Petani
Senin, 28 Februari 2022 14:55 WIB
Penulis:redaksi
KODI (Floresku.com) -- Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP), Moeldoko bertemu sejumlah petani di Desa Anaengge Kecamatan Kodi, Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Hal itu dilakukan Kepala KSP Moeldoko dalam rangkaian acara kunjugan kerja selama dua hari (25-26 Februari 2022) di Kodi, Kabupaten Sumba Barat Daya.
Demikian tulis siaran pers KSP yang terbit Jumat, 25 Februari 2022 lalu.
Saat bertemu para petani, Moeldoko memberi tahu sejumlah cara agar petani bisa kaya. Saat berdialog dengan warga, Moeldoko mangatakan wilayah tersebut relatif datar dan subur serta diharapkan bisa menjadi tulang punggung pertanian. Terlebih, di lokasi ini baru dilakukan pembukaan lahan baru seluas 3.000 hektare.
Sebagai informasi, Desa Anaengge dan beberapa desa lainnya di Sumba Barat Daya rata-rata memiliki sumber air melimpah.
Hanya saja pengaliran sumber air ke lahan pertanian tidak merata. Pembangunan pipa-pipa untuk irigasi tidak bisa menjangkau ke seluruh lahan milik petani.
Pemerintah daerah Sumba Barat Daya mengaku tidak banyak memiliki anggaran. Mantan Panglima TNI periode 2013-2015 itu mengatakan persoalan irigasi menjadi atensi presiden Joko Widodo.
Sebab, selama ini produksi pertanian dirasa kurang maksimal karena persoalan pengairan. Karena itu, kata Moeldoko pembangunan bendungan masuk dalam program prioritas nasional.
“Pemerintah pusat gencar membangun bendungan untuk mengatasi masalah irigasi. Harusnya ini menjadi pendorong bagi pemerintah-pemerintah di daerah untuk melakukan hal yang sama. Saya akan sampaikan kepada kementerian teknis terkait, agar bisa mendorong pembangunan irigasi di sini (Sumba Barat Daya),” tutur Moeldoko.
Pria kelahiran Kediri, Jawa Timur itu juga mengajak para petani untuk meninggalkan pola-pola lama dalam mengelola lahan pertanian. Di antaranya dengan melakukan pengelolaan yang profesional, terutama dalam menghitung biaya-biaya operasional yang dikeluarkan.
Menurutnya, selama ini kehidupan ekonomi petani tidak banyak berubah karena dalam penggarapan lahan mulai dari produksi hingga pasca produksi mengalir begitu saja tanpa ada banyak perhitungan.
“Masalah utama petani ya tidak mau berhitung. Mulai biaya produksi yang dikeluarkan seperti tenaga kasarnya, pupuknya, bibitnya atau yang lain. Jadi ketika panen kaget, lho untungnya kok segini. Ini harus diubah agar petani bisa kaya,” ucap Moeldoko.
Seperti diketahui, pertanian menjadi sektor ekonomi unggulan Kabupaten Sumba Barat Daya. Dari 400.000 jiwa lebih masyarakatnya, 85 persennya merupakan petani penggarap lahan untuk tanaman padi dan jagung.
sebulan yang lalu
3 bulan yang lalu
10 bulan yang lalu