Bangkitkan pariwisata
Sabtu, 19 Agustus 2023 10:39 WIB
Penulis:redaksi
(Bacaan: Yes 56:1.6-7; Rm 11:13-15.29-32; Mt 15:21-28)
KETIKA ada begitu banyak kegelisahan menggelembung menjadi satu dan memenuhi isi kepalamu. Ketika engkau tidak tahu harus buat apa sementara begitu banyak persoalan menghantammu sekaligus.
Ketika engkau seolah-olah kehilangan keyakinan dan harapan untuk berdiri tegap di antara semua badai kehidupan yang melanda.
Bertahanlah satu hari lagi. Jangan menyerah. Karena engkau tidak pernah tahu apa yang hari esok akan ditawarkan kepadamu.
Jangan terlalu cengeng dan cepat mengeluh ketika menghadapi kesulitan. Benarlah ungkapan kuno yang berkata, “Musuh terbesar dalam kehidupan kita adalah diri kita sendiri”.
Nasehat bijaksana di atas dialami dan dijalani oleh seorang wanita Kanaan dalam Injil hari ini. Ia mengalami nasib malang karena anaknya sangat menderita akibat kerasukan setan.
Dan, usahanya untuk mencari bantuan pada Yesus ditolak, bahkan ia diperlakukan tidak manusiawi karena berstatus orang kafir atau tidak termasuk dalam kelompok bangsa Allah dan apalagi ia seorang wanita.
Tetapi, pedihnya penderitaan anak perempuannya memotivasi dan bahkan memaksanya untuk bertemu dengan Yesus dan memohonkan belaskasihan-Nya.
Wanita itu pun berseru penuh iman, “Putera Daud, kasihanilah aku”, (Mt 15:22). Ia sungguh merasakan kesedihan dan penderitaan anaknya sebagai kesedihan dan penderitaannya sendiri. Jeritan tangis anaknya sunguh menyentuh hatinya dan menggugahnya untuk terus berusaha mendapatkan bantuan yang telah ia temukan dalam diri Yesus.
Ternyata permohonannya tidak digubris Yesus, teriakannya menimbulkan kemarahan di kalangan para murid, dan bahkan ia mendapatkan kata-kata pedis yang keluar dari mulut Yesus sendiri.
Yesus berkata, “Tidak baik mengambil makanan yang disediakan kepada anak-anak dan melemparkannya kepada anijing. “Mt 15”26).
Berhadapan dengan semua sikap negatif wanita itu tidak tersinggung atau marah. Ia seperinya merasa biasa dan berpasrah. Sebab yang paling utama baginya adalah kesembuhan dan keselamatan anaknya. Demi anaknya ia rela korbankan segalanya, perasaan dan harga dirinya.
Itulah sebabnya semua bentuk penolakan terhadap permohonannya tidak melemahkan imannya, sebaliknya ia semakin bijak memohon, “Benar, Tuhan, namun anjing itu makan sisa-sisa yang jatuh dari meja tuannya”, (Mt 15:27).
Menanggapi kata-kata tulus dan penuh kerendahan hati dari perempuan Kanaan itu, Yesus berkata, “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki”. Seketika itu juga anaknya sembuh, (Mt 15:28).
Yesus mengagumi dan memuji iman perempuan itu. Iman teguh dan tanpa pamrih kepada Yesus telah menyembuhkan dan menyelamatkan anak perempuan yang kerasukan setan itu.
Pesan apa yang dapat kita ambil dari kisah Injil hari ini dan jadikan sebagai pedoman hidup kita.
Perempuan Kanaan itu telah mengajarkan kita iman, harapan dan kasih sejati ketika berhadapan dengan pengalaman penderitaan anaknya.
Ia sungguh merasakan penderitaan anaknya sebagai penderitaannya sendiri. Inilah wujud kasih yang paling dalam.
Apakah kita sungguh mengasihi sesama yang ada di sekitar kita? Apakah kita sungguh merasakan penderitaan dan kesepian orang-orang lanjut usia, orang sakit kronis berkepanjangan, orang-orang tua yang hidup sendiri dan terlantar? Apa yang kita lakukan untuk menolong mereka?
Wanita Kanaan itu punya iman besar yang terungkap lewat doa dan teriakan memohonkan bantuan Yesus untuk kesembuhan dan pembebasan anaknya dari kuasa setan.
Nabi Yesaya mengingatkan bahwa keselamatan pertama-tama tampak dalam sikap yang tulus dan jujur. Orang yang mentaati perintah Tuhan dan menegakkan keadilan akan diantar ke gunung Tuhan, artinya hidup dalam persatuan dengan Allah.
Bagaimana dengan kita. Apakah kita selalu berlari kepada Tuhan ketika berhadapan dengan masalah-masalah hidup, penderitaan dan penyakit?
Atau kita lebih mengandalkan kekuatan manusia, diri dan orang lain, seperti dukun dan kekuatan magis-mitis lainnya.
Wanita Kanaan itu juga terus berharap akan mendapatkan bantuan dan belaskasihan Yesus, kendatipun ia sadar bahwa ia bukanlah turunan Israel, Sebab Yesus sendiri berkata, “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari Israel”, (Mt `15:24).
Wanita Kanaan mengajarkan kita agar terus jalani hidup kita minggu demi minggu, bulan demi bulan, tahun demi tahun, dalam penyelenggataan Tuhan.
Kita tidak pernah boleh berkecil hati dan pesimis ketika menghadapi tantangan dan kesulitan. Kita mesti optimis dan terus berjuang.
Sebab kita tak pernah tahu rencana masa depan macam apa yang sudah Tuhan siapkan bagi kita. Inilah bukti hidup yang penuh iman, harapan dan kasih.
Sebab kata santo Paulus, “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia” (1 Kor 2:9).
Karena itu, kita mesti ingat bahwa kesulitan, masalah dan tantangan seperti apa pun, takkan bisa menghalangi kita sebagai seorang pemenang, sebab tangan Tuhan senantiasa menopang kita. Bertahanlah satu hari lagi di dalam iman.
Bertahanlah satu hari lagi di dalam doa. Bertahanlah satu hari lagi bersama Allah. Sebab engkau tidak tahu rencana masa depan macam mana yang Tuhan sudah siapkan bagi setiap ciptaan yang selalu percaya dan berharap kepada-Nya.
Semoga! Amen!
Kewapante, Minggu, 20 Agustus 2023.
P. Gregorius Nule, SVD. ***