mesti melihat hidup di atas bumi sebagai persiapan untuk hidup baru yang bersifat kekal bersama Allah. Karena itu, kita mesti sadar bahwa kehidupan di dunia ini bersifat sementara.
Maka kita hendaknya berusaha hidup sungguh-sungguh sebagai orang pilihan Allah, yakni setia kepada Kristus dan ajaran-ajaran-Nya, serta tekun mennghayati Sabda dan kehendak Allah, dengan memperhatikan dan melayani orang lain dengan tulus sebagai ungkapan iman dan cinta kepada Allah.
Penderitaan, penyakit, tantangan dan kesulitan hidup sehari-hari hendaknya dialami dan dimaknai sebagai ujian dan tanur api yang membakar dan berperan untuk memurnikan iman sebagai jaminan kepada hidup yang kekal. Sedangkan,kematian adalah jembatan emas menuju Rumah Bapa yang abadi.
Sebab janji Kristus bagi para rasul juga berlaku untuk kita semua yang setia dan tekun beriman, supaya di mana Yesus berada di situ pun kita berada. Sebab Yesus adalah jalan, kebenaran dan hidup sejati. Semoga! Amen.
Kewapante, 07 Mei 2023, P. Gregorius Nule, SVD . ***