Murenbang
Sabtu, 17 September 2022 20:44 WIB
Penulis:redaksi
NASEHAT UNTUK MENJADI HAMBA YANG CERDIK DAN CEKATAN
(Minggu Biasa 25C: Am 8:4-7; 1Tim 2: 1-8; Luk 16:1-13)
Banyak dari kita ketika masih kecil suka mendengar cerita-cerita rakyat tentang kecerdikan. Mungkin kita masih ingat cerita tentang Kancil atau Siput yang cerdik.
Saya mau ceritakan tentang si Siput dan si Kerbau. Suatu hari si Siput menantang si Kerbau untuk berlomba lari, karena si Kerbau selalu mengejeknya sebagai si lamban.
Dalam perlombaan itu ternyata siput menang karena malam sebelum perlombaan itu, tanpa disadari oleh si Kerbau, si Siput telah menempatkan siput-siput lain di balik rumput di sepanjang jarak perlombaan itu.
Ketika perlombaan dimulai siput-siput mulai berteriak “Saya sudah ada di sini” berturut-turut mulai dari siput pertama sampai pada siput yang terakhir. Dan, hasilnya siput menang karena kecerdikannya.
Dalam Injil hari ini Yesus memberi contoh tentang seorang bendahara yang cerdik mencari jalan keluar untuk jaminan masa depan hidupnya dan keluarga, ketika ia akan dipecat karena kedapatan curang dalam mengelola harta tuannya. Ia dituduh menghambur-hamburkan harta tuannya.
Dan, ia pun sadar akan akibat dari pemutusan hubungan kerja atau PHK itu bagi diri dan keluarganya.
Apa yang mau dibuat bendara itu? Ia sungguh mengenal dirinya. Ia berkata dalam hatinya,’mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu”, (Luk 16:3).
Kita bisa paham bahwa sangat sulit bagi seseorang yang setiap hari bekerja di kantor, hanya berurusan dengan komputer dan banyak uang, kini mesti mencangkul tanah, berjemur di panas matahari dan mandi keringat atau harus menjadi pengemis.
Menghadapi kesulitan ini bendahara itu berpikir keras, memutar otak untuk mencari jalan keluar. Tetapi buruknya ialah bahwa ia memilih jalan yang tidak halal dan tidak jujur.
Ia menyuruh orang-orang yang berutang kepada tuannya menuliskan surat utang palsu yang menguntungkan dirinya.
Ada yang diminta tanda tangan surat kontrak palsu di mana isinya tentang utangnya yang dipotong sampai separuh. Pasti orang-orang ini akan menerima dia dan keluarganya di rumah apabila dia alami kesulitan.
Di sini jelas, jalan keluar yang ditempuh bendahara itu tidak benar. Ia memamfaatkan orang lain untuk kepentingan diri.
Namun tuannya memuji dia karena ia telah bertindak dengan cerdik dan cekatan menghadapi kesulitan hidupnya. Dia dipuji bukan karena tidak jujur dan lihai berlaku curang, melainkan karena kecerdikannya.
Satu hal yang mengejutkan ketika Yesus berkata, “sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya daripada anak-anak terang”,(Luk 16:8).
Pernyataan ini penting untuk kita sekarang. Dan, ini menjadi tantangan untuk para pengikut Yesus.
Yesus meminta kita untuk meneladani kecerdikan bendahara itu. Bukan untuk berlaku curang dan memanfaatkan orang lain demi kepentingan diri sendiri.
Tetapi, kita hendaknya memanfaatkan waktu hidup yang Tuhan berikan, khususnya ketika kita berhadapan dengan saat-saat sulit dan kritis, untuk bekerja dengan cerdik dan cekatan guna menjamin kesejahteraan hidup sehari-hari dan sekaligus mengumpulkan harta yang berguna untuk hidup yang kekal.
Sebagaimana anak-anak dunia ini bekerja keras untuk mendapatkan harta dunia yang menjamin kesejahteraan dan kenyamanan hidup di dunia ini.
Lebih lagi, kita, anak-anak terang atau para pengkut Kristus, hendaknya lebih giat lagi untuk bertekun membangun persahabatan dengan tujuan menegakkan keadilan, kebenaran dan kejujuran.
Sebab keadilan, kebenaran dan kejujuran merupakan nilai-nilai hidup yang menjamin ketenteraman dan kesejahteraan hidup bersama dalam masyarakat.
Nilai-nilai ini telah diperjuangkan oleh Yesus, dan bahkan jauh sebelumnya oleh nabi-nabi.
Nabi Amos dalam bacaan pertama membela kaum miskin papa terhadap tindakan curang orang-orang kaya yang memalsukan timbangan untuk mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya, menaikkan harga terigu dan berencana “membeli orang papa karena uang dan membeli orang miskin karena sepasang kasut”.(Am 8:6).
Tetapi melalui nabi Amos, Tuhan selalu berusaha membela nasib kaum miskin dan tertindas.
Santo Paulus dalam bacaan kedua mengingatkan kita agar tidak ingat diri, termasuk dalam hal berdoa. Kita diminta untuk mendoakan semua orang, tanpa membeda-bedakan suku, agama, keyakinan, warna kulit atau perbedaan apa pun.
Secara khusus santo Paulus meminta kita untuk mendoakan pemerintah yang bertugas menjamin kebaikan dan kesejahteran bersama.
Karena itu, mari kita berdoa bagi pemetintah Indonesia agar dalam situasi apa pun, khususnya dalam menghadapi tantangan krisis global, senantiasa berpikir kritis untuk mengambil keputusan yang bijaksana serta bertindak cerdik dan cekatan demi kesejahteraan seluruh masyarakat. Semoga!
Kewapante, Minggu, 18 September 2022. ***