Tuhan
Sabtu, 24 Juni 2023 18:45 WIB
Penulis:redaksi
(Minggu Biasa XIIA: Yer 20:10-13; Rm 5:12-15; Mat 10:26-33)
Bacaan-bacaan suci hari ini mengingatkan kita akan dua kenyataan yang saling bertolak belakang dan harus disadari oleh setiap pengikut Kristus yang sejati.
Di satu pihak, tugas perutusan semua umat Allah penuh risiko dan bahkan menuntut banyak pengorbanan, termasuk korban nyawa.
Yeremia menghadapi tantangan dari segala penjuru. Ia dikejar, dinista dan difitmah oleh musuh-musuh, termasuk sahabat-sahabat karibnya yang mengintai jangan-jangan ia tersandung dan jatuh sehingga mereka bisa mengolok-oloknya.
Yesus juga mengingatkan para muridNya dengan berkata, “Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala; sebab itu, hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati” (Mat 10:16).
Di pihak lain, Allah tetap dan terus menjamin keselamatan dan keberhasilan para utusanNya yang setia. Itulah sebabnya, berhadapan dengan lawan-lawannya, Yeremia tidak pernah cemas dan takut karena yakin bahwaTuhan menyertainya laksana pahlawan yang gagah.
Akibatnya, orang-orang yang mengejarnya menyerah kalah. Mereka tersandung jatuh dan tidak bisa buat apa-apa.
Yesus pun mengingatkan para muridNya agar tidak takut kepada siapa pun, kecuali kepada Allah, satu-satunya yang menjamin kepastian dalam segala-galanya.
Allah yang menghidupkan dan mematikan. Allah adalah jaminan hidup dan keselamatan.
Sebagai pengikut Kristus, kita memiliki tugas dan tanggungjawab untuk membangun iman dan menghadirkan Kerajaan Allah di tengah dunia dan lingkungan hidup kita.
Maka pesan Firman Allah kepada Yeremia dan para murid Yesus berlaku juga untuk kita sekalian.
Pertama, semua utusan Tuhan dan umat Allah pada umumnya tidak perlu takut dan malu berbicara serta memberi kesaksian tentang iman akan Allah.
Sebelum naik ke surga Yesus mengutus para rasul ke seluruh dunia dengan tugas untuk memberitakan Injil kepada semua orang dan menjadikan mereka murid-muridNya serta mengajar mereka untuk melakukan segala perintahNya.
Dan, sikap yang perlu dibangun adalah berani berbicara dan setia memberitakan khabar sukacita dalam situasi apa pun dan kepada siapa pun.
Karena itu, tidak seorang utusan pun boleh mundur dan berhenti bersaksi. Bajak sudah di tangan maka mesti terus melihat ke depan dan bekerja.
Sebab Yesus berkata, “janganlah kamu takut kepada mereka yang memusuhimu, karena tidak ada sesuatu pun yang tertutup dan tidak akan dibuka, dan tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. Apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap, katakanlah dalam terang; dan apa yang dibisikkan ke telingamu, beritakanlah dari atap rumah”, agar bisa didengar oleh semua orang.
Mengapa tugas perutusan para murid begitu urgen? Karena Injil Kerajaan Allah adalah sesuatu yang baik dan punya nilai luhur bagi hidup manusia dan dunia.
Maka tidak boleh disembunyikan atau ditutup-tutup, melainkan mesti disebarluaskan, diperkenalkan, dipraktekkan dan dihayati sehingga menghasilkan buah-buah kasih, kebaikan, kebenaran, keadilan, pengampunan dan damai sejahtera.
Kedua, para murid Yesus tidak boleh takut menghadapi ancaman dari manusia lain dan dari pihak mana pun.
Sejak awal pemilihan para rasul Yesus telah mengingatkan mereka akan tugas perutusan yang penuh risiko dan menuntut korban nyawa. “Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah serigala” yang berbahaya dan haus akan darah.
Sebagaimana Yesus dan ajaranNya tidak mudah mendapat tempat di hati manusia pada zamanNya dan akhir hidupNya sangatlah tragis, demikian pun nasib yang dialami oleh para pengikut dan utusanNya.
Ada orang yang menerima, tetapi ada pula yang menolak dan bahkan memusuhi. Ada murid yang beruntung, tetapi ada pula yang mengalami nasib malang, ditolak, disiksa dan bahkan dibunuh.
Tetapi, Yesus mengingatkan agar tidak gentar dan takut terhadap ancaman manusia yang hanya mampu membunuh tubuh, tetapi tidak berdaya membinasakan jiwa, roh dan semangat yang berkobar-kobar.
Kita saksikan pengalaman Yesus, Tuhan kita, para murid Gereja perdana dan para martir sepanjang zaman. Kendati pun tubuh manusiawi binasa dan hancur, tetapi jiwa dan semangat mereka tetap hidup, bertumbuh, berkembang dan menghasilkan buah berlimpah sehingga Yesus dan ajaranNya yang dahulu hanya dikenal, dicintai dan diimani oleh sekelompok kecil orang di Palestina, kini dan seterusnya akan menyebar ke seluruh jagat serta mennginspirasi dan menjiwai begitu banyak orang dalam segala kalangan.
Karena itu, satu hal yang perlu kita ingat selalu, yakni bahwa kita harus takut terutama kepada Allah, yang menciptakan, memelihara, menyelenggarakan dan menjamin seluruh hidup kita.
Rasa takut itu hendaknya terungkap lewat kesetiaan untuk melaksanakan kehendak Allah dan perintah-perintahNya. Rasa takut kepada Allah juga menyata lewat kesadaran dan komintmen untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan jahat dan tidak berkenan yang merugikan diri sendiri, sesama dan menyakiti hati Allah.
Rasa takut kepada Allah juga menuntut rasa hormat dan penghargaan terhadap orang lain serta hak-haknya, sehingga setiap orang boleh merasa bebas, aman dan damai menghayati hidup serta melaksanakan tugas dan tanggungjawab sehari-hari. Takut kepada Allah berarti takut menyusahkan orang lain dan menyakiti hatinya.
Inilah rasa takut yang suci yang perlu kita bina dan tumbuhkembangkan setiap saat di dalam hati dan hidup kita masing.masing. Semoga Tuhan Yesus memberkati kita. Amen.
Kewapante, Minggu, 25 Juni 2023
P. Gregorius Nule, SVD