Murenbang
Minggu, 16 April 2023 07:09 WIB
Penulis:redaksi
(Bacaan Kis 2:42-47; 1Ptr 1:3-9; Yoh 20:19-31)
KISAH-KISAH tentang kebangkitan Yesus meyakinkan kita bahwa tidak sembarang orang melihat Yesus yang bangkit.
Yesus yang bangkit hanya menampakkan Diri kepada orang-orang tertentu, yakni mereka yang sungguh-sungguh mengasihi-Nya.
Kematian Yesus di salib membuat para pengikutNya tertekan, sedih, menderita serta kehilangan pegangan dan harapan.
Yesus hadir di tengah mereka untuk memberi kekuatan dan penghiburan. Penampakan dan kehadiran-Nya memberi kekuatan kepada para murid serta wanita-wanita yang selalu mengikuti dan melayani-Nya.
Itulah sebabnya Yesus menanpkkan Diri pertama-tama kepada Maria Magdalena dan teman-temannya, dan selanjutnya kepada para rasul dan murid lain.
Yesus hadir membawa keteguhan hati dan damai sejahtera bagi para murid yang sedang ada dalam ketakutan dan kecemasan. Bukan hanya itu, Dia juga mengutus mereka untuk melanjutkan karya keselamatan Bapa di dunia.
Namun, Yesus tidak menampakkan Diri kepada para pemimpin Agama Yahudi: orang Farisi, ahli Taurat, imam-imam dan tua-tua Israel.
Sebab mereka menolak Yesus dan tidak mencintaiNya. Dia juga tidak mau membuktikan diri-Nya kepada mereka bahwa Dia sungguh Mesias, Anak Allah.
Yesus menuntut iman dan penyerahan diri dari para pengikut-Nya. Yesus menghendaki agar orang-orang yang mengikuti-Nya percaya kepada-Nya dan kepada Bapa yang telah mengutus-Nya.
Kehadiran Yesus di tengah-tengah komunitas orang-orang yang percaya merupakan satu tanda sukacita, harapan dan peneguhan.
Ketika Yesus hadir setiap murid merasakan kebahagiaan, kedamaian dan berani bersaksi: “Kami telah melihat Tuhan”, (Yoh 20: 25). .
Masalah yang muncul terletak pada pilihan pribadi untuk percaya pada Tuhan atau tidak percaya atau juga ragu-ragu. Thomas yang disebut Didimus adalah salah seorang murid yang mau melihat dulu baru percaya.
Thomas berkata, “Sebelum aku melihat bekas paku pada tanganNya dan sebelum aku mencucukkan tanganku ke dalam bekas paku itu, dan mencucukkan tanganku ke dalam lambungnya, sekali-kali aku tidak percaya, (Yoh 20:25).
Mungkin di antara kita ada yang cepat-cepat mengeritik dan menyatakan bahwa Thomas adalah tipe orang yang tegar hati dan lamban percaya.
Tetapi, sebenarnya Thomas adalah rasul yang kritis dan tidak mudah percaya pada omongan atau perkataan orang lain. Thomas adalah ciri orang atau pribadi yang tidak ikut-ikutan dan mudah terbawa arus massa.
Iman adalah anugerah Tuhan kepada setiap orang. Iman yang benar terletak pada pilihan dan putusan pribadi seseorang. Iman tidak semata-mata ditentukan oleh orang lain.
Bukan karena yang lain percaya maka saya juga percaya. Iman yang sejati tumbuh dari pengalaman pribadi akan Allah. Iman yang demikian tidak mudah goyah dan pasti tetap bertahan apabila diterpa badai kehidupan.
Thomas ingin menyaksikan dan mengalami sendiri kebangkitan Tuhan. Pengalaman pribadi akan kebangkitan Yesus membuat Thomas berani mengungkapkan imannya akan Yesus, yang bukan sekedar seorang Rabi atau Nabi besar, melainkan Tuhan dan penyelamat. Maka dengan penuh keyakinan Thomas berseru, “Ya Tuhanku dan Allahku”, (Yoh 20:28).
Ungkapan keraguan Thomas mendesak Tuhan menampakkan Diri kepadanya dan sekaligus membuka jalan iman bagi orang-orang lain yang ingin mengimani Yesus sebagai Tuhan.
Maka Yesus berkata kepada Thomas, “Karena engkau telah melihat Aku maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya”, (Yoh 20:29).
Wanita-wanita dan para murid lain yang telah melihat Tuhan berani keluar dari ketakutan dan mulai mewartakan Injil. Thomas melihat Tuhan yang mengubah keraguannya menjadi keyakinan yang mendalam. Ia mulai mengimani Yesus sebagai Tuhan.
Bagaimana dengan kita? Apa makna kebangkitan Kristus bagi kita? Kita bercermin pada hidup jemaat perdana, yang patut disebut jemaat Kristus yang bangkit, karena memiliki ciri-ciri berikut: setia pada ajaran para rasul, hidup dalam ikatan persaudaraan yang kokoh serta bersatu dalam doa dan memecah-mecahkan roti atau merayakan Ekaristi.
Iman akan Kristus yang bangkit memungkinkan jemaat perdana menjalin ikatan persaudaraan yang dijiwai oleh kasih sehingga mereka saling berbagi dan membantu di antara mereka, serta sangat peduli terhadap orang-orang yang menderita dan berkekurangan.
Di atas segala-galanya jemaat Gereja perdana sungguh mengandalkan Tuhan dalam hidup sehari-hari. Mereka selalu bertekun dalam doa dan berkumpul bersama untuk memecahkan roti.
Bersatu dengan Yesus mereka akan lebih tangguh menghadapi segala tantangan dan perjuangan hidup, sebab Yesus telah lebih dahulu membuka jalan kepada kehidupan baru, dengan mengalahkan dosa, derita dan kematian.
Semua hal baik ini menjadi tanda dan kesaksian tentang iman mereka akan Kristus, dan membuat “Mereka disukai semua orang”, (Kis 2:47).
Semoga rahmat kebangkitan Tuhan selalu tinggal beserta kita dan menjiwai kita sehingga terjadilah damai, kebahagiaan, pengampunan dan persaudaraan sejati di antara kita. Amen.
Kewapante, Minggu,16 April 2023
P. Gregorius Nule, SVD. ***