HOMILI Pater Gregor Nule SVD pada Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga

Sabtu, 09 Agustus 2025 17:43 WIB

Penulis:redaksi

Editor:redaksi

gregor.jpg
Pater Gregor Nule, SVD (WAG Ledalero 1984)

BERSAMA MARIA KITA BELAJAR UNTUK SELALU BERSYUKUR

(Hari Raya SP Maria Diangkat ke Surga: Why 11:19a;12:1-6a.10a;1 Kor 15:20-26; Lk 1:39-56) 

Hari raya Maria Diangkat ke Surga menjadi kesempatan istimewa bagi kita untuk belajar dari Maria tentang bagaimana menghayati hidup dan panggilan sebagai orang beriman sejati. 

Maria adalah seorang wanita biasa dan sederhana yang percaya penuh pada kehendak Allah. Ia menerima panggilan untuk menjalankan misi ilahi menjadi ibu Tuhan dan melahirkan Yesus Kristus, Juruselamat dunia. 

Tetapi, hidup sebagai ibu Tuhan tidak selalu berjalan lancar dan mulus. Maria alami banyak sekali tantangan dan kesulitan. Dan ketika ia tidak paham dan mengalami jalan buntu, satu sikap bijaksana yang dimiliki adalah menyimpan semua perkara di dalam hati (bdk.Luk 2:51)  dan merenungkannya.

 Maria bertahan hingga mencapai akhir yang penuh kebahagiaan dan kemuliaan bersama dengan Puteranya di surga karena ia selalu berserah penuh pada Allah dan  kehendakNya. Dalam segala hal Maria selalu mengulangi fiatnya, “sesungguhnya aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku menurut perkataanMu itu” (Luk 1:39). 

Peristiwa Maria diangkat ke surga dengan tubuh dan jiwanya pertama-tama merupakan anugerah cuma-cuma dari Allah dan sekaligus ganjaran atas iman yang dihayati secara konsisten sepanjang hidupnya. 

Iman dan penyerahan Maria kepada Allah serta kehendak keselamatan yang direncanakan Allah bagi manusia dan dunia terungkap lewat “magnificat”, atau lagu pujian Maria. 

Mari  kita renungkan beberapa point dari magnificat dan ambil pesannya untuk kehidupan kita.            

Pertama, “Jiwaku memuliakan kebesaran Tuhan”, (Lk 1:46). Maria selalu bersyukur dan memuliakan karya agung Tuhan di dalam hidupnya. Mungkin berbeda dengan kita.  Banyak kali kita cenderung  memperhatikan dan menekankan hal-hal negatif dalam hidup dan bersikap pesimistis. Kita memenuhi hati, pikiran dan mulut  dengan keluhan-keluhan tanpa pujian dan syukur kepada Allah. 

Karena itu, semangat iman Maria mengajak kita untuk membuka mata guna  melihat ruang hidup yang lebih luas dan horizon yang lebih terbuka. Maria, seorang gadis sederhana dari Galilea, menjadi besar dan agung di hadapan Allah dan manusia karena rahmat dan kuasa Allah sendiri. 

Kita belajar dari Maria untuk senantiasa memandang Allah dalam setiap peristiwa hidup. Dan magnificat adalah sebuah doa pujian yang memungkinkan hati kita untuk terbuka terhadap Allah dan kehendakNya sebagaimana Maria sendiri. 

Kedua, Maria memulliakan,“Allah penyelamat, Allah mahakuasa, dan Allah mahakudus”. Inilah ungkapan iman Maria kepada Allah sebagai penyelamat yang mahakuasa dan mahakudus. Kekuasaan dan kekudusan inilah yang menjadi alasan kebahagiaan dan kebanggaan Maria. 

Tetapi, perlu kita ingat bahwa kekuasaan Allah sungguh berbeda dengan kekuasaan yang dipahami dan dipraktekkan oleh manusia. Kekuasaan Allah membebaskan, menguduskan dan menyelamatkan. Sebaliknya, kekuasaan manusia sering menekan, mengintimidasi dan menginjak-injak orang lain, khususnya mereka yang kecil dan lemah. 

Itulah sebabnya Maria menegaskan dalam Magnificatnya, “Allah telah menurunkan orang-orang yang sombong dan  berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang sederhana dan rendah hati; Ia telah melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, tetapi menyuruh pergi orang kaya dengan tangan kosong”, (Luk 1:52-53). 

Melalui magnificat, Maria, gadis kecil, sederhana dan tidak terkenal itu  sepertinya mau menggugat kesombongan dan keserakahan orang-orang yang menganggap diri hebat dan para penguasa yang menindas. 

Kita berdoa semoga nyanyian magnificat yang kita renungkan dan doakan menghancurkan kesombongan kita dan sekaligus membantu kita untuk berjuang melawan kuasa-kuasa yang tidak benar dan tidak adil di dalam lingkungan hidup keluarga, komunitas, masyarakat dan negara kita.

Ketiga, Sejarah keselamatan membuktikan bahwa Allah tidak pernah mengecewakan manusia. Allah selalu ingat akan perjanjianNya dan melaksanakannya. Allah tidak pernah ingkar janji. 

Berbeda sekali dengan kita manusia.  Kerap kali kita terlalu banyak mengucapkan janji dan buat sumpah, tapi mudah sekali lupa dan ingkar janji. Para imam dan biarawan/wati selalu ikrarkan janji atau kaul. Suami-isteri selalu buat janji dan baharui janji. Para pejabat selalu bersumpah dengan menjadikan Allah sebagai saksi. 

Tetapi, berapa orang yang selalu setia. Dan, berapa orang yang cepat lupa dan ingkar janji?

Karena itu, mari  bersama Bunda Maria kita berpegang teguh pada kata-kata ini, “Aku yakin akan sabdaMu, Tuhan”, sebagai harapan dan kekuatan kita dalam situasi apa saja, baik dalam keadaan bahagia maupun dalam situasi malam gelap  atau situasi sulit. 

Mari kita belajar dari Bunda Maria untuk  setia melaksanakan janji-janji kita sebagai orang-orang yang terbaptis, imam, biarawan – biarawati, sebagai pekerja, pejabat pemerintah, swasta dan sebagai pasangan suami-isteri. 

Karena kesetiaan pada janji dan komitmen merupakan  jaminan dan jalan pasti kepada kebahagiaan sejati. 

Semoga Bunda Maria mendoakan kita selalu. Amen. 

Kewapante, 10 Agustus 2025. ***