INFO BUKU: Write fo Life

Senin, 20 Januari 2025 19:32 WIB

Penulis:redaksi

BUKU4.jpg
Buku: Write for Life (WAG Seminggu Sebuku)

Keterangan:

  • 208 pages, Paperback
  • Published January 10, 2023
  • Price: Rp 77.000 (Tokopedia).

“PADA dasarnya saya tidak punya rencana untuk membaca buku ini sebagai prioritas. Namun ketika beberapa hari yang lalu secara tidak sengaja saya membuka dan secara acak terbuka halaman 99 saya terkejut dengan adanya sebuah kalimat bijak yang sangat menyemangati saya dan saya sudah membuat dalam bentuk slide yang saya posting di status WA saya. Quotenya adalah seperti ini:The true alchemists do not change lead into gold; they change the world into words. -WILLIAM H. GASS.”

Begitu sharing Gatot Widayanto dalam WAG Seminggu Sebuku.

Gatot kemudian melanjutnya ceritanya: “Saya senang sekali dengan kalimat bijak ini karena saya suka sekali menulis dan yang dikatakan dalam quote tadi sangat mengena bagi saya yaitu mengubah dunia menjadi bentuk tulisan.”

“Dari sinilah kemudian saya mencoba membaca buku ini mulai dari awal kemudian melihat beberapa bagian penting di dalamnya kembali lagi saya terpesona dengan gaya bahasa dan cara penulis menyampaikan pendapatnya sehingga saya tuntaskan lah bab pertama dari buku ini,” tuturtnya.

“Tanpa terasa sebenarnya karena saya membacanya mulai dari baca magrib tadi dan sekarang jaisa sudah jam 20.30 saya membaca sudah menyelesaikan 35 halaman,” kata Gatot lagi.

Buku ini sendiri sebetulnya lebih merupakan buku panduan di mana penulisnya memandu pembaca untuk menggunakannya selama 6 pekan dengan masing-masing tema yang berbeda dari setiap pekan ke pekan berikutnya dimulai dengan hal yang sederhana kemudian meningkat sedikit demi sedikit dan menjadi mencapai puncaknya mungkin pada saat sudah pekan ketiga yaitu di bab yang berjudul Trust Your Process.

“Saya sependapat karena pada dasarnya menulis adalah sebuah proses yang harus dinikmati karena justru dengan menulis itu seringkali saya merasakan adanya kejelasan dalam proses berpikir saya sehingga dengan menulis itu saya melakukan validasi terhadap beberapa hal yang kurang jelas dalam pemikiran saya,” Gator mengakui.. 

Hal ini diakui oleh penulis bahwa memang salah satu tujuan menulis adalah untuk melatih proses berpikir kita dan sekaligus belajar bagaimana sebetulnya kita selama ini berpikir.

Gatot mengatakan, “Saya sendiri suka setrika penulis menguraikan beberapa hal terkait dengan kegiatannya menulis dan yang paling membekas adalah kegiatan rutin yang dia sebut dengan Morning Pages.”

Ini adalah sebuah kegiatan pagi yang rutin dilakukan dengan menulis apa yang ada di pikiran kita sepanjang kurang lebih 3 halaman kertas ukuran A4 atau letter. 

Dia memberikan istilah namanya pen to pages di mana proses menulisnya memang secara manual menggunakan pena yang dituliskan pada secarik kertas. 

Hal ini sebenarnya sulit untuk saya lakukan Karena pada saat ini saya menulis pun menggunakan voice keyboard agar tidak terjadi salah ketik. 

“Saya sendiri sudah merasa nyaman dengan cara ini walaupun saya juga tertarik karena penulis buku ini menyarankan benar-benar secara fisik menulis Pena di atas kertas. Mungkin akan saya coba kemudian hari,” katanya lagi.

Buku ini juga memuat banyak quote yang kelihatannya pendek tapi muatan maknanya besar sekali. 

Salah satu yang menarik saya adalah sebuah klub yang mengatakan bahwa seorang penulis adalah seorang yang memperhatikan dunia. 

“Saya rasa ini benar sekali karena pada dasarnya saya sendiri bisa menulis karena saya memperhatikan kegiatan yang saya lakukan misalnya sedang bersepeda atau sedang membaca buku”. 

Boleh jadi menulis juga disebabkan karena kita sedang melihat sungai di mana air jernih mengalir di dalamnya. Ini adalah salah satu contoh bentuk perhatian seorang penulis.

Bagian kelima dari buku ini membahas secara khusus bagaimana caranya agar kita melepaskan baju atau kebiasaan perfeksionisme karena hal ini akan merusak proses kreatif. Salah satu yang menarik saya adalah apa yang dikatakan oleh penulis dengan limiting beliefs misalnya “Ah, menulis itu susah sekali”.  

Pernyataan ini sangat memungkinkan kita untuk membangun kebiasaan perfeksionisme karena dengan adanya pola pikir bahwa menulis itu sulit akhirnya kita berupaya secara maksimal supaya tulisan kita terlihat sempurna. 

Padahal bukan itu yang sering dilakukan oleh para penulis yang pada kenyataannya mereka sendiri tidak merasa sempurna namun tetap diterbitkan. (*).